18

2.5K 96 0
                                    

       Sial! Aku sudah belajar dari pukul 02.00 sampai 05.00 pagi, namun tidak ada gunanya. Setelah aku belajar tadi, beberapa jam berikutnya, Bi Andrea memasuki kamarku untuk membangunkanku. Tapi, kata Bi Andrea tadi, aku tidak bangun dan suhu badanku panas. Tumben sekali aku susah untuk dibangunkan, ah, mungkin karena semalam pensi.
      
       Posisiku sekarang sedang tiduran di tempat tidurku, hanya itu. Kalau tahu begini, lebih baik aku tidak perlu belajar sampai pagi, tapi aku sekolah. Mungkin, bulan ini absenku sudah banyak dibandingkan bulan-bulan lalu.

       Suara ketukan pintu membangunkan lamunanku. Ternyata, Bi Andrea. Aku merasa kasihan melihatnya karena jika aku tidak hadir di sekolah, Bi Andrea juga tidak akan hadir untuk kerja. “Gimana Bell badan kamu? Udah enakan, belum?” tanyanya dengan sangat perhatian terbukti dari dia yang memberikanku sebuah teh hangat. Akhirnya, Bi Andrea kembali seperti dulu yang sangat perhatian padaku.

       “Udah lumayan kok, Bi,”balasku lalu meminum teh hangat itu. Bi Andrea memelukku hangat, sungguh aku sangat rindu pada keadaan ini. Aku membalas pelukan Bi Andrea.

       Kegiatan ini tidak berlangsung lama, malahan sangat singkat, itu terjadi karena suara klakson mobil dari luar. Yang lebih parahnya lagi, mobil itu sama dengan mobil yang kemarin datang ke rumah dan yang aku dan Bi Andrea tumpangi, yang berarti itu ialah mobil Rico. Kenapa saat ini, dia selalu menggangguku? Kenapa dia muncul disaat aku tidak membutuhkannya? Dan disaat aku butuh, kenapa dia enggak ada? Aneh itu orang.

       “Bella, ini teman kamu Rico datang!” panggil Bi Andrea. Memangnya kenapa kalau Rico datang? Aku juga enggak butuh dia kok. Bi Andrea kembali memanggilku dari luar sana,”Bella, ini Rico, sayang!” Aku terpaksa mengikuti omongan Bi Andrea. Aku turun ke bawah, dan benar saja, itu Rico. Aku menghampiri mereka berdua.

       “Kamu kok datang lagi sih? Mirip jelangkung deh, datang enggak diundang, pulang enggak diantar,”cerocosku. Tapi, dia membalasnya dengan memegang tanganku, dengan segera aku menepisnya. Enak saja dia megang-megang tanganku. “Enggak usah pegang-pegangan tangan segala, kalau mau ngomong, ya ngomong aja,”kataku lagi.

       “Tadi, Rico bilang ke Bibi kalau dia mau mengajak kamu untuk jalan-jalan, Bell. Lagian kamu pasti bosan dong, kalau di rumah terus, sekalian kamu refreshing otak,”ujar Bi Andrea dan Rico melanjutnya,”Udah, kamu beres-beres, jangan lupa mandi dan gosok gigi, malu kalau belum mandi dan gosok gigi,”ucapnya dengan cengiran. Woi, belum tentu juga aku mau berangkat sama kamu.

       “Enggak mau, Bella masih betah di rumah, dan Bella masih mau istirahat di rumah,”balasku lagi. Dia mengernyitkan dahinya.

       “Udah deh Bell, kamu enggak usah cari masalah, syukur ada yang ngajak jalan,”ucap Bi Andrea sambill tertawa.Enggak lucu deh! Ya, harus bagaimana lagi. Ini perintah yang enggak bisa dibantah. Dengan keadaan yang terpaksa, aku kembali memasuki kamarku dan beres-beres.

       Setelah aku pikir semuanya sudah beres, aku kembali lagi menghampiri mereka berdua. Bi Andrea memelototiku seakan terpukau dengan penampilanku, serupa dengan raut wajah Rico yang sepertinya tidak percaya. “Hm, kenapa ya kok matanya pada gitu? Ada yang salah ya dari penampilan Bella? Kalau gitu, Bella ganti baju dulu lagi deh ya,”cengirku dan langsung dibalas oleh Rico,”Eh, bukan gitu, Bell. Aku enggak percaya aja, kamu bisa secantik ini pagi ini.” Halah,gombalan receh muncul lagi.

