16. Someone

1.1K 97 11
                                    

"Tolong sudahi, Bayu. Saya ..."

"Bilang kalau kamu juga menginginkannya, Ladea. Aku tahu. Matamu tak pernah bohong. Sejak pertama kita bertemu pun kamu sama sepertiku. Kamu tertarik. Begitu pun aku."

Bayu terus mendesak Ladea. Wanita bertubuh ramping itu terduduk di sofa. Bayu tak menyia-nyiakan. Ia mengunci paha Ladea dengan kedua kakinya.Wajahnya didekatkan, hidungnya menempel di pipi mulus Ladea. Aroma parfumnya membuat gairah Bayu kembali tinggi. Tangan kanannya membelai halus kening, lalu turun ke pipi. Menyibak rambut ke telinganya. Ujung jemarinya menyentuh bibir Ladea.

"Bayu, cukup. Ini tidak benar. Saya ..." Jantung Ladea mulai berdetak tak menentu. Bayu semakin menekannya.Ladea nyaris terbaring di sofa.

Bayu membungkam Ladea dengan ciuman yang penuh hasrat. Badannya semakin menempel. Ladea tegang. Sesuatu membuatnya begitu ketakutan.

"Singkirkan ba-badan-mu dari sini, Bayu!"

Bayu tak mempedulikan pinta Ladea. Ia semakin menekan Ladea. Tangan kirinya mengunci tangan Ladea yang meronta. Bayu terus menciuminya. Dari bibir, ke leher lalu turun. Bayu membuka paksa kancing atas blus krem Ladea.

"Oh Tuhan, hentikan ini, Bayu!"

Ladea meronta. Namun Bayu tetap tak acuh. Lidahnya berjalan dari leher menuju dada. Diisapnya lembut di tengah-tengah sana. Ladea mengeluh.

Erangannya membuat Bayu semakin menggila. Satu per satu kancing blus Ladea meninggalkan lubangnya.

"Bayuuuu!"

Ladea melawan. Menggerak-gerakkan pahanya yang terkunci di antara kedua kaki Bayu.

Bayu menghentikan ciumannya.

Nafasnya masih memburu. Hanya lima centi wajahnya tepat di atas wajah Ladea yang pucat. Matanya sayu. Meredup.

"Tell me that you love me, too." Bayu berharap.

Ladea bergeming dengan napas yang masih tak beraturan. Bola matanya tampak bening. Ada yang menggenang.

"Please, Ladea. Just tell me that you love me, you want me."

Air mata menetes.

"Kau tak mengerti, Bayu."

"Aku mengerti. Sangat mengerti. Kamu membutuhkan seseorang. Itu aku. Yang mencintaimu."

"Bohong!"

"Aku benar-benar mencintaimu."

"Kau tak mencintaiku. Tak pernah. Kau hanya menginginkan tubuhku. Lalu pergi begitu saja, Reyhaannn!"

Teriakan Ladea membuat Bayu melepaskan kunciannya.

"Reyhan?"

Bayu memandang Ladea heran. Ladea tampak penuh emosi. Teriakan tadi benar-benar menunjukkan bahwa dia sedang kesal. Tapi Reyhan?

"Siapa dia?"

Bayu tersentak ... seperti dejavu.

Ia pernah dalam situasi seperti ini ... dulu ... Ya, dulu ....

Saat seseorang dalam hidupnya menyebutkan nama seorang pria, di ranjangnya.

***

Ladea

Tuhan, andai aku boleh meminta, aku ingin mengulang waktu, dimana aku tidak dipertemukan dengannya di hari itu. Tidak bertemu Santy, tidak menggendong Shasya dan tidak berada di tempat ini tentu saja.

Dan keadaan terjepit ini membuatku membangkitkan seseorang yang telah lama kukubur dalam-dalam. Reyhan.

"Bukan siapa-siapa!"

"Katakan siapa dia! Katakan!" Bayu memegang kedua lenganku sangat keras.

"Apa-apaan ini, Bayu? Kau tak berhak!"

"Kamu membawa nama seorang pria di tempatku. Aku berhak tahu!"

Kurasa laki-laki di hadapanku ini memang benar-benar gila.

"Cukup, Bayu. Saya sudah cukup tersakiti dengan kelakuanmu hari ini. Ini sangat memalukan!" Aku mengaitkan kembali kancing blusku. Ia benar-benar sudah membuatku malu. Bagaimana mungkin pria ini melihat kepunyaanku dengan sesuka hatinya.

Jantungku masih tak menentu. Apa itu tadi? Aku menyebut nama Reyhan dan membuat Bayu makin kesetanan? Yang benar saja!

"Saya permisi!"

Aku mengambil tasku setelah merapikan pakaian yang kukenakan dan menyisir rambut dengan jemariku.

"Tunggu!"

Aku terus berjalan menuju pintu.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, seperti Reyhan. Dan aku tidak menginginkan tubuhmu, saja. Aku juga menginginkan hatimu."

Langkahku terhenti.

Kau pernah membiarkan Santy seorang diri. Bukan tidak mungkin kau juga akan meninggalkanku, sendiri.

Lady LaWhere stories live. Discover now