Bab 9

52.5K 5.3K 496
                                    

*versi cetak mengalami perubahan // belum di revisi*

Masih terjaga hingga fajar menyapa. Ia meringkuk memeluk lutut di ranjang berukuran besar itu. Ruangan besar tapi sepi, ruangan mewah namun ia tidak bisa menemukan kebahagiaan lain dirinya. Semua tampak kelabu seperti ada kabut tebal yang menyelimuti. Membungkus kesenangan itu, dan menggantikannya dengan kesakitan.

Setelah berperang dengan rasa sakit yang menyita waktu, akhirnya ia memutuskan untuk bangkit, bangkit dari baringan. Berjalan keluar setelah merapikan rambutnya agar tak terlalu kusut.

Ketika ia membuka pintu kamar, tangga langsung menyapanya. Dari sanalah, ia bisa melihat senyuman Taehyung dengan Jimin.

Ia menyerngit sekejap, sebahagia itukah mereka? Apa kesakitan yang mereka ciptakan pada dirinya menjadi titik balik senyuman yang merekah itu? Melupakan apa yang menjadi penyebab tulinya telinga semalam. Padahal baru hitungan jam ia mendengar kematian ketiganya, tapi sekarang seperti pedang Goblin yang menghunus di dada, tawa mereka menjadi kematian keempat setelah malam itu. Sungguh, dunia ini memuakkan.

Namun, gelegak amarah yang semakin mengiris hati, berhasil menghantarkan saliva tertelan paksa. Membuat Eunbi harus menegarkan hati, menyembunyikan duka itu, dan melengkungkan senyuman terpaksa.

"Oh! Eunbi kau sudah bangun?" sapaan pertama kala kaki menuruni tangga.

"Duduklah, kita sarapan lebih dulu." kali ini Jimin yang bersuara. Menarik tangan Eunbi dan membawa tubuh gadis itu duduk di dekat mereka.

Saat mereka tengah sibuk menyantap makanan yang lebih dikenal Eunbi dengan salad sayuran itu, Eunbi sama sekali tak menyentuhnya. Dan keanehan itu dirasakan Jimin maupun Taehyung. Saling lirik dan bingung dengan perubahan Eunbi. Gadis itu diam, dan disela-sela kunyahan Jimin, dia menyempatkan bertanya.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku?"

"Eum. Wajahmu pucat, apa kau sakit?"

"Jangan sentuh!" sedikit tajam. Dan Jimin urung mengarahkan telapak tangannya. Kembali memandang Taehyung yang ikut terdiam bersama ucapan Eunbi. Seketika, suasana tersapu suhu dingin. Saling diam dalam perubahan sikap. Pun tanda tanya yang memenuhi otak. Semua tampak tak singkron dan saling berperang.

"Hari ini aku pulang, dan...."

Jimin tercekat, Eunbi memang berubah dalan kurun waktu singkat.

"Oppa, aku berhenti dari pekerjaan ini."

Ukiran senyum terpaksa Eunbi kembali dipertontonkan. Yang mau tak mau menciptakan guratan kelabu pada diri dua lelaki itu menjelas. Tak menunggu lebih lama, karena saat ini bangkitnya Eunbi dari duduk turut membangkitkan kebingungan.

"Eunbi!"

"Aku akan pulang sekarang, dan terima kasih untuk selama ini Oppa, kau juga Taehyung," ucap gadis itu.

Ia melangkah, dan Jimin mengejar. Menahan tubuh itu, membalikkannya untuk dimintai sepenggal kalimat penjelas.

"Kau kenapa? Kau tak apa 'kan? Kenapa kau berubah?"

Eunbi melepas cengkraman itu, masih mencoba menutupi amarahnya.

"Lepaskan oppa, aku ingin pulang."

"Aku akan mengantarmu-"

"Berhenti berbuat baik padaku!"

Dan saat itu, dunia Park Jimin berguguran.


-oOo-

Melalui tajamnya hazle pekat itu, Jungkook menunduk. Hawa memanas meski di luar musim dingin sedang berlangsung. Dengan satu sindiran yang tadi diperdengarkan, Jungkook mati bak kutu keracunan.

My Cold Husband [JJK Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang