T h i r t y O n e

36.5K 2.7K 313
                                    

"Sial!" Gwen tertawa lepas sembari mengumpat ketika aku memanggul tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sial!" Gwen tertawa lepas sembari mengumpat ketika aku memanggul tubuhnya. Tanganku semakin erat, menahannya tetap di bahuku ketika Gwen memberontak. "Turunkan aku, Braden!"

Aku mengabaikannya, melangkah keluar Solarium. Ketika kakinya menendang-nendang perutku, aku merangkul pahanya dengan tangan lain sembari berdesis tajam. "Kau hanya bisa melawanku setelah malam ini."

Tawa Gwen membahana meski sedang merajuk. "Bisakah kau lebih terhormat, Bajingan? Kau menggendongku terbalik seperti mengendong sekarung pasir." Diberikannya remasan penuh kejahilan ke bokongku. Satu-satunya bagian tubuhku yang bisa dijangkau tangannya.

Sembari terkekeh pelan, aku membalas memukul pantatnya. Gwen tersontak kaget, suara tawanya berubah menjadi erangan terseksi yang pernah kudengar. Tak sabar menikmati tubuhnya, aku bergegas memasuki kamar sebelum mendudukkannya diatas meja rias berlapis granit.

Gwen terperanjat dengan paha terbuka lebar yang menempel di sisi pinggangku. Rambutnya berantakan sementara ikatan jubah mandinya melonggar, menunjukkan sedikit kulit dari perut ke paha, dan ternyata dia masih memakai celana dalam.

Ketika Gwen akan membuka mulut, aku menangkup wajahnya selagi menempelkan bibir kami. Berbeda dengan sebelumnya. Aku menciumnya begitu perlahan. Bermula dari menggigit kecil bibir bawahnya sampai dia mengerang penuh kenikmatan.

Aku menyusupkan jemari ke rambutnya, perlahan menarik kepalanya ke belakang agar lebih menikmati ciuman itu. Lalu saat bibir Gwen terbuka, aku sangat siap mengambil apa yang kuinginkan. Lidahku membelainya, mengulumnya seolah dia adalah jamuan terlezat yang baru kucicipi.

Darahku semakin mendidih ketika bibirnya balik menikmatiku begitu lembut. Tangannya mengusap punggungku sebelum mencengkram bahuku dengan penuh perhitungan.

"Kau terlalu lambat," rintihnya ditengah bibirku.

Aku melepaskan ciumannya, mengamati wajahnya sementara jemariku mengusap sisi lehernya. Mata biru Gwen menggelap. Bibirnya membengkak, terbuka karena napasnya tak keruan. Kelopak matanya berat dengan warna kemerahan yang menyebar dari leher ke pipinya. Jemariku merasakan denyutan yang mengentak-entakkan nadinya.

Aku tahu bahwa apa pun yang menjalarinya sekarang sangat persis dengan apa yang menjalariku. Dahaga akan gairah yang sudah kami tahan begitu lama.

"Demi Tuhan." Aku menyeringai tipis, mengendalikan napas yang memburu. "Aku akan menikmatimu selama mungkin."

Menyurukkan kepala, aku menempelkan bibir ke lehernya. Nyaris menggigitnya keras akibat desakan hasrat yang mendadak buas dan bergelora. "Setiap inci. Setiap detik."

Braden McKinley - Lover Of Virgins [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang