16th trouble

16.3K 1.5K 135
                                    

E  N  A  M  -  B  E  L  A  S

          Sesosok laki-laki itu menatap gadis di hadapannya yang kian menjauh. Tangannya dikepal kuat seiringan dengan dirinya yang tenggelam dalam pikiran.

           Ini gak biasanya gue kayak gini.

           Berulang kali kata-kata itu terngiang dalam benaknya. Arai tak habis pikir, gadis pendek berambut panjang itu bisa membuatnya seperti ini―tenggelam dalam pikiran yang tidak bisa membuatnya teralihkan dari itu semua.

           "Arai!"

           Cowok berambut hitam legam itu menolehkan kepalanya ketika seseorang memanggil namanya.

           Putra―salah satu sohibnya selain Yoga―menghampiri Arai yang tengah berdiri di kantin. Putra memiringkan kepalanya bingung, mendapati Arai yang sepertinya sedang melihat sesuatu.

           "Lihat apaan lo, Rai?" Putra menepuk bahu Arai―cowok yang sekarang tengah berdiri di sebelahnya.

           "Nggak, bukan apa-apa." Arai menggelengkan kepalanya. "Ngapain lo di sini?"

           Putra malah nyengir. "Justru lo yang ngapain di sini, Rai? Ini kan udah jam pelajarannya Bu Hesti. Sekarang, kan, bakal ulangan matematika. Ya kali, kita bolos pas jam pelajaran guru kolot bin killer itu."

           "Gue bete tadi," kata Arai. "Makanya gue ngopi di kantin, biar ilang betenya." Arai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

           "Ck, ah, lo, bete mulu." Putra merangkulkan salah satu tangannya ke pundak Arai. "Yuk, caw! Takut Bu Hesti masuk duluan. Entar, kita bisa abis sama dia."

-:-o-0-o-:-

           Adiska memasuki kelasnya yang belum ada guru di dalamnya. Beberapa siswa di kelas memfokuskan pandangan mereka masing-masing ke arahnya―membulatkan mata seolah tak percaya bahwa dirinya akan setelat ini.

           Adiska, masih dengan menggendong tasnya, melangkahkan kaki ke arah bangkunya―dimana Debby menatap Adiska lekat-lekat. Gadis bertubuh pendek itu menaruh tasnya kemudian duduk sembari menaruh pandangannya ke depan―berharap cowok yang duduk di depannya menoleh ke belakang. Namun bukannya memutarkan kepalanya ke belakang, justru Recza malah asik dengan earphone dan ponselnya.

           "Lo kok bisa setelat ini sih, Dis?" Debby meninggikan suaranya. "Gak biasanya lo telat. Sekalinya telat, lo malah masuk jam setengah sembilan kurang."

           "Iya, gue ngerjain makalah biologi kampret yang nyusahin banget, Deb," keluh Adiska sambil mengepalkan tangannya gemas. Gemas karena tugasnya yang menyusahkan, dan gemas pula karena cowok itu tak kunjung meliriknya. "Gue begadang sampe jam 12 malem. Makanya gue telat bangun. Udah gitu gue naik angkot lagi, gara-gara Kak Bagas malah ninggalin gue."

           "Ck, buset, apes banget lo hari ini." Debby menggelengkan kepalanya. "Tapi, btw, lo bisa masuk ke sekolah jam segini gimana caranya?"

           Ada sedikit jeda sebelum Adiska menjawab pertanyaan Debby. "Gue tadi ketemu Arai. Dia yang nolongin gue biar bisa masuk ke sini."

           "Arai lo bilang?!" Tiba-tiba Zidan memalingkan mukanya ke arah Adiska dan Debby yang duduk di belakang.

           "Yee ... apaan sih, lo? Nguping aja ini orang, ih," timpal Debby yang memberikan ekspresi jijik pada cowok yang jambulnya selalu badai dan basah mengilap.

CounterpartWhere stories live. Discover now