epilog

1K 259 39
                                    

"makasih, mas." gue tersenyum setelah dua buah piring sampai di atas meja ini.

saat gue sibuk makan, gue tetep bisa merasakan tatapan michael. membuat gue menengadah ke arahnya. "nggak makan?"

yang ditanya malah cuma tersenyum lebar dan mengangguk.

gue cuma menatapnya. bingung ini anak di depan gue kenapa. saat itu juga, gue sedikit-sedikit melihat perubahan fisik di wajah michael. sekarang, di sekitar rahangnya ada rambut-rambut kecil. kedua ujung mulutnya yang dulu ke bawah sekarang jadi ke atas. itu membuat matanya sedikit menyipit karena senyum lebarnya.

dan kalo gue nggak salah liat, matanya terlihat lebih bersinar dari sejak kita sampai di sini.

"foto aja, it will last longer."

gue memutar bola mata namun tetap tersenyum kecil sembari mencolek pipi kanannya.

"aw! kok ditampar, flor?"

oops. ternyata gue nampar bukan nyolek. hehe.

mata gue membulat. "ma-maaf." tapi gue nggak bisa nahan ketawa sembari mengelus pipinya yang nggak sengaja gue tampar tadi.

"ehehe. gapapa deh tampar aja kalo akhirnya dielus gini." katanya menyengir.

jari telunjuk gue mendarat di dahinya dengan memberi sedikit tekanan. "ye, genit lo."

"genit sama kamu ya gapapa dong!"

"yee, kocak, siapa lo siapa gue."

cengirannya tetap nggak hilang saat dia melipat kedua tangannya di atas meja. "soon, flora, soon."

"soon apa?!"

"yee, rada telolet juga ya otak l— kamu."

gue memasang wajah pelongo sembari menangkat sendok yang ada di tangan kanan gue. "sok imut lo, gue geli."

ucapan gue membuat bibir michael maju kedepan. "kamu sayang kan sama aku?"

"u-uh, ya, ya gitu."

ia tersenyum. "aku juga sayang sama kamu."

setelah itu wajah gue memerah dan gue berusaha menutupinya dengan menunduk sembari memakan makanan gue.

beberapa menit pertama memang terasa canggung. tapi setelah itu gue tetap merasa nyaman berada di sekitar michael. meski kami berdua hanyut dalam diam. keberadaannya cukup membuat gue tenang. sesuatu yang nggak pernah gue rasakan dulu dengan orang lain.

gue harap michael juga merasakan hal yang sama.

kalo ada yang bilang gue bakal ada di sini sama michael saat kedua kalinya gue ketemu dia, gue pasti bakal mengira orang itu orang gila. tapi nyatanya gue malah ada di sini. bersama michael. orang yang gue kira paling gue benci beberapa bulan lalu.

life definitely works in the strangest way. apalagi hidup gue.

but i wouldn't trade every second of it for the world.

ada michael di dalamnya. orang gila pun mungkin nggak akan mau menukarnya dengan apapun.

pikiran gue membuat diri sendiri tersenyum. gue terkejut saat merasakan tangan michael yang menempel di salah satu pipi gue. ia memberi senyuman kecil yang terlihat lebih bernakna daripada cengiran lebarnya saat mata kami bertemu.

"not so bad for a first date, eh?"



*SCREAMS*

date; m.c [c]Where stories live. Discover now