[22] Problem

Mulai dari awal
                                    

▲▼▲▼▲▼

Aku mendengar bunyi LINE dari handphone Vander.

Disana tertera nama 'Khaerine♥'

"Apa apaan ini" ucapku kesal kemudian membuka handhpone itu. Untung saja tidak di lock.

Aku segera membaca notif itu sebelum si pemiliknya datang

Khaerine♥
Van jalan yuk ^^

Aku hanya men-read pesan LINE itu.

Aku kembali bersikap biasa setelah melihat pemiliknya datang kembali tapi sebelumnya aku sudah menghapus isi Line itu dan mengembalikannya seperti semula..

"Udah selesai? Balik yuk" ajakku

"Ahh iya"

Selama di perjalanan menuju parkiran kami selalu saja tertawa dengan candaan masing masing. Tapi seketika kami terdiam ketika melihat seorang wanita didepan kami yang memanggil nama Vander.

"Siapa? Tumbenan banget pergi nggak bilang bilang atau jangan jangan mau balas dendam soal kejadian yang dulu ditaman belakang sekolah hah?" ucap wanita itu dengan nada tinggi seperti memarahi pacarnya yang ketahuan selingkuh

"San aja kali ngomongnya nggak usah marah marah" kataku tidak terima ia memarahi Vander

"Shut up your fucking mouth bitch. Gue nggak ada urusan sama lo" tayi mah nih orang ya nggak sopan banget. Awas aja lu!!

"Mulut kamu itu Ren"

"Biarin. Sekarang kamu pulang bareng aku" katanya menarik tangan Vander

"Tapi aku bawa mobil"

"Ntar aku suruh supir bawain mobil kamu"

"Nggak. Lagian aku juga mau ngantar dia pulang"

Mampuss lo kan. Vander lebih milih gue. Rasain lo.

"Oh jadi lo pilih dia? That's okay. Pantes aja lo hanya nge-read Line gue ternyata enak enakan berdua" katanya dan berlalu pergi
.
.
.

"Lah kok lo balik lagi?" kata Xander yang hendak keluar dari dalam mobil.

"Gue udah nggak mood makan. Kalau lo laper delivery aja" kata Irene singkat dan memasuki mobil.

Selama diperjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan. Dan itu membuat Xander merasa risih dengan keheningan diantara diriya dan adik kesayangannya itu.

Khaerine bukanlah tipe perempuan yang pendiam, dia selalu saja mengajak orang disekitarnya berbicara tanpa lelah dengan mulutnya yang selalu berkomat kamit tiap harinya.

Dan seperti saat ini perempuan itu hanya berdiam diri dan Xander tau pasti ada sesuatu yang membuat adiknya bungkam selama diperjalanan.

Tidak terasa mereka sudah sampai di perkarangan rumah. Xander memarkir asal mobilnya dan langsung berlari memasuki rumah menuju dapur, perutnya kini sudah meminta diisikan makanan.

Disusul Khaerine dengan wajah menunduk memasuki rumah.

"Ren lo nggak makan?" tanya Xander dengan membawa hasil masakannya ke meja makan.

"Lagi diet"

"Diet mulu ahh"

"Dek, lo bisa cerita ke gue. Gue tau lo itu bukan tipe orang pendiam karena mulut lo itu kayak pantat ayam tiap hari nggak capek komat kamit mulu" ledek Xander, mungkin hanya candaan seperti inilah yang mungkin bisa mengembalikan sifat adiknya yang periang sekaligus cerewet hari ini

"Iih.. apaan sih lo kak. Lo katain mulut gue kayak pantat ayam. Lah mulut lo kayak apa? Kayak pantat cicak" tawa Irene dengan kerasnya

Dia kembali seperti semula

"Jangan sedih mulu ah jelek tau" ucap Xander mencubit kedua pipi Khaerine ketika dirinya mendekati Xander.

"Nggak jadi diet ah.. Kak pesen delivery dong bosan tau nggak makan masakan lo mulu tiap hari"

"Gaya banget sih mau diet" Xander memutarkan bola matanya melihat tingkah adiknya ini.

"Kak ntar gue curhat sama lo ya"

"Okay my little princess" ucap Xander dengan penuh kasih sayang dan mengacak acak poni Irene.

Irene memeluknya dengan erat. Ia sangat menyayangi kakak laki-lakinya itu.

Terima kasih karena kau telah mengirimku seorang malaikat yang baik hati. Walaupun aku tahu dia selalu bersikap tenang tapi dia memiliki beribu masalah sepertiku. Tapi dia selalu membuatku bahagia tidak perduli dengan masalah yang dimilikinya. - Khaerine Irene Kennedy

I Can't Let U Go Even If I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang