[7] Our Fight

4.4K 195 7
                                    

Sebenarnya Vander menolak ditemani Khaerine. Namun jika ia tidak setuju kamarnya lah yang menjadi sasaran Zovin cs.

Seperti ada niatan, mereka menyuruh Khaerine dan memaksanya.

Seakan mereka ingin menjadi mak comblang dan mendukung rencana Khaerine untuk mendekati Vander walaupun mereka tidak tahu hal itu.

Dan sekarang Vander dan Khaerine berada di dapur.

Seperti biasa Khaerine memulai pembicaraan.

"Van.. kok rumah lu sepi banget? Mama sama papa lo dimana?"

"Kerja" jawab Vander sambil memilih makanan yang akan diambilnya dari dalam kulkas.

"Yaampun.. singkat banget dah. Kagak bisa panjang lagi?" ucap Khaerine sewot tujuh keliling

"Rempong banget lu" kata Vander

"Gitu kan bagus. Sini chiki-chiki nya biar gue bawain sebagian" kata Khaerine dari arah belakang.

"Gue duluan ya. Tunggu aja ntar disitu, gue balik lagi kok." kata Khaerine berlalu menaiki tangga.

"Hmmmm"

Sesampainya Khaerine di kamar ia kembali lagi ke dapur membantu Vander membawa makanan. Dia menuruni tangga sangat cepat takut bahwa Vander akan marah padanya setelah menunggu lama.

Saat mencapai lantai dasar, tiba-tiba saja kaki Khaerine terpleset dan itu membuatnya sangat ceroboh.

Vander yang mendengar sebuah ringisan dari arah tangga akhirnya mendekati tempat itu.

"Lo kenapa?" tanyanya

"Gue jatuh dari tangga hikss.. hikkss.." tangis Khaerine menahan sakit yang sangat pada kakinya.

"Ceroboh. Bisa berdiri nggak?"

"Gue nggak yakin" Khaerine mencoba untuk berdiri memastikan apakah dia masih bisa berjalan atau tidak. Mustahil. Ia terjatuh dan menangis sekencang-kencangnya karena kakinnya terkilir dan itu membuatnya tidak bisa berjalan.

"Sini gue bantu" kata Vander menarik kedua tangan Khaerine untuk membantunya berdiri. Namun Khaerine meronta kesakitan dan Vander mengembalikan posisi Khaerine menjadi duduk seperti beberapa menit yang lalu. Dan selang beberapa menit tangisan itu mulai berhenti.

"Eh.. sakit nih. Jangan ngasal tarik dong! Deketin dikit kek, udah tau juga kaki gue sakit" marah Khaerine

"Cerewet amat lo"

"Lah kan lo yang mulai duluan! bantuinnya nggak make perasaan banget" protes Khaerine tidak terima.

"Berisik banget"

"Yaudah jauh-jauh sono kehutan biar nggak berisik" usir Khaerine dengan mengibaskan tangannya

"Dibantuin juga" Vander pergi berjalan meninggalkan Khaerine yang masih duduk ditangga. Dia merasa telinganya seakan sebentar lagi akan sakit mendengar semua ocehan yang keluar dari mulut Khaerine.

"Lah jahat banget lo!!! Bantuin gue dong" teriak Khaerine kuat

"NGGAK MAU!!" balas Vander tanpa membalikkan badannya.

Xander dan sahabat-sahabatnya yang mendengar suara teriakan keluar dari kamar ingin tahu apa yang terjadi dibawah sana.

"Kenapa lu?" tanya Xander pada adiknya

"Habis jatuh kak. Bantuin gue dong kak, soalnya tuh orang nggak mau bantuin gue" rengek Khaerine pada kakaknya dan sesekali menunjuk Vander.

"terkilir?" tanya Zovin

"Ya ialah. Kalo nih kaki nggak terkilir gue bisa jalan kali Zov"

"Pertanyaan lo konyol banget Zov" ucap Dave sambil menyilangkan tangannya didepan dada.

Xander akhirnya membawa Khaerine menuju sofa yang terletak diruang tamu. Ia mengistirahatkan adiknya disana.

"Sean, ambilin air hangat ya. Buat di baskom atau ember" perintah Xander

Xander khawatir melihat kaki Khaerine yang mulai membengkak, begitu juga dengan Vander yang duduk berhadapan dengan Khaerine.

"Kan gue udah bilang lo jangan ceroboh banget dek. Dasar ceroboh" omel Xander

"Gue jatuh gini juga gegara Vander. Gue takut kalau Vander nunggunya kelamaan kak, jadi gue buru-buru jalannya"

"Lah kok nyalahin gue sih" kata Vander protes pada pernyataan Khaerine yang seakan menuduhnya akan insiden ini.

"Kak, kenapa sih lo punya sahabat kayak dia? Udah ngomongnya irit, judes, dan yang paling parahnya dia jahat banget nggak nolongin gue tadi" aduh Khaerine sambil menatap Vander. Mereka berdua saling bertatapan dengan tatapan tajam yang ditunjukkan dari masing-masing mata.

"Eh lu yang cerewet daritadi. Ditolongin juga tapi marah-marah. Yaudah gue tinggalin" protes Vander lagi.

Sean yang kembali dengan membawa air hangat didalam baskom meletakkan benda itu tepat dibawah kaki Khaerine. Dan Xander menyuruh Khaerine agar memasukkan kakinya kedalam baskom itu agar bengkak dikakinya berkurang.

"Eh.. tunggu" kata Zovin yang membuat mereka kebingungan

"Kenapa?" tanya Dave

"Ini gue nggak mimpi kan? Tumben banget nih monyet ngomong panjang-panjang sama cewe" Zovin menepuk bahu Vander yang duduk disampingnya.

"Tayikk" kata Vander dan menjitak kepala Zovin.

"Ngomong yang sopan kali bang, nggak malu apa" kata Sean dari seberang.

"Kak pulang yuk.. Bosan gue disini, yang punya rumah jahat banget" sindir Khaerine lagi dengan kata 'jahat' yang sudah lebih dua kali.

"Yaudah pulang sana. Emang tadi gue yang ngundang lo datang?! Kan nggak sih"

Empat laki-laki yang sedaritadi menatap dua insan itu hanya melongo melihat pertengkaran mereka dan ini pertama kalinya dalam sejarah persahabatan mereka Vander banyak bicara dengan cewe selain mamanya.

"Ihh tayik.. Awas aja lo besok" ancam Khaerine dengan jari telunjuk yang tepat didepan Vander.

"Kan besok bukan sekarang" lawan Vander

"Anjirr.. Ayo pulang kak" Khaerine menarik tangan Xander agar membantunya berjalan kedalam mobil.

"Gue duluan ya" pamit Khaerine pada Sean, Dave dan Zovin. Dan saat didepan Vander ia pamit dengan kata-kata yang membuat mereka tertawa selain Vander

"Gue duluan ya bi. Babi.." tawa Khaerine pecah setelah mengucapkan kalimat itu pada Vander

I Can't Let U Go Even If I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang