35th trouble

8.4K 762 165
                                    

T I G A    P U L U H    L I M A

"If you're not the one for me
Why do I hate the idea of being free?
And if I'm not the one for you
You've gotta stop holding me
The way you do."

Water Under the Bridge

-:-o-0-o-:-

          Hal yang paling bahagia di dunia ini adalah ketika dirimu dihargai oleh seseorang yang kamu sayangi. Ketika kamu memberikan sesuatu dan dia menghargainya. Ketika kamu memiliki perasaan dan ternyata dia menyimpan perasaan yang sama padamu. Itulah yang Recza rasakan saat ini.

          Benar-benar senang, bahkan detak jantungnya begitu berdebar. Bukan karena Recza grogi, namun karena hatinya begitu lega lantaran aksi yang ia lakukan menghasilkan reaksi dari Adiska yang begitu membahagiakan dirinya.

          Apalagi saat Adiska melingkarkan kedua tangannya pada bahu Recza, ia merasakan jantungnya yang nyaris meledak dibuatnya. Hingga cowok yang rambutnya agak acak-acakan itu, dengan perlahan, melingkarkan tangannya di atas punggung Adiska.

-:-o-0-o-:-

          Arai terus melangkahkan kakinya menuju lapangan-tempat dimana biasanya Adiska menghabiskan waktu istirahat. Kepalanya terus merangkai kata-kata apa yang akan ia ucapkan nanti.

          "Dis, gue sebenernya sayang sama lo-ah, terlalu to the point!" keluhnya. "Oh, atau gimana kalau gue bilang, 'Adis, gue sebenernya pengen tau, apa yang lo pikirin tentang gue? Gue sebenernya pengen tau, apa lo punya perasaan yang sama ke gue atau justru—'"

          Pandangan Arai yang awalnya beredar asal ke depan, sekarang terfokuskan pada sesosok gadis yang tengah duduk di bawah pohon besar yang rindang itu. Apa yang ia lihat justru memberikan jawaban pernyataan Arai barusan, secara tidak langsung.

          Di saat itu juga Arai melihat gadis itu memeluk Recza dengan senyuman yang penuh kebahagiaan. Sebuah pelukan yang Arai harap itu akan ditujukan untuk dirinya. Hanya saja, kenyataan tidak berpihak pada Arai. Arai hanya bisa berdiri dari kejauhan memandang mereka berdua dalam diam.

          Menyaksikan hal itu, Arai lantas mengepalkan kedua tangannya. Meskipun ada api kekesalan dalam dirinya, ia hanya bisa tersenyum miris. Antara marah, sedih, kalut, semua menjadi satu ketika cowok berjaket hitam itu menemukan Adiska yang memeluk Recza begitu erat.

          Adiska adalah bintang di langit Arai. Setiap kali melihat bintang itu, walaupun kecil tapi ia bisa menjadi pusat perhatian di langit malam yang luas. Arai menggantungkan harapannya pada bintang itu. Sayangnya, bintang tersebut terlalu tinggi untuk digapai. Yang Arai bisa lakukan hanya menunggu dan berharap agar bintang itu jatuh menghampiri sang planet.

          Tanpa menunggu apa-apa lagi, Arai pergi menjauh tanpa sepengetahuan mereka berdua.

-:-o-0-o-:-

          "Lo—lo serius, kan, Dis? Atau ini ... khayalan gue?" ujar Recza, ragu.

          Adiska tertawa pelan. Ia melepaskan pelukannya seiringan ia menjawab, "Kalau gue becanda, gue gak akan meluk lo kayak gitu tadi. Yang ada gue malah nempeleng muka lo."

          Recza tertawa. Hanya saja tidak lama setelah itu, tawanya menghilang ketika ingatan akan Arai Jumat kemarin terlintas dalam pikirannya.

          "Dia ngerasa bersalah, karena ada gue, Za. Gue penghalang yang dia bilang."

          "Adis itu sebenernya suka sama lo."

CounterpartWhere stories live. Discover now