T h i r t y F o u r

29.9K 2.3K 406
                                    

Hari Jumat bagai berpiring-piring makanan lezat bagiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Jumat bagai berpiring-piring makanan lezat bagiku. Memang banyak hal yang ingin kukeluhkan tapi tidak berarti apa-apa jika hariku sempurna. Aku tertidur dan terbangun di pelukan tubuh telanjang Braden. Aku terpuas akan dirinya. Aku kenyang akan sarapan yang dia berikan. Aku bahagia karena berada di kehidupannya sampai detik ini.

Begitu selesai mandi, aku ingin melakukan sesuatu untuk Braden sebelum memulai hari. Aku baru saja menyalakan mesin kopi ketika ponselku berdering di atas konter. Aku meliriknya, menemukan nama Ronald.

Ok. Itu diluar rencana.

Secara impulsif mataku beralih melirik lorong yang mengarah ke ruang kerja dimana Braden berada. Mungkin seharusnya aku tak bingung atau pun resah. Hampir setiap hari Ronald menelepon, dan Braden tampak tak keberatan akan hal itu. Namun aku pun tahu ada yang terjadi di antara mereka, yang justru membuatku tidak nyaman.

Aku mendesah pelan, mengambil ponsel sebelum mengangkatnya. "Kau harus tahu bahwa matahari Vegas baru saja muncul." Nada suaraku naik. "Astaga! Ini terlalu pagi mendengar ocehanmu."

"Itulah yang kukatakan pada Ronald." Ternyata Philip yang berbicara. "Kau tahu, Gwen. Sejak kau kembali ke Vegas, dia bertingkah seperti orang sinting karena menginginkan seafood crepes dengan saus krim dan mouse coklat untuk sarapan."

Aku terkekeh, menuangkan kopi ke cangkir kosong bertepatan ketika keributan terjadi di seberang sana, lalu suara Ronald pun terdengar. "Apa yang sinting dengan itu?" Dia bergumam geli sebelum menyapaku. "Hey, Cantik! Apa kami mengganggu?"

"Tidak sama sekali," jawabku ringan.

Ronald begitu antusias selagi berkata, "Bagus! Karena aku membutuhkan bantuanmu agar perdebatan kami berakhir."

Sembari mengernyit, aku melangkah keluar mini bar menuju ruang tengah. "Apa yang terjadi?"

"Aku berencana membeli ternak di Dakota Selatan agar bisa memasok bahan daging sapi organik terbaik tapi Philip berpikir itu hanya akan membuang-buang waktu," jelas Ronald, diikuti Philip yang menimpalinya. "Dan membuang uang."

Sepertinya mereka menggunakan mode speaker agar kami bisa berbincang bertiga.

Aku masih terdiam, berlalu lalang di ruang tengah ketika Ronald mengerang kesal. "Yang benar saja!" Begitu khas, dia mengutarakan analoginya yang menggelikan. "Dengar, meski kiamat terjadi, sebagian besar orang akan tetap menginginkan hidangan daging di piring mereka. Dan nyaris semua pengunjung restoran kita selalu menginginkan sepotong steik."

Bibirku melekung. Philip tidak mau kalah dengan berkata, "Orang tidak akan memikirkan soal daging ketika nuklir bertebangan di langit."

"Ya. Mereka akan kabur, tidak memedulikan piringnya ketika sekumpulan alien atau zombi menguasai planet ini," jawabku geli.

Penuh kemenangan, Philip berkata, "Nah, dengarkan itu, Ronald."

"Tapi jika itu aku." Aku menahan tawa, kembali menimpalinya. "Aku akan tetap memedulikan piringku karena tidak takut alien atau zombi. Dan aku bisa menikmati piring itu ketika bersembunyi di bangker jika perang nuklir terjadi."

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang