14. The Past

1.1K 81 10
                                    

Ladea

Berendam air hangat. Itu satu-satunya yang kulakukan ketika sampai di rumah. Shasya sedang menginap di rumah mama. Si Mbok sedang cuti. Sungguh sebuah kebetulan yang sangat indah. Sunyi. Dan merenung.

Ciuman tadi ...
Reyhan. Seharusnya ingatan itu sudah terkubur dalam-dalam. Bayu membangkitkan ingatan itu. Tidak. Bukan Bayu. Aku sendiri yang membangunkan kenangan masa silam. Ternyata ... aku masih mengingatnya. Cinta ... pertamaku. Lelaki berengsek itu. Ternyata aku masih menyimpannya rapat-rapat.

"Aku takkan lama. Aku akan segera kembali. Jaga dirimu. Kita hanya terpisah jarak. Bukankah zaman sudah keren. Kita tak perlu surat-suratan bila kangen."

...

"Siapa dia?"

"Dia teman kuliah. Sama-sama dari Indonesia."

"Kau menciumnya?" Dea bertanya setelah melihat foto Reyhan dan wanita itu di jejaring sosial.

"Dea, sebuah ciuman takkan membuatnya hamil."

"Kau selalu mengatakan itu. Tapi aku tahu ciuman-ciumanmu berakhir seperti apa, Rey. Kau benar-benar menyebalkan."

"Ciuman seperti itu hanya untukmu, Dea. Percayalah padaku."

...

"Maaf, aku akan menikah sore nanti."

"Aku tahu. Selamat, Rey. Dan selamat juga atas kehamilan wanita itu. Sebuah ciuman tak akan membuatnya hamil, ha? BULLSHIT"

***

"PING!"

Aku membuka mata saat mendengar suara hape. Tanganku meraih sisi bathup.

Bayu.

Aku memejamkan mata kembali.

"Aku mencintaimu, Ladea."

Suara itu lagi. Oh Tuhan, bisakah malam ini aku tidur nyenyak?

***

"Dia bilang belum pernah menikah, Steve. Kau dengar itu? Belum ..."

Steve mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Bisa jadi, Bro. Bukankah kubilang ia memang misterius. Ia pulang ke Indonesia membawa seorang bayi. Tapi tak ada yang tahu itu anak siapa."

Bayu tampak mengingat-ngingat sesuatu.

"Anak itu ... rasanya tak asing. Tapi ... siapa ya?"

"Maksudmu?"

"Wajahnya mengingatkanku pada seseorang. Tapi ah memoriku payah."

"Sudahlah, Bro. Ngapain juga lu pusingin begituan. Kayak gak ada wanita lain aja."

"Memang tidak ada."

"Ckckck." Steve menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi, Ladea tahu aku pernah menikah. Tak banyak yang tahu. Dari mana ia tahu?" tanya Bayu sambil melirik curiga ke arah Steve.

"Jangan ngaco. Gue gak ada waktu ngobrol sama Ladea. Lu pasti nuduh gue nih. Kayak anak kecil aja sih lu."

"Cari tahu."

"What?"

"Cari tahu tentang anak itu. Sekarang!"

"Gue banyak kerjaan, Bro."

"Ya gak mesti lu juga kali. Orang suruhan lu kan keren kalo masalah beginian ..."

Steve mengangguk-angguk.

"Okay. Kita lihat saja."

Lady LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang