2

5.7K 201 0
                                    

      ”Pagi mami,papi. Kemarin, kalian pulang dari kantor pukul berapa?”tanyaku lembut sambil melahap nasi gorengku.

      "Papi nggak tahu, sepulang dari kantor, papi dan mami langsung tidur tanpa mengganti pakaian ataupun makan dan tidak melihat jam,”jelas papi.

      Aku bingung, kebutuhan aku sudah cukup malah berlebihan, tapi mengapa orangtuaku tidak pernah absen dalam bekerja.

      Aku mengambil surat itu dan memberikannya kepada papi. ”Oh iya, kemarin pihak sekolah memberikan aku SPO karena ulahku. Bisakah papi atau mami meluangkan waktu untuk menghadiri pertemuan itu?”tanyaku hati hati.

      Aku ketakutan, takut akan reaksi dari orangtuaku. Mami mengalihkan perhatiannya kepadaku dan kembali ke laptopnya itu.

      "Oh, kamu tahu bukan kalau papi dan mami sangat sibuk untuk sekarang ini? Bisakah kamu tidak membuat ulah yang dapat mengurangi umur kami? Kami tidak akan menghadiri acara tidak penting itu. Permisi, kami harus berkerja,”tegas papi dan meninggalkanku sendiri.

      Inikah orangtuaku? Menurutku mereka sangat tidak layak disebut orangtua. Mengapa mereka tidak mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu? Mengapa reaksi mereka hanya itu saja? Aku juga tidak akan melakukan itu jika pemuda itu tidak memancingku.

       Aku menangis. Menangisi orangtuaku, menangisi hidupku ini. Namun aku berpikir, buat apa aku menangisi mereka jika mereka juga tidak peduli padaku? Lebih baik aku pergi ke sekolah untuk membuktikan kepada orangtuaku kalau aku bisa tanpa mereka.

      Aku berlari kecil menuju Halte bus yang terletak tidak jauh dari rumahku. Kebetulan sekali sebuah bus berada disana. Aku menaiki bus itu dan mencari tempat duduk yang nyaman menurutku.

      Aku termenung memikirkan kehidupan pahitku. Mengapa aku tidak bisa bahagia seperti orang lain? Mengapa harus aku yang menerima semua tindakan ini? Aku kembali menangis sambil menutup wajahku dengan sapu tangan dari kantong sakuku.

      ”Pinggir, bang!”ucapku sambil menyerahkan selembar uang kepada petugasnya dan berjalan turun dari bus itu.Aku memasuki sekolahku dengan berjalan lesu.Saat ini, aku berharap agar tidak ketemu dengan pemuda bajingan itu.

      Dalam kurun waktu 5 menit, aku sudah sampai di kelasku dan aku langsung menghampiri kedua sahabatku yang bernama Emily dan Katie.

      "Hey, Bell. Kenapa muka kamu? Kok kusut begitu, ceritain dong!”ujar Katie. Nah, Katie ini orang cerewet banget dan juga kepoan, beda jauh dengan sifat Emily, dia orangnya cenderung pendiam namun usil banget orangnya. Meskipun begitu, mereka itu tipe sahabat yang peduli banget loh.

      "Pahit banget ya hidup aku, Kae,”balasku. Panggilan aku pada Katie itu Kae karena kalau Kat berarti kucing, jadi aku dan Emily memutuskan memanggil dia Kae.

      ”Eh, kamu itu salah, Bell. Setiap orang itu pasti diberikan cobaan. Namun, cobaan yang diberikan Tuhan kepada umatnya itu berbeda. Tapi, percayalah, Tuhan itu pasti memberikan cobaan yang kita mampu menghadapinya. Jadi, kamu jangan menyerah gitu, Bell,”cerocos Katie. Uh, Katie memang jago deh. Jago ceramahin orang.

YOU VS ME [COMPLETED]Where stories live. Discover now