[17] It's a relief that we finally made up.

2.9K 132 4
                                    

Sudah 3 hari Vander dan Khaerine berdiam diri satu sama lain, sejak kejadian sabtu kemarin.

Khaerine dengan keras kepalanya dan tidak ingin mengalah tetap pada pendiriannya bahwa Vander lah yang harus meminta maaf.

Khaerine tidak terima atas perkataan Vander bahwa ia pergi bertemu diam-diam dengan Niel saat itu.

Seperti biasa bel sekolah berbunyi tepat jam sembilan menunjukkan tanda istirahat..

Khaerine ingin pergi ke kantin, namun dia harus terlebih dulu melewati kursi Vander.

"Geser lu!!" kata Khaerine cuek.

"Mau kemana?"

"Kantin, banyak omong banget sih. Geser doang susah banget!"

"Nggak mau!"

"Geser!!"

"Nggak!!"

"ih Vander, nyebelin banget sih!" kata Khaerine kembali duduk ke kursinya.

Vander mengeserkan tubuhnya kesamping menghadap Khaerine yang sedang kesal atas dirinya.

"Sayang..." ucap Vander lembut.

Khaerine dengan spontan mengarahkan pandangannya kesamping dengan raut wajah yang heran.

"Tumben? Kerasukan apa lo?" tanya Khaerine sambil meraba kening Vander.

"Jahat banget ngatain pacar sendiri kerasukan"

"Nggak demam kok."

"Sayang.." panggil Vander dan memegang kedua tangan Khaerine

"Hmm?"

"Judes amat sih."

"Serah gue dong" jawab Khaerine

"Kamu kenapa akhir-akhir ini nyebelin banget, hm?" tanya Vander langsung ke intinya.

Aku-Kamu ya?

"Kemarin aku lagi bulanan dan tiga hari yang lalu itu aku hanya ingin berenang saja dan tiba-tiba bertemu begitu saja dengan Niel disana bukan bertemu diam-diam dengan Niel." jelas Khaerine panjang kali lebar

"Kamu kok nggak aja aku sih? Kenapa, hm?"

"Lupa dan Malas"

"Jahatnya. Lain kali kalau mau pergi harus kabarin ke aku, nggak ada alasan lupa dan malas lain kali, ok?"

"Hmm.."

"Jawabnya kok gitu sih. Masih marah ya? Yaudah aku minta maaf ya" rayu Vander dengan tatapan manisnya

"Ugh tatapan itu. Iya deh iya, aku nggak marah lagi"

"Sini dong" kata Vander membuka lebar tangannya dan memberi ruang masuk agar Khaerine bisa memeluknya.

"Ahh.. nyaman, udah lama nggak dipeluk beginian. Kangen" kata Khaerine tersenyum dan melihat Vander.

"Nggak bisa nggak cuekin kamu seharian apalagi 3 hari lamanya" ucap Vander mengecup dahi Khaerine.

Namun seperti biasa, disaat-saat suasana yang menyenangkan Eilyn datang dari luar kelas dan menganggu sepasang kekasih itu. Mungkin ia menambah hobinya yang baru selain bermulut ember.

"Aduhh gue kapann ya begituan?" kata Eilyn dengan imajinasinya.

"Sayang, kamu telpon Zovin, suruh dia kesini" bisik Khaerine

"Buat?"

"Kayak nggak tau aja"

.
.

"Ngapain nelpon-nelpon gue segala? Mana hal yang mendesaknya?" tanya Zovin setelah masuk ruangan kelas IA-I

"Nih hal mendesaknya" tunjuk Khaerine pada Eilyn

"Kok dia?" tanya Zovin

"Katanya pengen dipeluk juga kayak gini" ucap Vander

"Apaan sih lu berdua, gue juga mau tapi nggak sama dia juga kali!" kesal Eilyn dan kembali keluar kelas

Namun, saat hendak berjalan Eilyn tersandung kaki meja dan membuatnya hampir saja terjatuh kalau saja Zovin tidak siap siaga.

"Van.. fotoin mumpung mereka nya belum sadar"

"Iya sayang"

"Egh-- makasih" kata Eilyn malu dengan semburat wajah yang memerah. Bukannya berjalan keluar, ia malah menuju ke tempat duduknya dan menidurkan kepalanya diatas lipatan tangan miliknya.

Beda halnya dengan Zovin, ia terdiam seperti masih mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Namun tanpa dirinya sadari pipinya juga sudah memerah.

"Gu-- Gue balik ya" kata Zovin gugup

Dan melihat kejadian itu sepasang kekasih itu hanya tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya itu ..

I Can't Let U Go Even If I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang