[19] Afraid

2.6K 125 0
                                    

"Van... sakit.. sakit banget" dan seketika semuanya berubah menjadi gelap.

Gue jatuh meluruh kebawah dan membuat pelukan gue terlepas dari pinggang Ivander

"Nggak usah akting deh lo Ren. Gue tau kalo lo itu akting biar gue merasa kasian kan sama lo dan buat gue dengan mudahnya melupakan masalah lo yang ciuman sama Niel tadi. Iya kan??" teriak Ivander keras dan masih dengan tatapan lurus kedepan

"Akting lo receh Ren" seketika Ivander membalikkan tubuhnya dan melihat sosok tubuh kekasihnya itu yang sudah tertidur diatas lantai dengan pandangan terkejut

"Ren bangun nggak lo hah" teriak Ivander khawatir

"Rennn..." panggil Ivander lagi namun tidak ada respon dari Khaerine

Dengan segera Ivander men-dial nomor telepon Ly Xander

"Xann.. gawatt nih gawatt" ucapnya cemas

"Apaan sih lo. Tumbenan banget lo ngomong gawat gawat"

"Irene Xan.. Irene..."

"Lo ngomong yang jelas dong jangan bikin gue khawatir banget karena omongan lo"

"Irene pingsan. Buruan kesini gue di rooftop"

"Oke tunggu gue"
.
.
.

Ly Xander keluar dari kelas tanpa minta izin dari guru yang sedang mengajar saat ini. Dia tidak peduli mau gurunya marah atau kenapa sekarang ini dia khawatir banget sama Irene.

"Ly Xander kamu mau kemana??" teriak guru itu setelah dia keluar dari kelas

"Adek gue sakit bukkk" teriaknya keras agar guru itu mendengarnya.

Dan saat ini kita sudah berada di dalam mobil dimana dia yang mengemudi mobil ini sedangkan gue menjaga Khaerine di jok belakang mobil

"Xan cepetan dong kalo perlu tancap gas aja sekalian"

"Ini gue udah dengan kecepatan maksimal"

"Cepetan argghh.. Wajah Khaerine udah pucat banget nih Xan"

Dengan kecepatan yang maksimal akhirnya kita sampai di rumah sakit.

"Dok dia kenapa?" tanya gue khawatir

Bukannya menjawab pertanyaan gue dokter itu malah bertanya balik

"Apakah pasien menderita maag?"

"Ah iya dok, dia menderita maag"

"Mohon pola makan dia diperhatiin. Saya pikir dia juga belum makan sampe sekarang dan itu membuat maag nya kambuh"

"Iya dok, makasih"

"Saya permisi dulu"

"Hobi banget sih adek lo jarang makan"

"Gue juga nggak tau. Gue juga baru ingat tadi pagi dia nggak ikut sarapan"

"Gue pergi dulu cari makan buat Irene nanti. Gue titip adek gue sama lo. Jaga baik-baik adek gue. Awas aja lo kalau dia kenapa-napa"

"Cerewet banget sihh.. Pergi aja sana. Khaerine aman sama gue"

Setelah gue melihat Xander yang sudah menghilang dari balik pintu. Gue berjalan menuju tepian tempat tidur dimana Khaerine terbaring dan duduk disamping ranjang itu.

Drrrtt drrtt...

Tiba-tiba aja handphone gue bunyi dari balik saku celana.

Setelah melihat nama yang tertera dilayar gue langsung mengangkatnya

"Lo sama Irene dimana? Main tinggalin tas aja dikelas" teriak Sean

"Nggak usah teriak-teriak gue denger kok. Gue di Rumah sakit." ucapku malas

"Sakit lo ya? Tumbenan."

"Bukan gue tapi Khaerine"

"Kirim alamat rumah sakitnya gue sama yang lainnya mau kesana"

"Iy..." belum selesai gue ngomong telepon dimatikan dengan sepihak

"Nggak sopan banget"

Tiba-tiba saja Irene sudah bangun dengan jari jemarinya menyentuh telapak tangan gue

"Van.." panggilnya yang bertepatan dengan Xander masuk membawa kantong plastik berisi makanan

"Stt... Sekarang lo harus makan, masalah yang tadi nanti kita bahas" kataku sambil membuka kotak makan yang diberi Xander

"Ehh.. iya"

"Aa.." ucapku menyuruhnya membuka mulutnya dan memasukkan suapan pertama

Bruakk..

Mau copot tau nggak nih jantung masuk nggak ketuk-ketuk dulu malah main nyelonong gitu aja

"Cieeekkk... yang lagi cuap-cuapan" sindir Zovin membuat raut merona di pipi Irene

"Apaan sih Zov, suap-suapan kali lo mah alay banget. Oh iya...." Sean yang seperti mengingat sesuatu melanjutkan perkataannya yang tadi sempat berhenti membuat semua yang ada didalam ruangan penasaran

"Ciekkk yang lagi suap-suapan, gue nya kapan??"

"Yehh.. kirain apaan. Lo mau disuapin juga sini sama gue aja" ucap Xander

"Okay.. Gue lagi lapar nih" kata Sean berjalan dan mendekati Xander yang duduk di sofa dekat jendela. Dan disana terjadi acara suap-suapan antara Sean dan Xander

"Gue ama Eilyn aja deh biar disuapin juga" kata Dave sambil blink eyes dan akibatnya ia mendapatkan pukulan dari Eilyn dikepalanya.

"Terus gue sama siapa dong?" rengek Zovin

"Kasian banget.. Yang sabar ya Zov" kata Sean

"Kok jadi ajang suap-suapan sih?" kataku yang sudah bosan mendengar topik pembicaraan mereka.

"Soalnya Goals Couple banget" kata Dave dengan nada centilnya

"Makanya cari pacar"

"Iya deh tau yang udah punya pacar yang jomblo bisa apa" sindir Zovin
.
.
.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Disini cuma ada gue sama Vander. Yang lainnya sudah pulang jam setengah 7 tadi termasuk Xander yang ingin pulang mengambil baju ganti gue. Ya gue dirawat inap sehari doang. Ribet tau nggak cuma sehari doang.

Kriik kriikk..

Diam. Hanya itulah yang ada saat ini tidak ada yang mau memulai pembicaraan sampai akhirnya gue yang mulai.

"Van..."

"Gue kecewa sama lo Ren. Lo malah seenaknya ciuman sama Niel disaat gue khawatir nyariin lo sampai Pitter yang ngasitau dimana lo"

"Van.. Please maafin gue" pintaku

"Gue maafin. Asal lo nggak dekat-dekat sama laki-laki lain kecuali gue, Xander dan sahabat gue. Dan gue nggak mau kejadian ini keulang lagi"

"Makasih Van, i'm promise" ucapku sambil memeluknya erat

"That's okay babe, ingat jangan diulangi lagi" ucapnya yang hanya gue balas dengan anggukan

"Gue takut kehilangan lo walaupun yang awalnya gue cuma ngerencanain buat lo jatuh cinta sama gue. Namun saat ini gue cinta sama lo melebihi cinta lo sama gue. Ya gue cinta banget sama lo" kataku dalam hati.

I Can't Let U Go Even If I DieWhere stories live. Discover now