1.2

1.5K 371 54
                                    

"mike, lo kenapa sih. . ."

tanya gue hanya bisa mengusap lengannya saat kami ada di kamar kost-an michael.

sudah seharian ini michael keliatan lesu banget. sepatah kata cerita pun belum keluar dari mulutnya. hanya jawaban sederhana yang keluar dari sana.

ini bukan michael.

"mike, ngomong kenapa. . ."

michael tetap bungkam dan menatap lurus ke depan yang adalah meja belajarnya yang penuh dengan baju-baju dia.

tatapannya kosong banget, gue takut dia kenapa-kenapa. pandangannya memancarkan kehampaan yang rasanya pingin banget gue renggut.

gue nggak bisa liat michael kaya gini.

"gini ya, flor, rasanya ditinggalin sama orang yang kita sayang?"

gue tertegun. ini pertama kalinya dia ngomong lebih dari dua kata sama gue setelah sampe, dan kalimat sesedih itu yang keluar.

gue membawa michael ke dalam dekapan gue, seperti yang sering ia lakukan saat hati gue yang terluka.

"lo mau cerita? biasanya kalo dikeluarin, seengganya, bisa buat lo lega." ujar gue sembari mengusap punggungnya.

michael melepas pelukan kami setelah beberapa saat. dia belum mengeluarkan sebutir air mata pun. namun, itu buat gue tau kalo dia bener-bener patah hati.

michael's pov

setelah gue mengelap tangan gue yang basah ke celana, hp gue berdering tanda ada telepon masuk.

vivian.

gue tersenyum melihat namanya di layar hp ini.

"cie kangen," jadi sapaan gue untuknya kali ini.

terdengar suara tawa kecil dari ujung sana. "geer kamu," semejak ada perkataan kami harus ldr, entah kenapa, gue malah makin sayang sama vivian.

rasanya kaya, gue nggak mau ngecewain dia. "mike. . ."

kenapa nada bicara vivian nggak enak ya?

"iya, vi?" gue mendengar helaan napas dari vivian. "aku nggak bisa gini terus. . ."

gue nggak langsung menjawabnya karena gue kaget lah. banget.

"ngomong aja kalo minta putus, nggak usah basa-basi." entah kenapa, gue emosi. ya gimana engga? kemaren kita baik-baik aja terus sekarang kaya gini.

"sori, mike, tapi aku nggak bisa ldr gini. rasanya udah beda. ak—"

"nggak perlu, udah cukup jelas."

setelah itu, gue langsung memutus sambungan telepon dengan vivian. sekaligus memutus hubungan yang selama ini gue jalani dengannya.

flora's pov

"sayang banget ya, sama vivian?" tanya gue sembari mengusap lengan atasnya. michael yang ini bener-bener beda. gue nggak suka michael yang ini.

bukan, bukan suka dalam arti itu.

nggak tau sih. gadeng.

michael tersenyum pait. "meski gue sering terkesan bodo amat sama dia, jelas gue sayang banget sama dia, flor."

"uh, tenang-tenang, nanti lo dapet yang lebih bohai."

sebuah tawa yang, walaupun, kecil keluar dari mulut michael. suara tawa yang favorite gue. "lo nggak ahli ah, nemenin orang galau."

"ya kan biasanya gue yang galau." balas gue dengan cengiran lebar terukir di wajah gue. michael hanya menggeleng lalu melempar senyuman pedo ke arah gue.

"apaan lo?"

michael memposisikan duduknya agar tetap berhadapan dengan gue.

"flor," wah ini anak mau ngapain gue nih?

gue hanya menautkan alis gue. "lo kan bolot ya kalo ngasih masukan," kalimatnya menghasilkan sebuah toyoran di kepalanya.

"mending lo traktir gue, orang galau nggak boleh ditolak."



"nggak elit lo najis."

kata michael setelah mas pelayan pergi untuk memberitahu pesanan kami.

gue membawa michael buat makan seblak. bodo amat nggak elit, dompet anak kost-an mana ada yang tebel. tebel sih, sama bon-bon yang gue koleksi.

pencitraan.

biar tebel.

"daripada lo mintanya ditraktir," balas gue sembari meminum es teh manis yang udah dateng duluan tadi. "galau tipe nyusahin lo mah."

bibir michael maju ke depan sebagai tanda dia sedang manyun. minta dicium gitu. gadeng.

"jangan diingetin lagi, setan."

gue tersenyum, sedikit merasa nggak enak, lalu menoyor dahinya dari tempat gue duduk. "tapi gapapa loh, mike, kita bisa bikin grup," kata gue dengan senyum yang makin merekah.

"duo jomblo."

gue pikir, michael bakal ketawa. tapi, gue jayus parah sih. kalo jayus itu penyakit, mungkin gue udah mati. nanti headline diberitanya gini;

gadis kampus tewas akibat dosis jayus melebihi maksimum.

jayus kan?

"nggak pengen terkekeh gue," katanya sembari menatap gue heran. "lagian lo tepos, nggak cocok."

gue mengangkat sedotan gue dengan cepat, membuat beberapa tetes jatuh di muka michael.

"heh, asal."

michael hanya tertawa puas. kali ini, suaranya persis seperti suara michael yang gue cari.

ada yang ganjal, hati gue berdesir saat mendengar suara itu.

eak maap lama

yang miring flashback nyow!!

baca ss mekel gue yang the reason; m.c ya! HEHEHEHEHHE

date; m.c [c]Where stories live. Discover now