4

3.4K 147 0
                                    

Mengapa aku dipanggil? Apakah aku salah? Kesalahan apa yang kulakukan? Ternyata, aku dipanggil ke ruang kepala sekolah.

"Apakah kamu sudah memberitahukan kepada orangtuamu kalau kamu mendapat SPO?"tanya Pak Hendra sambil melepaskan kacamatanya dan duduk di sampingku.

"Hm, iya Pak. Tapi, orangtua saya tidak punya waktu untuk menemui bapak. Sekarang ini, orangtua saya begitu sibuk, Pak,"ucapku jujur. Pak Hendra memelototiku. Aku sangat risih jika dipelototin begitu.

"Apa yang kamu lakukan tadi pagi terhadap Rico?"tanya Pak Hendra. Hah?! Sesampai aku di sekolah ini, aku tidak ada keluar kelas sama sekali. Cobaan apa lagi ini?

"Apa pak? Saya sama sekali tidak ada keluar kelas sesampai saya datang di sekolah. Kalau bapak nggak percaya, bapak bisa tanyakan kepada sahabat saya, Katie dan Emily,"ucapku tegas. Siapa yang nggak akan mengelak jika kita nggak melakukan hal itu? Tidak ada.

"Saya tidak butuh banyak alasan, kamu akan mendapat SPO yang kedua, jika kamu mendapat SPO yang ketiga, pihak sekolah terpaksa mengeluarkan kamu dari sekolah ini. Sekarang kamu boleh keluar dari ruangan saya,"balas Pak Hendra sambil menyodorkan selembar SPO.

Astaga, mengapa sekolah ini tidak percaya padaku? Apa tampang wajahku kurang meyakinkan? Pahit sekali kehidupanku ini.

Bel tanda usai kegiatan belajar-mengajar terdengar memenuhi seantero sekolah. Semua murid langsung bersorak senang dan segera mengemaskan peralatan belajar mereka yang berserakan di atas meja.

Aku menutup resleting tasku dan menyelempangkannya di bahu kananku. Seperti biasa, aku akan pulang naik bus karena kedua orangtuaku yang sibuk dan tidak peduli denganku.

Aku berjalan menuju Halte melewati banyak siswa, aku duduk di bangku panjang yang tersedia di halte ini sambil menunggu. Tanpa menunggu waktu yang lama, bus yang ditunggu pun datang dan aku segera menaikinya.

*****

Baru saja aku menghentakkan kaki di halaman rumahku, tiba tiba mami dan papi langsung memelototiku dan menasihatiku,"Ulah apa lagi yang kamu buat, Bella? Tidak bisakah kau mandiri?"ucap mami.

Apa mereka nggak tahu, kalau diusiaku sekarang ini, aku hanya butuh bimbingan dan kasih sayang dari mereka,bukan uang. "Itu fitnah,mi. Bella nggak pernah melakukan tindakan itu, mi. Percayalah mi pada Bella bukan sama orang lain!"ucapku sambil menahan tangis.

Mereka sebenarnya menganggap aku atau nggak sih?! Apakah aku ini bukan anak kandung dari mereka? Mengapa mereka nggak pernah percaya padaku? Kejam!!

"Orang jahat tidak pernah mengakui kesalahannya!"balas papi. Aku bukan orang jahat, Pi. Berat sekali cobaan ini ya Tuhan. Kesabaranku sudah habis.

"Apa papi bilang? Aku orang jahat? Sebenarnya kalian menganggapku tidak? Kalian nggak pernah punya waktu untuk aku. Aku iri melihat teman-temanku yang mendapat perhatian dari orangtuanya, sedangkan aku? Apakah aku ini anak pungut?"tanyaku terisak-isak dan dibalas dengan tamparan oleh mamiku. Mamiku.

"Sudah berani ya kamu, Bella? Siapa yang ngajarin kamu, hah?! Mami akan pindahin kamu ke Medan dan tinggal bersama bibi agar kamu diajari sopan santun sekarang juga. Packing segala perlengkapanmu karena sekarang ini juga kamu akan tinggal di Medan. Kami akan mengantarkanmu ke Bandara sekarang juga. Cepat, kami tidak punya banyak waktu!"jelas mami.

Aku segera menyusun barang barangku. Benar yang dibilang orangtuaku, lebih baik aku tinggal bersama bibi yang statusnya sebagai janda. Aku akan mendapatkan perhatian yang cukup dari bibi, bukan dari orangtuaku.

Setelah beberapa menit, aku sudah selesai packing dan berjalan melewati tangga sambil membawa 2 buah koper. Aku pun menaruhnya di bagasi mobil dan papi mengemudikan mobilnya.

YOU VS ME [COMPLETED]Where stories live. Discover now