Forgiven But Not Forgotten

1.3K 95 0
                                    

REI

"Lo enggak mau ikut ke Jogja Rei?"

Baru juga gue duduk di kursi, Akbar menanyakan lagi pertanyaan yang sudah dia tanyakan ke gue berkali-kali via WhatsApp.

"Enggak Akbar, gue udah ngomong sama lo anjir."

"Ah masa gue sendirian survei tempatnya." Keluh Akbar sambil bersandar di kursinya. Gue membuka laptop gue, mengecek email terlebih dahulu. Sebentar lagi, gue beserta tim gue mendapat proyek baru. Pembangunan hotel di Jogja. Rencananya kami akan survei tempat dulu, lalu baru tim kami berangkat ke Jogja. Awalnya gue sudah setuju buat ke Jogja bareng Akbar, tapi sayangnya Kalana muncul. Jadi gue membatalkan niat gue, karena gue harus berhasil mengajak Kalana makan siang bareng gue hari ini. Enggak boleh batal lagi kayak Sabtu kemarin. Hari Minggu gue sudah semedi di rumah, berdoa banyak-banyak minta bantuan sama Tuhan. Doa nya sudah, tinggal usahanya aja nih!

Gue membuka aplikasi Path di ponsel gue. Waktu itu, gue pernah memaksa Gina buat accept friend request akun palsu gue di Path Kalana, setelahnya gue suruh Gina hapus moment itu. Makanya sampai sekarang Kalana enggak tau kalau gue bisa tau dimana dia berada, kalau dia lagi check in juga sih.

Raina K Geraldine arrived in Yogyakarta

Kok bisa-bisanya ada di Jogja? Terus hari ini gagal lagi gue ajak makan siang, nih? Gue buru-buru berpindah ke aplikasi LINE gue. Mencari kontak Gina,

Rei: gin kalana ke jogja?

Gina: Y

Rei: kok gak bilang ke gue?

Gina: ngana siapa emngnya?

Gini nih kalau chat sama Gina, dibuat emosi dulu baru di kasih jawaban. Gue sudah terlatih bersabar sejak setahun yang lalu, sejak pertama kali gue minta tolong Gina.

Rei: serius gue

Gina: nana ke jogja buat ketemu bokapnya

Gina: udh ya

Rei: belom

Rei: minta alamat di jogja nya dong

Gina: niat banget :)

Setelah Gina mengirimkan alamat Kalana di Jogja, gue langsung menghampiri Akbar yang tadi pamit ke pantry.

"Gue ikut ke Jogja deh, bro!" Ujar gue sambil menepuk bahunya, membuat dia memandang gue curiga. "Pasti ada maksud tertentu nih," gumam Akbar lalu kembali fokus pada kopi hitamnya.

"Serius lo, ntar malem berangkat. Telat gue tinggal."

"Siap bos!"

***

Pagi ini gue bangun di kamar yang berbeda, bukan kamar tidur gue di apartemen maupun dirumah mama. Gue menggulingkan badan gue ke kanan dan kiri, menikmati fasilitas yang kantor kasih ke gue. Akbar tidur di kasur seberang gue, masih tidur dengan posisi tengkurap. Kemarin malam Akbar curhat ke gue, dia enggak biasa tidur sendiri sejak nikah. Emang manja dia, tadinya kalau gue enggak ikut dia mau mengajak istrinya tapi sayang istrinya lagi hamil muda, susah dibawa kemana-mana.

Gue beranjak dari kasur gue dan langsung ke kamar mandi. Kalau bangun gue pasti langsung mandi, enggak peduli jam berapa pun itu. Mau gue bangun jam 12 siang kek, mau gue bangun jam 3 subuh kek, gue bakal tetap mandi. Nyokap gue sering banget marah, katanya mandi jam 12 siang itu enggak bagus buat kulit. Tapi ya namanya juga anak laki, ya harus bandel dong.

MEET YOU [COMPLETED]Where stories live. Discover now