EPILOGUE

7.9K 528 88
                                    

Bahkan ketika tubuh ini terbalut hawa dingin, percayalah bahwa hatiku akan tetap menghangat—bersamamu.

.

.

Kim Taehyung masih berdiri di dekat kitchen buffet, dengan setelan chef jacket yang membalut tubuh proporsionalnya. Membuatnya tampak berkali-kali lipat lebih berkharisma.

Tak pernah sedetikpun pria bersurai coklat ini melepaskan tatapan elangnya dari para laki-laki berseragam koki—lengkap dengan apron hitam dan necktie berwarna senada yang melingkar di kerah baju—yang tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Suara bising yang berasal dari peralatan dapur yang saling beradu itu seakan tak mengusiknya sama sekali, bahkan terdengar seperti sebuah nyanyian dari surga—sangat menenangkan.

Kaki jenjang Taehyung kemudian melangkah, berniat menghampiri para koki yang sepertinya belum menyadari jika bos mereka tengah mendekat. Terlihat bahwa mereka sama sekali tak acuh—terlalu sibuk dengan hidangan yang sedang mereka siapkan.

"Sudah kau cek tingkat kematangannya?"

Tepat seperti dugaan, seorang koki yang baru saja mengeluarkan sebuah loyang persegi berisi beef dari dalam oven itu terkejut ketika suara berat bosnya tiba-tiba menyapa gendang telinganya.

"Ah? Anda mengagetkan saya Chef." Sahut koki itu sopan. Dia pun meletakkan loyang dengan hati-hati ke atas meja, menusukkan meat thermometer pada daging berukuran tebal tersebut lalu menatap sejenak angka yang muncul pada layar digital sebelum melaporkan, "Kematangannya sudah pas."

Taehyung mengangguk. "Segera selesaikan masakanmu. Aku tidak suka koki yang lamban." Tandasnya.

"Ya, Chef!" Jawab koki itu tegas.

Iris gelap Taehyungpun kembali mengedar, seakan tengah mengawasi satu-persatu mangsa buruannya di bagian food & beverage ini. Setelah dirasa tidak ada yang perlu ia pastikan lagi Taehyung berniat untuk mengecek bagian pastry yang terletak di sebelah barat.

"Daddy!"

Suara lengkingan anak kecil berhasil mengurungkan niatannya untuk berpatroli. Lantas dia menoleh ke sumber suara, menemukan seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun dengan setelan kaus katun tipis berwarna hitam yang dipadukan dengan celana pendek selutut berwarna putih, tengah berjalan ke arah mereka dengan sebelah tangan yang digandeng oleh Jimin di sampingnya.

Begitu sampai di depan Taehyung bocah itu segera berhambur memeluknya yang kini telah berjongkok—mensejajarkan tinggi badannya dengan tinggi putranya.

"Daniel kemari dengan siapa, eh?" Taehyung mengusap sayang punggung sang anak hingga kemudian jemarinya naik untuk mengelus surai hitam milik putranya tersebut.

"Dengan momma." Gumam Daniel yang masih menenggelamkan wajah di antara lengannya dan perpotongan leher ayahnya.

Daniel suka sekali memeluk dan mencium aroma sang ayah. Seperti memeluk Batman, katanya—Daniel pernah mengaku sendiri di depan kedua orang tuanya dan sukses membuat sang ayah tertawa bangga detik itu juga dan sedikit besar kepala. Karena alasan inilah dia menjadi lebih dekat dan lebih manja pada Taehyung dibandingkan pada mommanya. Tentu saja Taehyung senang melihat kenyataan ini, rupanya ia tidak terlalu mengecewakan untuk menjadi seorang ayah bagi anak-anaknya.

"Mereka di ruanganmu." tambah Jimin yang masih berdiri di dekat mereka, menyaksikan adegan manis sang ayah dengan putranya.

Taehyung mengangguk mengerti, kemudian berdiri sambil membawa Daniel pada gendongannya. Ia sedikit menjauhkan wajah Daniel darinya hingga dia bisa melihat wajah anaknya dengan jelas, menatap iris coklat kebiruan putranya sejenak sebelum bersuara, "Ingin biskuit? Atau coklat?" tawarnya.

PURPOSE COMPLEX ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang