DELAPAN BELAS

119 10 0
                                    

Kayra sempat memikirkan omongan Reo. Tapi dia tidak mengharapkan Reo untuk benar-benar melakukan omongannya. Kayra bahkan sudah siap-siap untuk menelpon taksi, karena tidak enak jika harus meminta bantuan Alina saat temannya itu sedang galau.

Tapi, sebuah chat masuk ke hape Kayra, dari Reo.

Reo : Nanti tunggu di kelas lo bentar ya, gue pulangnya agak lama. Masih dimarahin Pak Tariqh.

Kayra tidak sempat menjawab karena chat itu masuk saat sedang ada guru di kelasnya. Jadi dia hanya membacanya saja dan memutuskan melakukan seperti apa yang disuruh Reo.

Jadi, saat kelas berakhir dan semua orang mulai pulang, Kayra memilih diam di bangkunya sambil memainkan handphonenya.

"Gak pulang Ra?" tanya Alina.

Kayra menggeleng, "Bentar Lin, masih nunggu Reo. Katanya dia mau nganter."

"Oh?" Alina menaikkan alisnya kaget. "Ra, tumben lo mau dianter jemput cowok," kata Alina kemudian. Dan sekarang giliran Kayra yang membulatkan matanya kaget. Iya juga, sejak kapan dia bisa diajak pulang orang lain semudah ini.

Alina mendengus, "Denger ya Ra, gue tau Reo orangnya emang asik. Lucu juga, tapi lo tau kan, dia gitu ke semuanya."

Kayra diam sebentar kemudian tertawa. "Lin, gue niatnya mau temenan doang sama dia. Tenang aja lah."

"Ra, hati-hati ya, jangan sampai lo kenapa-kenapa gara-gara dia. Gue gak mau lo sakit hati."

Kayra tersenyum. Dia yakin dia akan baik-baik saja. Karena dia tidak akan membawa-bawa hatinya saat berteman dengan orang lain. "Tenang Lin, gue oke."

"Yaudah, gue pulang duluan ya," kata Alina sambil tersenyum. Kayra mengangguk kemudian melambaikan tangannya saat Alina berjalan keluar dari pintu.

Kayra mulai memainkan handphonenya. Seperti yang dikatakan Reo, Kayra menunggu cowok itu. Diam-diam, Kayra memikirkan perkataan Alina tadi. Kayra merasa kelakuan Reo memang bisa dibilang modus. Tapi, untuk pertama kalinya Kayra tidak risih dimodusin. Eh, itu juga kalau Reo emang modus.

"Ra," kata sebuah suara. Dan Kayra melihat Reo masuk ke kelasnya dengan nafas yang tersenggal. "Gue lama banget ya?"

Kayra mengendikkan bahunya. "Gak lama-lama banget sih."

Reo melirik botol milk tea di meja Kayra. Menunjuk botol itu, Reo kemudian berkata, "Itu, gue minta ya?"

Kayra melirik botol milk teanya yang tinggal berisi setengah. Kayra tidak terlalu haus dan sepertinya Reo sangat haus, jadi Kayra mengangguk saja. Reo tidak berkata apa-apa dan langsung menenggak habis isi botol milk tea itu.

"Habis ngapain sih?" Kayra memutuskan bertanya setelah memperhatikan cowok itu beberapa saat.

Reo menaruh botol kosong di meja, mengelap mulutnya, kemudian menjawab. "Di hukum Pak Tariqh. Gue ketauan pura-pura sakit di UKS."

Kayra menaikkan alisnya. "Bolos?"

Reo mengangguk, kemudian menjawab, "Tapi gagal."

Kayra menghembuskan nafasnya. "Kenapa sih rajin banget bolos? Kenapa gak masuk aja gitu. Mau merhatiin kek, enggak kek, yang penting di kelas. Kan aman?"

Reo menaikkan alisnya. "Bosen di kelas. Enakan bolos lah."

"Bolosnya sendirian?"

"Kadang barengan."

"Abis itu ngapain?"

Reo terlihat berpikir sejenak. "Main, pokoknya keliling-keliling lah."

Kayra mengusap tangannya, mempertimbangkan apakah dia harus mengeluarkan isi pikirannya atau tidak. Tapi akhirnya Kayra melakukannya. "Lo tau kan lo dicap anak nakal?"

Reo yang tadi tampak rileks tiba-tiba menengang. "Kenapa? Lo gak suka?"

Kayra menggigit bibirnya, bingung harus jawab apa. Tiba-tiba dia teringat kata Papanya, lebih baik jujur daripada dosa. "Yah, kalau disuruh milih sih. Gue lebih suka dianterin pulang sama anak baik-baik," ketika ekspresi Reo berubah semakin buruk, Kayra buru-buru menambahkan. "Bukannya lo gak baik! Lo baik banget sumpah Re. Cuma, ya, coba deh lo taat aturan gitu. Emang sih ngebosenin hidup diatur gitu. Tapi kalau gak ada aturan, bukannya malah makin ngebosenin? Gak ada tantangan?"

Reo menatap Kayra lama sampai Kayra salah tingkah. Untungnya Kayra bisa bernafas normal lagi. Reo memalingkan wajahnya. Kayra pikir dia akan marah, tapi sebaliknya, cowok itu malah nyegir lebar. "Kalau gue berhasil jadi anak baik, lo mau gak ngasi gue hadiah?"

Kayra mengerutkan keningnya. "Hadiah apa?"

"Rahasia dong. Entar kalau gue udah jadi anak baik, baru gue tagih hadiahnya. Gimana?"

Kayra menaikan alisnya. "Oke, deal!"

"Deal!" Reo berteriak semangat. "Liat aja ya Ra, dalam waktu sebulan gue bakalan jadi anak paling rajin di sekolah."

Kayra tertawa terbahak-bahak. Seorang Reo jadi anak paling rajin? Kayra tidak sabar melihatnya.

"Terus kalau lo gagal gimana?"

Reo memiringkan kepalanya. "Hm, lo boleh minta hadiah dari gue."

Kayra tersenyum lebar.

Finding FondnessWhere stories live. Discover now