14.

6.1K 574 112
                                    

Irene berdiri dalam kecanggungan dan tak menemukan alasan tepat untuk menjawab pertanyaan Taeyong.

"Kau kenapa tiba tiba datang tanpa memberitahuku?,"justru pertanyaan itu yang Irene lontarkan di depan Taeyong.

"Aku akan pergi jika kau tak suka," Taeyong berkata ketus sembari berbalik namun Irene cepat cepat memeluk lelaki itu dari belakang, melingkarkan kedua tangannya dengan erat disana.

"Jangan pergi, jangan...jangan salah paham."

Untuk beberapa saat Taeyong diam tak bergeming. Dia hanya terkejut kenapa Sehun bisa ada di rumah Irene dan kenapa lelaki itu tampak sangat marah pada gadisnya.

"Aku tak tahu jika Sehun hyung ada disini bersamamu dan aku hanya akan jadi pengganggu kalian berdua," Taeyong akhirnya bersuara."Aku juga tahu hubungan persahabatan kalian sudah terjalin lama, tapi kenapa aku cemburu? Aku benar benar cemburu," Taeyong berkata dengan meletakan satu telapak tangannya di dada.

"Jangan berpikir macam macam, tolong. Aku hanya membantunya yang sedang ada masalah dengan pacarnya, itu saja,"Irene mulai bisa mengatasi kepanikannya dan tengah menemukan alasan yang tepat untuk bisa menjawab pertanyaan Taeyong.

"Dia menggertakmu, tapi kenapa hatiku yang sakit ketika mendengarnya?,"Taeyong masih terus bergulat dengan perasaannya.

"Kami biasa seperti itu, aku tidak masalah, besok aku dan dia pasti akan baik baik saja, berbicara kembali seperti sahabat."

"Salahkah jika aku marah padanya? Tak boleh ada seorangpun yang menyakitimu, sekalipun itu aku, tak boleh..."

Irene menggeleng pelan.

"Kau boleh marah padaku, hanya padaku. Marahlah jika kau mau."

Taeyong melepas kedua tangan Irene dari tubuhnya dan berbalik. Gurat kemarahan masih tersisa, namun kemudian lelaki itu menghela nafas, mencoba bersahabat dengan keadaan.

"Bagaimana aku bisa marah pada gadis yang paling aku cintai ini?,"mata lelaki itu menatap nanar dan satu tangannya mengusap lembut wajah Irene."Jika aku marah, kau mungkin akan meninggalkanku bukan?"

Irene menggeleng geleng dan meneteskan air matanya, bibirnya bergetar.

"Bahkan sebelum marahpun, aku sudah membuatmu menangis, maaf...," Taeyong memeluk tubuh Irene dan membenamkan wajahnya penuh dengan penyesalan."Maafkan aku...maaf..."

Irene semakin menangis sesenggukan. Seharusnya dialah yang meminta maaf pada Taeyong karena selama ini ia telah banyak berbohong padanya, akan tetapi kenapa justru ia yang harus mendengar lelaki itu terus meminta maaf padanya? Sungguh, kalimat itu seperti telah mengiris hati kecil Irene.

"Jangan menangis, kumohon jangan menangis," Taeyong melepas pelukannya dan menghapus air mata yang meleleh di pipi Irene dengan jemarinya." Kupikir aku akan memberimu sebuah kejutan, tapi aku malah membuatmu bersedih seperti ini,"Taeyong tersenyum getir."Aku tak pernah bermaksud menyakitimu, ayo tersenyum. Apa kau tidak senang jika sekarang aku sudah sembuh dari fluku?"

Irene memukul mukul dada Taeyong pelan masih dengan lelehan air matanya.

"Arght...kau mungil tapi pukulanmu melebihi Manny Paqiao." Taeyong pura pura kesakitan, mencubit kedua pipi Irene, memaksa gadis itu untuk tersenyum.

"Jangan melucu, kau sama sekali tidak lucu, lelaki tampan biasanya memang tidak lucu," Irene jadi kesal namun pada akhirnya ia bisa tersenyum.

"Mandilah dan berpakaian yang hangat, aku ingin mengajakmu makan, kita jalan jalan. Palli!"

Irene mengangguk, ia masuk kedalam dengan berjalan mundur menunjuk pada sofa agar Taeyong duduk menunggunya.

"Jangan khawatir, aku akan menunggu sampai kau selesai berdandan," Taeyong membentuk jarinya dengan huruf O.

Cinderella with Melon First KissWhere stories live. Discover now