part 24

111K 6.2K 44
                                    

Maylan pov

Hari ini hari pertama aku masuk kerja. Dengan status istri CEO perusahaan tempat ku bekerja, tapi aku ingin merahasiakan statusku di depan karyawan.

Ini juga menjadi persyaratan saat Ken mengkhitbahku.

" Pagi sayang." Kata Ken sambil mencium pipiku.

Ini sekarang jadi kebiasaan baru Ken, jika aku sedang melakukan sesuatu pasti dia langsung mencium pipiku kadang juga langsung memeluk dari belakang. Membuatku terperanjat kaget.

" Untung nasi gorengnya nggak jatuh." Kata ku mengamankan nasi goreng yang sedang aku bawa ke meja makan.

" Asyik nasi goreng, suapin ya..." pinta Ken manja.

Ini kebiasaan Ken yang lainnya, di suapin. Aku sampai geleng-geleng dengan tingkah suamiku ini. Kekanak-kanakan dan manja. Apalagi ditambah ternyata dia penggemar film kartun anak-anak.

" Mas, ade berangkat bareng Naya ya..." kata ku sambil menyuapi nasi goreng ke Ken.

Ken menelan makanan yang di mulut sebelum dia berbicara.

" Mas yang anter de,,,"

" Mas, inget kan perjanjian kita. Rahasiain pernikahan."

" Iya, Mas inget. Tapi Mas juga pengin berangkat kerja bareng istri Mas." Kata Ken menolak suapan Maylan.

" Mas... please ya, aku nggak mau bikin masalah di kantor. Hidupku sudah damai. Kalau ada yang tau aku satu mobil bareng CEO perusahaan, pasti bakalan banyak masalah." Keluh Maylan.

" Jadi menurut ade, nikah sama Mas masalah buat ade." Kata Ken marah, terlihat ekspresi muka Ken yang berubah marah.

Ini pertama kali nya aku melihat Ken dengan wajah yang nakutin. Membuatku nggak berani menatap wajah suamiku sendiri.

" Maaf mas, maksud ade bukan gitu. Tapi Mas itu banyak sekali penggemar di kantor. Apalagi bu Jul..."

" Julia maksud kamu?" Tanya Ken.

Maylan hanya mengangguk.

" Nggak usah takut. Kamu itu istri aku. Nggak akan ada yang berani macam-macam sama kamu sayang." Kata Ken memelukku.

" Kalau nggak, Maylan berangkat sendiri ya. Pakai motor." Pinta Maylan lagi.

" Pokoknya, berangkat bareng Mas."  Kata Ken yang tidak bisa di tolak lagi oleh Maylan.

Maylan hanya menunduk dan menggerutu sendiri.

Maylan juga nggak mau jadi istri durhaka dan jadi penghuni neraka. Gara-gara menolak perintah suami.

* Di parkiran apartemen.

Maylan berjalan di belakang Ken menuju parkiran.

Ken berjalan menuju parkiran sepeda motor. Padahal setau Maylan, Ken itu kemana-mana pakai mobil.

" Apa Ken ngijinin aku pakai motor?" Pikir Maylan senang.

Tapi Maylan berpikir ulang, apalagi liat dandanan Ken hari ini berbeda sekali. Ken hari ini memakai jaket.

" Pak Slamet " kata Ken kepada salah satu satpam Apartemen.

Satpam apartemen yang dimaksud berjalan ke arah Ken dan Maylan. Dia membawa dua helm.

" Motornya sudah saya siapin pak, ini helm dan kuncinya." Kata Pak Slamet menyerahkan dua helm yang di bawanya.

Ken menyerahkan satu helm berwarna hitam ke aku.

" Makasih ya Pak Slamet. Oh ya ini Istri saya Pak." Kata Ken mengenalkanku.

" Saya Slamet bu, satpam di sini." Kata Pak Slamet tersenyum.

" Ini motor siapa?" Tanya Maylan melihat motor Honda CB150R warna putih hitam yang Ken naikin.

" Motor mas, ayo cepat naik ntar kamu bisa terlambat." Pinta Ken.

Selama perjalanan ke kantor Ken tidak banyak bicara. Dia fokus menghadap ke depan.

Ken seperti sudah terbiasa mengendarai motor di jalanan ibu kota yang ramai dan macet.

Akhirnya sampai di kantor. Aku turun dari motor, meraih punggung tangan Ken dan menciumnya. Ken sama sekali tidak membuka helmnya. Tapi terlihat senyum di balik helm.

Ken kembali menyalakan CB150R miliknya kembali, tapi tidak menuju ke parkiran. Dia mengendarainya keluar dari halaman kantor menuju jalanan lagi.

" Di antar siapa kamu Lan?" Tanya Naya melihat Maylan turun dari motor.

" Suami." Jawabku singkat sambil berjalan meninggalkan Naya.

" Lan, kok tumben dia pakai motor?" Kata Naya sudah membarengi langkah Maylan.

" Demi bisa nganterin aku." Jawabku tersenyum.

" Aku nggak nyangka, segini nya Ken demi memenuhi janji padaku." Kataku dalam hati.

* Di ruangan Kerja.

" Oh, sudah berangkat sekarang kamu. Belum satu tahun bekerja sudah berani cuti. Satu minggu lagi." Kata bu Julia berdiri di belakang meja kerjaku.

" Maaf bu, kemarin saya ada urusan keluarga. Pak Haris juga ngasih ijin." Kata ku berdiri menghadap bu Julia.

" Seharusnya kamu minta ijin dulu ke saya. Main langsung minta ijin ke Pak Haris segala lagi, biar langsung di ijinin apa! hah! " kata bu Julia menaikkan satu oktaf suaranya.

Karyawan yang lain menghentikan pekerjaannya, Mereka melihatku iba. Di marahi singa betina kantor alias bu Julia.

" Maaf bu, waktu itu ibu nggak masuk."

" Ngeles aja kamu." Kata bu Julia marah tak terima dengan jawabanku.

" Nih kerjaanmu selama kamu nggak masuk, hari ini harus selesai. Maria kasih ke dia." Perintah bu Julia kepada seseorang di belakangnya.

Maria menaruh setumpuk map di tanganku. Maria ini asisten bu Julia. Yang selalu mengekor kemana aja bu Julia pergi.

Setelah memberikan setumpuk map, bu Julia dan Maria pergi.

" Lan, lu nggak apa-apa?" Tanya Naya sedih.

" Nggak apa-apa Nay, gue dah ngira kok ini bakalan terjadi."

" Gue bantu ya,,," tawar Naya.

" Nggak usah Nay, ini kerjaan gue biar gue aja yang nyelesein."

" Bisa-bisa Lu lembur, Ngerjain itu sendrian."

Aku hanya tersenyum menatap sahabatku. Menguatkannya kalau ini baik-baik aja untukku.

" Berani banget sih tuh singa betina, belum tau apa siapa Lu sebenarnya Lan." Kata Naya marah.

" Udah Naya, kalau lu marah-marah ntar dosa loh. Lagian gue nggak apa-apa. Satu lagi inget ya Rahasia soal gue dan Ken." Kataku memelankan suara saat menyebut nama Ken.

Naya pura-pura mengunci mulutnya dan melemparkan kuncinya.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah sahabatku. Semoga rahasianya aman sampai aku selesai bekerja di kantor.

UNTUKMU, IMAM RAHASIAKU (the Secret Husband) TERBIT!Where stories live. Discover now