26. Keep Trying

1.3K 105 12
                                    

"Pernah, saya berniat untuk menerimanya kembali. Setelah apa yang ia lakukan, rasanya tak sulit untuk membuat hubungan lagi dari awal. Tapi ... saya berhenti. Itu hanya akan membuat salah satu dari kami terluka. Jadi saya berjanji untuk tidak lagi melukai seseorang pria  atas nama cinta. Begitulah...."

Bayu mengangguk tanda mengerti. Semua itu mungkin saja. Ladea dengan janjinya tentu memiliki harapan yang besar. Tak ada lagi Reyhan-Reyhan lain dalam hidupnya. Pantas saja ia dikatakan gila oleh Ladea. Maksudnya sudah tentu gila seperti Reyhan. Tapi bukankah banyak kasus orang jadi gila karena cinta? Jadi Bayu merasa tindakannya masih dalam batas wajar.

Waktunya mencoba lagi.

"Aku dapat merasakan kekhawatiranmu, La. Aku juga tak mau menghabiskan waktu sia-sia di tempat seperti tadi di sisa hidupku. Tapi cinta itu datang begitu saja. Pasti ada maksudnya. Bukan sembarang lewat dan salah bertamu. Sayangnya, cinta itu sudah datang dan tinggal diam dalam hatiku. Untukmu. Dan aku yakin itu tak salah. Tidak salah aku mencintaimu. Aku akan tetap memintamu."

Ladea mengaduk es jeruknya dengan sedotan. Enggan menjawab.

"Tak perlu buru-buru. Aku akan bertanya lagi esok hari," ujar Bayu sambil tersenyum.

Ladea melotot. Lalu ia membuang napas. "Tak perlu. Jawabannya tetap sama. Tidak."

"Ayolah, Ladea. Kenapa kau suka sekali membohongi diri. Usiamu sudah tak muda lagi loh. Kau pasti butuh seseorang. Yang menemanimu setiap saat dan-"

"Ehm, Bayu, saya bisa pulang sendiri. Kau pulanglah duluan."

Glek. Bayu mendelik. "Gak sopan. Aku belum selesai bicara, dipotong, lalu disuruh pulang. Wanita macam apa kau ini, La," Bayu terkekeh.

Ladea sedikit tertawa. Iya juga ya, pikirnya.
"Maaf. Maaf. Saya hanya benar-benar tak ingin membahasnya. Capek tahu."

"Nah, capek ... itu salah satu ciri-ciri bahwa kau sudah harus berpasangan. Paling tidak ada yang mijitin pinggangmu... atau keningmu. Atau kakimu, atau--"

"Bayu, diamlah. Kau terlalu banyak bicara. Cowok aneh," ujar Ladea sembari menyeruput es jeruknya. "Jadi, bagaimana proyeknya?"

Bayu meresponsnya cepat, "Lumayan. Orang suruhanmu tak begitu rajin kontrol ke lapangan. Tak sepertimu. Walau cantik masih saja mau terjun langsung. Ya, tipikal cewek sepertimu, tipe aku banget. Mau ya, kau menjadikanku suamimu ...."

"Kau benar-benar menyebalkan, Bayu. Saya sedang tidak ingin bicara itu..."

Bayu menarik tangan kanan Ladea lalu menggenggamnya. Ladea tak menolak.

"Satu hari nanti, kau pasti akan membuka hatimu kembali. Saat kau membukanya, aku akan setia menunggu. Ah, ini ..." Bayu mengeluarkan kotak beludu merah kecil yang sedari tadi berdiam di dalam kantong celananya. "Simpanlah ini untukmu. Rasanya aneh bila kubawa pulang, rasanya seperti menyimpan sebuah kekalahan. HAhaha."

Ladea tersenyum. Manis sekali. "Tak perlu, Bayu. Simpanlah untukmu sendiri."

"Gak lah, cincin itu cantik dan takkan bermanfaat bila kupakai. Untukmu saja. Bila kau tak suka modelnya, nanti kubelikan yang kau suka."

Ladea tertawa. "Ternyata kau memang gila dan keras kepala."

"Ya, karenamu."

Ladea seketika pucat. "Tidak, jangan bilang kau gila karena mencintai seorang wanita yang bahkan tidak mencintaimu. Lama-lama saya yang gila."

"Jadi ... kau benar-benar tak membutuhkan belaian laki-laki?" goda Bayu sambil memainkan jemarinya di tangan Ladea.

"..."

Bayu tak menunggu jawaban Ladea. Dengan lembut ia menciumi punggung tangan wanita yang kini tampak terlena.

Aku akan membuatmu tak hanya sekadar butuh belaian laki-laki, tapi kau akan ketagihan, Ladea.

Lady LaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora