22nd trouble

13.6K 1.3K 169
                                    

D U A - P U L U H   D U A

          Bu Retno menuliskan sesuatu dalam daftar absennya. Tangannya berhenti pada nama selanjutnya yang akan disebut.

          "Recza Hutama."

          Namanya sudah dipanggil. Akan tetapi, sang pemilik nama tak kunjung menyahut.

          Seluruh siswa di sekitar bangku itu hanya bisa melirik ke arah bangku kosong yang terletak di sebelah Zidan.

          "Recza kemana?" tanya Bu Retno yang memusatkan kedua matanya pada teman sebangku Recza.

          Cowok berjambul rapi itu hanya mengedikkan bahu. "Saya juga gak—"

         TOK! TOK!

         Ketukan pintu terdengar. Seluruh penghuni kelas itu lantas segera menoleh ke arah pintu kelas di depan sana.

         Recza berjalan dengan santai sembari melepaskan jaket hijau yang baru dikenakannya.

         "Pagi, Bu. Maaf saya telat," ucap Recza terkesan sok ramah sambil mencium tangan Bu Retno.

         "Darimana saja kamu? Kok telat di pelajaran saya?" tanya Bu Retno tegas. Maklum, Bu Retno adalah guru Biologi yang terkenal disiplin. Meskipun masih kalah disiplinnya dengan guru kesiswaan yang biasa dipanggil Bu Yessi.

         "Biasa, Bu. Kejebak macet. Ibu, kan, tahu sekarang Bandung gak semacet dan gak sedingin dulu," jawab Recza sekenanya.

         "Ah, yang macet juga kan cuma daerah sini doang," timpal Bu Retno tidak percaya dengan jawaban Recza.

         "Nah, itu Ibu tahu. Udah tahu daerah sini macet. Makanya saya telat, Bu," balas Recza, mendongakkan kepalanya.

         Gara-gara Recza yang mendongakkan kepalanya, Bu Retno langsung mengamati sesuatu yang ada di wajahnya itu. "Itu wajah kamu biru-biru gitu, kenapa?"

         "Biasa, Bu. Berantem sama kakak saya. Berebutan naik mobil," jawab Recza sekenanya lagi.

         Bu Retno mengernyitkan keningnya. "Aduh aneh, deh. Berantem sama sodara bisa sampe biru-biru gitu. Kamu, tuh, udah gede tau, gak? Udah kelas sepuluh."

         Recza hanya cengengesan. "Jadi kapan saya bisa duduk dan belajarnya, Bu? Daritadi Ibu ngajak ngobrol saya terus."

         "Oh, ya, yaudah. Sana, sana. Kamu boleh duduk," suruh Bu Retno akhirnya.

         Recza pun akhirnya berjalan menuju bangkunya dengan ditatapi penasaran oleh seluruh anak 10 IPA 7. Bagaimana tidak? Wajahnya yang terdapat noda memar menjadi tanda tanya bagi semuanya.

         Termasuk Adiska yang duduk di belakang Recza.

         Sebelum Recza duduk dan menaruh tas ranselnya, cowok itu sempat beradu-tatap dengan gadis berambut sebahu yang duduk di belakangnya.

         Tatapan Adiska begitu lekat, seolah dia prihatin sekaligus ingin tahu apa yang baru saja menimpa cowok bernama Recza Hutama itu.

         Zidan yang sebenarnya tahu apa yang sedang terjadi hanya bisa diam dan pura-pura tidak tahu. Semua ini karena permintaan sahabatnya, Recza itu sendiri.

         Gara-gara dipukul telak oleh Arai kemarin, Recza mencoba menghubungi Zidan yang ternyata sedang asyik makan es krim bersama Ilham dan Zaky di kedai UScream.

         Recza waktu itu meminta tolong pada Zidan lewat telepon untuk membantunya saat itu, karena pertengkarannya dengan Arai yang liar dan tidak terkendali.

CounterpartWhere stories live. Discover now