27.

6.2K 566 104
                                    

Sehun berdiri, tak peduli dengan obrolan para orang tua. Ia memilih menarik tangan Irene untuk keluar dari rumah dan membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya.

Mobil melaju dengan keheningan menuju ke pinggiran sungai Han. Hanya kegelisahan dari keduanya yang nampak sangat jelas mereka tunjukkan tanpa saling bicara.

Ketika mobil telah berhenti, Sehun memijit mijit keningnya dan satu tanganya menekuk di sisi jendela kaca. Sementara Irene hanya duduk tegak menatap lurus ke depan ke dalam kegelapan malam. Bibirnya sedikit bergetar karena kedinginan. Ia menurut saja kemana Sehun membawanya tanpa sempat memakai pakaian hangatnya.

"Pakailah coatku," Sehun yang menyadari, lantas melepas coatnya dan memakaikannya pada Irene yang kini mulai bersin bersin."Apa kau flu?"

Sekali lagi Irene bersin tanpa menjawab pertanyaan Sehun.

"Ah maaf, pikiranku kacau melihat kedua orang tuaku ada disana menemui Appamu, sungguh aku tidak tahu mereka akan memutuskan hal itu. Aku...," Sehun menjilat bibirnya yang kering dan menggeleng lemah,"...menyesal telah membawamu ke dalam masalah ini."

Irene bersin bersin lagi, ia merasa jalan pikirannya dengan Sehun sama.

Bertunangan?Bahkan mereka saja tidak berpacaran. Perjodohan macam apa ini?

"Apa aku harus kabur di hari pertunangan itu?,"Irene memberikan ide yang membuat Sehun tertawa getir.

"Kita tidak sedang menjalani syuting drama Irene," Sehun menggosok gosokan tangannya dan menempelkannya di sisi wajah Irene yang tampak pucat." Kau tidak boleh sakit." Sehun menoleh ke kursi belakang mencari cari syal atau apa yang bisa menghangatkan Irene namun tak menemukan apa apa disana selain hanya topi dan maskernya.

"Aku baik baik saja,"jawab Irene sembari membersit hidungnya yang gatal.

Keduanya kembali duduk diam dalam keheningan. Hanya suara bersin bersin Irene yang sesekali terdengar.

"Jadi bagaimana?"Irene akhirnya bertanya."Apa kita harus jujur saja pada kedua orang tuamu sebelum terlanjur?"

"Jika menurutmu itu ide yang bagus, mari kita coba pelan pelan memberitahunya," Sehun setuju dengan ide Irene. Ia juga sebenarnya tidak tahu perasaan apa yang selama ini ada untuk gadis disampingnya itu, ia tidak yakin.

"Jika mereka marah, apa yang akan kau lakukan?Pergi dari rumah?"

"Sempat terpikir hal itu."

Irene menatap Sehun lekat dan meraih satu pergelangan tangan lelaki itu, mengguncangnya," jika hubunganmu dengan mereka memburuk, itu juga pasti karena aku. Aku tak mau kau begitu, Sehun,"kembali Irene merasa bimbang.

"Tak apa asal itu tidak mempersulit hidupmu, aku tak masalah."

"Sehun...,"Irene semakin diliputi rasa bersalah jika hal itu sampai benar benar terjadi.

"Aku tak bisa memaksamu untuk bertunangan denganku, dengan lelaki yang tidak kau suka. Kau akan sulit menghadapiku nantinya dan aku tidak mau membebani hidupmu."

Oh ayolah, Sehun berkata seperti itu justru semakin membuat Irene bersedih. Irene sempat berpikir mungkin saja Sehun menyukainya, tapi rasa suka itu belum tentu adalah sebuah rasa cinta. Jadi Irene tak pernah berpikir untuk bisa membalas apa yang tengah dirasa lelaki itu.

"Sehun~ah, apa kau masih mengingat tentang Yejin?"

"Bukankah kau juga masih belum melupakan Taeyong?"Sehun menjawab pertanyaan Irene dengan sebuah pertanyaan."Jangan lagi bertanya yang kau sendiri sudah tahu jawabannya."

"Aku hanya tidak tahu harus berbicara apa padamu, kenapa kau jadi senewen padaku sih?"Irene melengos sebal.

Sehun menoleh dengan senyuman hangat."Bukan senewen, maaf...."

Cinderella with Melon First KissWhere stories live. Discover now