       “Cepetan deh, aku enggak punya banyak waktu,” ucapku lalu mengucapkan salam pada Bi Andrea dan langsung pergi ke posisi tepat dimana mobil Rico terparkir. Dia mengikutiku. Dan, dia membuka kuncinya dan aku masuk ke mobilnya tanpa perintah darinya. Memang terlihat ini sangat tidak sopan, tapi kalau dia, menurutku enggak ada yang namanya sopan ataupun enggak tahu malu.

       Sepanjang perjalanan, aku melirik Rico tanpa sengaja. Kelihatannya dia ingin berbicara sesuatu, namun seakan dia masih ragu untuk mengatakannya.Hm.

I’m only one call away                                         
I’ll be there to save the day                               
Superman got nothing on me                                  
I’m only one call away

       Suara radio itu mengingatkanku pada awal aku berjumpa dengan Rico. Eh?! Kenapa aku jadi mikirin dia sih? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. “Eh, aku mau nanya deh sama kamu, kenapa sih kamu setiap aku ketemu sama kamu, muka kamu itu jutek banget, seakan aku ini enggak penting buat kamu, seakan kamu enggak anggap aku ada. Kalau alasannya tentang yang kemarin itu, maaf deh, itu aku hanya bercanda doang. Aku tahu itu enggak lucu, yang menyebabkan kamu sampai mendapat SPO bahkan diskors. Aku enggak tahu, kalau candaan ini sampai buat kamu jadi begini. Aku mohon banget, kamu jangan jutek sama aku. Kita bisa ulang dari awal,” ucapnya serius. Aku bingung, ingin tertawa atau ikut masuk dalam situasi ini.
Dia sudah meminta maaf, dan aku harus memaafkannya. Mungkin dia enggak tahu, kalau perbuatannya membuat semuanya menjadi hancur.

       “Ya deh, aku maafin, tapi mohon, jangan ulangi lagi!”balasku dan seketika dia memelukku dan aku membalasnya. Pelukan itu juga terjadi hanya sebentar karena kendaraan di belakang mobil kami. Astaga, malu-maluin benar kegiatan ini.

       Akhirnya, sampai juga di tempat ini. Aku belum pernah berpergian ke tempat ini, bahkan aku enggak tahu kalau ada tempat seindah ini. Tempat ini mirip dengan taman, namun lebih indah dari taman biasanya.

       "Aku baru tahu loh, ada tempat seindah ini, makasih udah nganterin aku ke tempat ini,”ucapku sambil menunjukkan senyum yang paling indah menurutku.

       Dia hanya membalasnya dengan anggukan dan dia juga menampilkan senyumnya yang belum pernah aku lihat selama ini dari dirinya. Kami, maksudnya aku dan dia menghabiskan waktu di tempat ini hingga sore, pemandangan sunset yang menyadarkan kami berdua kalau ini sudah sore. Aku dan dia sadar kalau ini sudah sore, kami kembali ke mobil untuk pulang. Aku enggak tahu, apakah Bi Andrea akan marah atau tidak padaku.
Beruntung kalau tidak macet di sepanjang jalan, karena kalau macet, mau jam berapa lagi aku akan sampai di rumah?

I might never be your knight in shining armor 

I might never be the one you take home to mother                                                         
I might never be the one who brings you flowers                            

But I can be the one, be the one tonight

       Mengapa lagu yang diputar semuanya berhubungan dengan perasaanku sekarang? Aku harap, aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya.

When I first saw you                                     
From across the room                                   
I could tell that you were curious         
Oh , yeahh                                                       
Girl, I hope you’re sure                               
What you’re looking for                                 
Cause I’m not good at making promises

       “Apa enggak ada lagu yang menggambarkan suasana gembira gitu?”tanyaku padanya. Dan, dia membalas dengan anggukan. “Kalau, ada sesorang yang ingin memberikanmu surprise kamu terima?”tanyanya balik. Apa maksud pertanyaannya itu? Apa ini ada kaitannya dengan perkataannya sewaktu aku pura-pura tidur kemarin? Ah, aku jadi teringat kembali akan hal itu. Apa aku harus berkata jujur sama dia kalau aku penasaran bahwa mengapa semuanya bisa berubah dengan sekejap saja?

       Aku pikir, untuk saat ini lebih baik aku menyimpannya saja dulu. Karena, sekarang aku sudah berdamai dengan dia, kalau aku tanya hal itu, bisa saja dia marah padaku. Tapi,sungguh deh, aku sangat penasaran dengan hal ini.

YOU VS ME [COMPLETED]Where stories live. Discover now