21. The Truth

1.1K 108 11
                                    

"Siapa dia?" Ladea mengambil selembar foto yang tergeletak di nakas bersama beberapa lembar kertas yang baru saja dikeluarkan Santy.

"Dia suamiku. Mantan maksudku," ujar Santy seraya membereskan pakaian yang baru saja disetrikanya.

Ladea memperhatikan wajah lelaki di dalam foto itu.

"Sampai hati dia membiarkan mbak seperti ini. Dia benar-benar lelaki yang jahat."

Santy terdiam. Ia tahu Bayu tidaklah sekejam itu. Andai saja ia tak menyakiti Bayu di malam itu ... andai saja ia tak kembali ke cinta pertamanya. Mungkin saja Bayu masih terus mencintainya.

"Mas Bayu punya alasan, La. Dia sudah melakukan hal yang seharusnya dia lakukan."

"Meninggalkan mbak dan bayinya? Huh, sungguh tak punya hati."

***

"Aku menyerahkan Shasya sepenuhnya ke dalam tanganmu, La. Aku percaya kamu jauh lebih baik menjaganya untukku. Jangan biarkan ayahnya bertemu dengan Shasya. Jangan mencarinya. Bila satu hari nanti dunia mempertemukanmu dengannya jangan sampai kau jatuh hati padanya. Lelaki egois sepertinya tak pantas mendapatkan wanita mana pun."

Pesan terakhir Santy sebelum keberangkatannya sangat lekat di ingatan Ladea. Satu-satunya lelaki yang ia ketahui punya hubungan dengan Santy hanyalah Bayu.

Saat pertama kali Ladea bertemu Bayu dalam sebuah proyek, Ladea tersentak. Ia tak mudah melupakan wajah di dalam foto yang ia lihat beberapa tahun lalu. Wajah yang terpatri dalam ruang kebencian di hatinya. Lelaki berengsek itu adalah partner bisnisnya.

Dan hari ini Ladea jauh lebih terkejut manakala Bayu mengatakan bahwa ia bukanlah ayah dari Shasya.

"Kau dengar? Aku bukanlah ayah putri angkatmu itu."

Bayu sudah berdiri persis di depan Ladea yang sedang duduk dengan tampang yang syok.

"Tapi, Santy bilang kau mantan suaminya ... itu berarti ..."

"Itu tak berarti apa-apa, Ladea. Kami berpisah ... delapan bulan lamanya ... saat ia datang padaku kehamilannya sudah enam bulan."

Ladea memijit keningnya. Bagaimana bisa? Pikirannya berkecamuk. Mengapa Santy tak mengatakan apa-apa?

"Jadi?"

Bayu tersenyum. Ia mendekat ke wajah Ladea. Diangkat dagu Ladea dengan tangan kanannya. "Itu artinya ... kau benar-benar telah salah menuduhku. Dan lagi ... aku bukan ayahnya, tapi aku tahu siapa yang paling berhak atas anak itu.

Ladea bungkam. Ia kembali memutar otak. memikirkan semua yang sudah terjadi. Bagaimana mungkin selama ini dia bertahan dalam anggapan Bayulah yang menyebabkan Santy dan Shasya harus dalam situasi yang tak nyaman.

"Siapa ayahnya?"

"Kau tak ingin bertanya pada Santy? Bukankah katamu dia masih hidup?"

"Ya... Santy baik-baik saja."

"Telpon dia. Katakan kau kesulitan mencari ayahnya Shasya."

Ladea mengangguk. "Ya dia takkan menjawab panggilan dariku. Baginya Shasya sudah usai. Tak ada yang perlu diperjuangkan, selain kehidupannya sendiri di negeri orang. Terlebih dia tak ingin Shasya bertemu ayahnya."

Bayu mengangguk-angguk.

"Tapi ... kau sungguh tahu siapa ayahnya?"

"Tentu saja."

Ladea penasaran ... "Siapa dia?"

"Cinta pertama Santy. Fadli Hanggoro."

Ladea terkesiap. "Siapa? Fadli Hanggoro?" ulang Ladea ragu-ragu.

"Ya. Kau mengenalnya?"

Kepala Ladea seperti berputar.

"Dia suami Dina, sepupuku."

Bayu tercengang.
Ladea menatap Bayu dengan perasaan tak menentu.

"Bisakah kau menjaga rahasia ini? Aku tak ingin Shasya diambil siapa pun. Shasya adalah anakku." Ladea memandang Bayu penuh harap.

Fadli tak boleh tahu ada seorang anak di luar sana yang ternyata adalah darah dagingnya. Apalagi ... Setelah bayi yang dilahirkan Dina meninggal sesaat setelah dilahirkan. Fadli dan Dina tak pernah dikaruaniai anak lagi sampai saat ini. Fadli tak boleh mengambil Shasya dariku. Batin Ladea begitu ketakutan akan kehilangan Shasya.

Lady LaWhere stories live. Discover now