#1 "the last time remember mas mantan"

22K 907 15
                                    

Saat namanya tiba-tiba terpanggil, semula bayang-bayang indah bermunculan dibenak, kemudian segala keindahan itu pergi berlalu berganti dengan pahitnya kata perpisahan, sehalus-halusnya kata pisah tetap saja terasa menyakitkan.

Namanya Yudha, dia adalah mantanku sejak dua bulan lalu. Yudha bilang kami berpisah karena keputusan bersama, sehingga sampai detik inipun rasanya sulit menerima status baru kami sebagai pasangan kaka-beradik, apa-apaan ini ?

'Mantan rasa pacar' hal ini tepat untuk sebutan status kami, seakur-akurnya aku dengan Yudha, sebaik-baiknya sikapku padanya tetap saja rasa kesal selalu menggerayang dibenak. Mengingat wanita yang sok polos itu dengan teganya mengambil Yudha-ku.

Eny, nama nenek lampir itu, mereka jadian seminggu setelah aku dan Yudha putus, ahh aku tidak yakin seminggu setelahnya. Semuanya jahat, kenapa tak ada yang memberitahuku ? Apa maksudnya Yudha nge-trip naik gunung bareng cewek itu ? Asik chatting di sosmed sementara aku yang memang berhubungan jarak jauh dengan Yudha, kau pikir aku tidak tahu ??

Ahh~ syudahlahh, tetap saja Yudha menganggap ini keputusan bersama.

Putus dengan Yudha membuatku benar-benar kacau, lihat sekarang sudah memasuki bulan desember, tepat dua bulan setelah aku putus dengan Yudha, sampai hari ini fikiranku sangat kacau.

"Belum bisa move on juga??" tegur Novy saat aku sedang melamun di balkon kelas sambil pandangi para siswa yang sedang bermain bola di lapangan yang cukup terik siang kala classmeeting berlangsung setelah Ujian akhir semester usai.

"Ahh, sebentar lagi liburan, pulang ke rumah, pasti bakal ketemu Yudha.. Uuhh liburan yang sangat sulit, libur pertama saat putus sama dia. Terus bagaimana aku bisa melewati liburan panjang ini. Ini pasti jadi liburan terburukku"
Aku terus saja menyerocos bicara pada Novy yang cengir-cengir begitu.
Ohya, omong-omong, aku bersekolah di Boardingschool, semacam asrama, aku pulang kerumah hanya pada saat liburan semester atau hari raya. Berbagaimacam titik jenuh pernah aku lalui, jenuh dan sangat jenuh tinggal di boarding apalagi tanpa diizinkan membawa alat komunikasi.
Kami memang difasilitasi warnet untuk berkomunikasi dan mencari informasi tapi semua itu tak gratis dan terbatas.

"Ohhiyaa, liburan mau kemana ??"

"Triping"

"Kemana ??" Novy antusias mendengar omonganku yang sekenanya itu. Ayoolahhh liburan ini harus berkesan.
Aku tak menjawab pertanyaan Novy.
Aku diam beberapa saat, namun setelah 3 sampai 5 helaan nafas barulah aku mulai bergeming.

"Aahh apa aku bisa melewati libur kali ini" aku berucap melenceng dari pertanyaan Novy. Mengingat kalau liburan-liburan sebelumnya selalu ada Yudha yang menemani.

"Ahh pasti gara-gara Yudha lagi yah" Novy, adalah sahabat karibku, tak pernah sungkan aku bercerita segalanya pada Novy, banyak hal yang diketahui Novy tentang aku karena kami selalu menghabiskan waktu bersama, apalagi kami tinggal di boarding. Tidur bareng, makan bareng, mandi bareng🙊 bahkan dulu kami juga pernah menyukai laki-laki yang sama.

Kejadiannya sudah lama sekali, saat aku masih menjadi murid baru di boarding, aku sungguh tak tahu kalau Novy menyukai kak Ibrahim, kalau aku tahu, sungguh aku tak akan dekat-dekat dengan ka Ibrahim sampai-sampai dulu aku sempat bermusuhan dengannya dan tanpa disadari hubunganku dengan Novy sangat berbanding terbalik dengan hubungan kami dulu, entah sejak kapan. Aku dan Novy pun memutuskan untuk mengubur dalam-dalam masalalu kami.

"Aku serius mau naik gunung Vy" aku mengalihkan tanyanya lagi.

Novy mencibir, "Yaudah.. Yaudah.. Yudha gausah dipikirin. Ajak-ajak doong nge-trip nya"

"Iyah, pasti aku ajak kok.."

"Bener yaa?" Novy meyakinkan.
Aku hanya mengangguk.

"Ohiya, Cha.. Hmm, boleh jujur ga.. Kamu tuh akhir-akhir ini beda banget khususnya setelah putus sama Yudha" Novy nampak sangat berhati-hati saat berbicara. Ia juga paham dengan bagaimana kondisi hatiku.

"Sebentar lagi kita UN lhoo Cha, kualitas belajarmu juga menurun Cha.. Jangan gitu doong Cha, aku jadi ikutan kena imbasnya, aku jadi gak bisa nyontek fisikamu lagi niih"
Aku tau Novy sedang berjuang menghiburku, dan aku sangat menghargainya. Aku tersenyum tipis sekali dan tak kusangkan senyum setipis itu berdampak besar buat Novy mengambil secercah peluang lagi.

Dengan perlahan novy bicara padaku, dan ucapannya itu membuatku lumayan mengangkat sebelah alis mataku.

***

Haaaayyyy maaf yaahhh.. Aku re-publish cerita ini karena sejujurnya aku masih belum bisa move on dari 44,8k viewers di cerita ini.. 

Maaf sekali yahh kalo kedatangan cerita ini malah ngebalain notifikasi para pembaca.. Maaf sekalii..

Tujuan saya re-publish adalah untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan (mantan) yang telah gugur di medan perang :v duuuueng gak dih boong :=

Jadiii.. Sesaat saya tersadar, kalau sesungguhnya sebuah karya adalah.. Hmm.. Sama halnya seperti istilah "tidak ada larangan kita untuk jatuh cinta pada kekasih orang", betul?

Daaaaan perlu saya tekankan lagi, adapun kesamaan latar, tempat, tokoh, kejadian, peristiwa, ending, atau apalah semacamnya itu murni hasil imajinasi saya, bukan hasil dariii.... "ANDA tidak tahu apa-apa soal hidup saya" ohhh pliissss atuhhh ANDA pede sekali.. ANDA kira ini cerita anda gitu.. Watty watty siapa? Watty aku kaann?? Naahh yang nulis siapa?? Aku juga kan.. Jadi pliiss jangan kepedean.. 😄😄

Udah ah, makin ngelantur... Soooooooo...
Terimakasih buat yang masih mau membaca cerita inii... Akan aku publish sampe bab ending yaa..😄😄

Aku ga maksa minta vote, karena sesungguhnya sebuah karya yang baik itu akan di sukai sendiri tanpa adanya paksaan. Betul?

Dear Pak Loreng (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant