29. The girl who cried

22.7K 2.3K 224
                                    

Author's POV

(Namakamu) menghela nafas sebelum menyenderkam tubuhnya dikursi sambil memijat pelipisnya, pusing. Kepalanya sangat pusing sekarang.

Sudah 2 jam lamanya ia duduk di kursi koridor rumah sakit ini, sendiri. Mamanya pamit karna ada urusan, dan orang tua Aldi sedang berbicara dengan dokter.

Aldi sudah ditangani dokter dan sudah dipindahkan keruang rawat, tapi dia belum sadarkan diri.

Drt
Drt
Drt
Drt

Handphonenya yang tadi sempat hilang itu bergetar beberapa kali dan terus menerus. (Namakamu) menghapus sisa-sisa air matanya lalu merogoh saku sweater navy nya, mengambil benda persegi empat itu.

50 missed call from Iqbaal
20 missed call from Babas
LINE 999+ unred message
1 Message Whatsapps

(Namakamu) tertarik dengan notification paling bawah.
Whatsapps, ya mungkin (Namakamu) memilih membuka itu pertama karna hanya satu chat yang ada.

Whatsapps

+628269696969
{Sent a video}

Setelah menunggu sebentar untuk mengunduhnya, (Namakamu) memutar video kiriman dari entah dia sendiri pun tidak tahu.

(Namakamu) menajamkan pandangannya, memastikan apa yang dilihatnya benar dengan apa yang di duganya. Karena video itu terlihat lumayan blur karena di zoom terlalu dekat.

"Heh, mau lo apa?"

"Mau gue? kita taruhan! Kalo lo bisa dapetin (namakamu) kelas 12 ips 2 itu, lo aman. gue ga bakalan ganggu lo lagi."

"Tapi kalo gue yang dapetin dia, sampe kapanpun hidup lo ga bakal tenang"

"Deal?"

"Lo pikir gue takut? deal!"

Degh!

(Namakamu) menahan sesak didadanya, air matanya keluar semakin deras dengan sedikit isakan yang tertahan.

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu memejamkan matanya berkali-kali. Berharap yang ia lihat barusan itu rekayasa.

"Fuck!" tangannya meremas kencang handphonenya, sekuat tenaga ia tahan untuk tidak melemparnya.
Isak tangis (Namakamu) semakin menjadi. Tidak peduli dengan orang-orang yang memperhatikannya sekarang.

"(Namakamu)! Aldi udah sadar." suara lembut seorang wanita paruh baya itu mengintrupsi.

(Namakamu) segera menghapus kasar air matanya saat perempuan itu menghampirinya.

"Kamu jangan nangis lagi. Aldi udah sadar ko. Ayo kita ke ruangannya."

"Iy..a tante."

Melina menggandeng lengan (Namakamu) lembut. Mereka berjalan beriringan ke ruangan dimana Aldi di rawat.

"Eh, tante mau ke kantin dulu ya nyusul papa nya Aldi. Kamu masuk duluan aja." Kata melina. Setelah (Namakamu) mengangguk, dia berlalu meninggalkan (Namakamu) yang sekarang didepan pintu ruang rawat Aldi.

Pintu terbuka, terlihat laki-laki itu tersenyum sayu diranjang rumah sakitnya dengan kepala yang diperban dan beberapa bagian wajah di plester.

Aldi.

(Namakamu) membalas senyum itu sekilas, lalu berjalan ke samping ranjang.
Tangan dingin Aldi langsung menggenggam tangan (Namakamu).

"Gue seneng masih bisa liat lo senyum." ujar Aldi dengan suara paraunya.

DOI x IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang