2.0

931 250 8
                                    

beberapa menit kami lalui dalam diam dengan gue yang sibuk makan ice cream dan dia yang sibuk entah ngapain. tapi gue bisa ngerasain dengan jelas sesekali matanya memperhatikan setiap gerak-gerik gue. seperti ketakutan cewek dihadapannya ini bisa hilang kapan aja kalo dia nggak merhatiin gue.

as if.

gue menautkan satu alis. "well?"

yang ditanya malah menirukan raut wajah gue. seperti menantang. dan akhirnya selang beberapa menit kami larut dalam staring contest yang, tentu saja, gue menangkan.

"harusnya ini surprise." gumamnya pelan.

huh?

gue menangkup pipi michael dengan kedua telapak tangan dan membuatnya menatap gue dari posisinya yang menunduk tadi. lalu menekannya pelan ke kanan dan kiri.

"yang jelas, sih."

dia melepaskan tangan gue dari pipinya namun malah menggenggamnya dan memutar bola matanya. tetap saja, senyum kecilnya sempat terlihat walau hanya sebentar.

"it was supposed to be a surprise," ulangnya. "yaa gue— aku kira ini bakal romantis kalo kita ngulang kejadian pertama kali kita ketemu. cuma ya,  ada beberapa yang diubah aja. sampe akhirnya ashton malah muncul.."

"oh? dia nggak terlibat?"

dia melepas satu tangannya hanya untuk menoyor dahi gue. "ya engga lah! masa mau bawa mantanmu?"

"tapi situ bawa mantan! gimana sih.."

"itu beda!"

gue memutar bola mata untuk yang kesekian kalinya sejak gue bertemu dengan michael.

dia menghela napasnya. "jadi gini. . ."

_________________________

"apa kabar, mike?"

gue menghela napas sembari melepas sepatu gue dan duduk lalu bersandar di tempat tidur. gue baru aja pulang dari nasi kalong bareng flora.

"ada apa, vivian?"

sekarang justru gue bisa denger dia yang menghela napas. "aku cuma mau tau keadaan kamu aja." gumamnya.

"baik baik aja," jawab gue. "baik banget malah."

"flora, ya?"

aneh. gue hampir bisa merasakan vivian tersenyum dari nada suaranya. kok malah seneng?

"gimana kamu sekarang sama flora?"

"uh-hah?"

vivian tertawa dari ujung telepon di sana. "hubungan kalian, michael. dari awal kamu baikan sama flora trus aku tau kalian bakal satu kampus, aku udah tau."

"hah? gue nggak seling—"

"i know, mike, aku nggak bilang kamu selingkuh waktu itu. maksudnya, aku udah tau kalian pasti bakal sama-sama. it was just a matter of time."

gue nggak menjawab vivian. karena memang gue nggak bisa menjawab. "maaf vi, tapi lo tau gue nggak bakal selingkuh kalo dulu kita nggak putus."

"tau, kok, michael, aku tau," ia berhenti sebentar. "dan aku juga tau pasti aku cuma bakal jadi penghalang nantinya."

"okay."

kali ini gue bisa merasakan vivian tersenyum walau gue nggak bisa ngeliat dia. senyumnya tulus. gue tau itu. dan satu hal yang gue tau pasti; our feelings are long gone.

_________________________

"kamu cerita tentang vivian setelah aku liat kalian jalan bareng. . .apanya yang surprise?"

michael tertawa kecil karena pertanyaan gue. "biar mereka aja yang jelasin." ia mengangkat dagunya sedikit ke belakang gue.

gue terkejut melihat semua pemeran sandiwara michael ada di sini semua, termasuk ashton.

"floraaaa fauna!" calum langsung menyerbu untuk memeluk gue. "udah enak di sini lo nggak pernah ngubungin gue, anjir, bye maksimal." ia melepaskan pelukannya lalu melipat kedua lengan di depan dadanya.

gue menaikan satu alis. "hello to you too, cal." gue menepuk kepalanya dua kali.

"hallo, flora," wajah vivian terlihat malu saat ia menghampiri gue. "gue minta maaf ya, tadi semua itu cuma—"

gue tertawa. "iya, gue tau kok. michael udah bilang,"

"tapi tunggu deh, gimana michael bisa ngumpulin kalian buat rencana ini?"

"itu sih gampang. michael datengin gue, karena ya, kita emang kenal. temen lama, bisa dibilang," luke mulai menjelaskan. "walaupun gue bisa aja dapetin lu balik, tetep aja michael itu temen gue. gue kira kalian nggak beneran. dan gue ngalah aja sekarang."

"ha. mau lo usaha sampe jaman jambu monyet juga gue nggak bakal mau." ujar gue sekenanya.

luke hanya menggedik. paling dia merasa tetap bisa mendapatkan gue balik. typical.

"vivian?"

vivian tersenyum kecil. "mungkin michael udah cerita waktu itu gue nelfon dia, trus dia bilang tentang rencana dia ini. dan pasti lah, gue bantu." dia mengangkat setengah kedua tangannya.

"kalo lo, gue nggak usah nanya kali ya, cal?"

calum hanya tersenyum lebar yang jelas banget dipaksakan. lagi pula kalo dia jelas banget, sih. udah pasti michael tinggal ngechat dia dan minta bantuannya.

ashton?

rupanya michael udah bersuara duluan. "nah kalo yang satu ini nih, ngapain coba lo?"

sebenernya nggak ada alesan buat michael untuk marah pada ashton. mungkin michael nggak suka aja karena dia mantan gue? nggak tau juga deh.

untuk pertama kalinya sejak mereka sampai di sini, ashton akhirnya bersuara setelah menghela napas panjang. "sebenernya niat aku ke sini cuma buat ngejelasin sesuatu ke flora." jawabannya membuat gue bingung.

"sesuatu apa?"

"nggak seharusnya aku mengakhiri hubungan kita kaya waktu itu," gue bisa merasakan michael yang geram sama ashton di samping gue. "you deserve an explanation. an actual one."

setelah beberapa saat dia menlanjutkan kata-katanya. "aku punya..pengalaman buruk soal ldr. dan entah kenapa waktu itu juga aku merasa nggak bisa ngejalanin itu sama kamu. i guess i just didnt trust you enough. dan itu semakin membuat aku ragu,"

oh..

penjelasannya masuk akal sih. gue juga nggak bisa nyalahin dia kalo alasannya begitu. bahkan, mungkin gue harusnya berterima kasih sama ashton.

"im sorry. . ."

gue tersenyum tipis lalu mengangguk kecil. "gapapa, ash. we both knew we wouldnt work out." jawaban gue dibalas dengan hal yang sama olehnya.

tiba-tiba, gue bisa merasakan tangan michael yang ia lingkarkan di pundak gue.

"udah jelas, kan?"

gue mengangguk.

"umm. nasi kalong?"



to clear things up!! hehehehe

abis ini masi ada epilog wkwkwk apdetnya malem ini kok! asyique

date; m.c [c]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon