[11] Daegu

6.1K 662 25
                                    

|Disarankan untuk memutar lagu 'Say yes' by Loco, Punch🎶|

Yoongi berdecak sebal kala saluran televisi yang sedang di tontonnya diganti secara paksa oleh adiknya. Lelaki itu mendengus sebelum akhirnya sedikit bergeser ke samping, memberi ruang untuk Lian duduk. Sedangkan sang adik hanya tersenyum lebar melihat wajah Yoongi yang tertekuk masam.

"Ini hari minggu, kau tidak pergi keluar?" Tanya Yoongi.

"Tidak. Justru itu aku ingin bermalas-malasan di rumah." Lian sedikit mendorong Yoongi ke samping, "Aku tahu kau ingin aku keluar dan membiarkanmu menonton acara tinjumu itu lagi, kan?"

Yoongi hanya terkekeh, menatap geli Lian yang tengah memandangnya dengan kedua mata yang disipitkan. "Tidak perlu memandangku seperti itu, kau tahu jika aku jarang sekali menonton televisi."

Lian berdecak, "Aku heran sejak kapan kau suka menonton tinju? Harap berkaca di depan kaca yang bening, Tuan Besar Min Yoongi." Sarkas Lian, yang langsung dibalas gelak tawa Min Yoongi.

"Apa salahnya? Aku hanya menonton, bukan ikut melakukan tinju." Kata Yoongi di sela-sela tawanya. "Aku tahu kau khawatir padaku." Lanjutnya dengan mengedipkan salah satu matanya.

Melihat itu Lian hanya bisa mendengus, menatap geli Yoongi. "Jika saja para pegawaimu melihatmu sekarang, aku berani bertaruh image dinginmu akan luntur detik itu juga."

"Aku bukannya dingin, hanya sedang memilah."

Yoongi mencolek pinggang Lian, membuat gadis itu lagi-lagi berdecak. "Omong-omong kau tidak menelepon pangeranmu?"

"Jungkook sedang sibuk jadi-"

"Bukan dia."

"Lalu?"

"Kim Taehyung."

Detik itu juga Lian menoleh, menatap penuh tanya ke arah Yoongi. Tunggu, siapa? Kim Taehyung? Oh, rupanya sepupunya yang satu ini benar-benar senang menggodanya. Pangeran apanya, siapa yang sudi menyebut Taehyung adalah pangerannya. Bahkan sebaliknya, lelaki itu adalah nightmare baginya.

"Dua hari lagi adalah hari pertunanganmu, kau tidak berniat melakukan pendekatan dengannya?" Tanya Yoongi.

Gadis itu menggidikkan bahu sebagai jawaban. "Aku sudah mempunyai Jungkook, untuk apa aku melakukan pendekatan dengannya. Toh setelah itu aku-"

"Jangan berpikir bodoh, kau ingin kabur, kan?" Potong Yoongi.

"Jelas, memangnya aku terima dengan perjodohan konyol ini?" Lian berdecak, "Big No."

Yoongi mendengus. Tangannya terulur menyentil kening adiknya, yang di balas geraman oleh Lian, "Oh ya? Siapa yang baru saja tersenyum simpul setelah pulang dari acara mencari cincin pertunangan? Jadi, apa arti semua itu?" Goda Yoongi.

Lian terdiam, ingatannya langsung melayang mengingat kegiatan empat hari yang lalu, ketika Taehyung mengajaknya untuk memilih cincin-bukan, tepatnya mengambil cincin pesanan yang akan digunakan mereka besok. Jujur saja Lian memang sangat senang saat itu- harap catat, hanya senang di beberapa tempat saja-

Lian berniat membuka mulut, menyangkal apa yang Yoongi katakan. Sebelum suara bel berbunyi beberapa kali, membuatnya harus kembali menelan kata-katanya.

Yoongi nampak mengerutkan keningnya, menoleh menatap pintu depan untuk beberapa detik, lalu kembali menatap Lian. "Siapa?"

"Mana kutahu?"

PURPOSE COMPLEX ✔️Where stories live. Discover now