[Hari Pertama]

419 55 12
                                    

Katanya, sifat seseorang itu dapat dilihat saat kesan pertama kita bertemu. Tapi apa benar?

♡♡♡

-Akhir Juli 2018-

Aku melirik jam di ruang makan, masih tersisa banyak waktu bel pertama sekolah dibunyikan. Jadi tak perlu terburu-buru juga menghabiskan roti ku.

Sarapan pagi ini terasa berbeda, karena ayah dan ibuku sedang tidak ada di rumah. Yang ada hanya aku, abangku, mama-ajiku serta kakekku.

Pasti kalian bertanya, siapa itu mama-aji. Kuberitahu, dia adalah nenekku. Ibu dari ibuku. Entah mengapa aku memanggilnya dengan sebutan tersebut. Aku sudah kebiasaan.

Lupa kuberitahu bahwa ayah dan ibuku sedang ada di Makassar, mengurus bisnis keluarga katanya. Aku anak kecil masih biru mana bisa paham.

Aku menyelesaikan kegiatanku. Saatnya untuk pergi ke sekolah baru tiba. Entah apa yang harus kurasakan, senang, sedih, ataukah gugup? Ah! Lupakan.

Aku berangkat sekolah dengan abangku. Kebetulan juga aku mendaftar di sekolah yang sama dengannya. Lebih tepatnya hal itu sudah diatur oleh ibuku.

Zahri Vatara Dewanata. Nama abangku. Kalian pasti mulai berpikir bagaimana karakternya. Iya, benar sekali. Karakternya memang tak jauh dari tokoh-tokoh cerita yang ada di novel atau karya tulis lainnya yang sangat diminati para kaum hawa.

Ganteng, Easy-going, Suka musik, Ahli sastra, Most wanted, cool dan tentunya dia Humoris. Tapi apapun itu, dia tetaplah kecebong berduri yang menyebalkan di mataku. Tapi anehnya aku masih tetap dan akan selalu menyayanginya.

Dia sering usil dan sering menjahiliku. Jika ayah dan ibu ada, kami berdua sepakat memakai bahasa yang baik dan enak didengar. Tapi begitulah, semua berbeda jika ayah dan ibuku sedang tidak ada.

Bang Zahri, aku memanggilnya dengan sebutan itu. Dia mulai menghidupkan mesin motornya. Entah motor apa itu, CBL BCL atau CBR. Ah! Aku tak tahu dan tak ingin tahu. Yang pastinya itu adalah motor yang besar berwarna merah kombinasi hitam.

Bang Zahri menyuruhku naik dan berpegangan padanya. Namun sebelum itu, ia masih sempat mengusiliku.

"La, lo pakai detergen? Tuh wajah putih bener kek cat tembok" ucapnya dengan nada meledek.

Aku mendesis pelan. Bukan hal yang biasa jika dirinya selalu mengganggu kehidupan ku yang tenang. Padahal wajahku memang putih alami, tanpa bantuan bedak ataupun krim pemutih.

Aku tak menggubris, langsung saja aku naik dan berpegangan padanya.

Mungkin kebanyakan orang akan berpikir bahwa aku dan Bang Zahri adalah sepasang kekasih. Karena wajah kita berdua memang tidak memiliki satu sisi kemiripan pun. Sungguh tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa kita berdua adalah saudara sedarah.

Sekitar dua puluh menit waktu yang dihabiskan untuk mencapai sekolah ini. Tapi butuh bertahun-tahun untuk mencapai hati mu yang sangat sulit digapai itu. Eh!

Sebelum memasuki parkiran, tadi sudah kulihat gerbang tinggi nan lebar dengan tulisan SMA Harapan Mulia di tengah bangunan yang berbentuk melengkung.

Azhrilla [Very Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang