Cherish Every Moment

651 42 0
                                    

GILANG

"Lo interview juga ya?"

Raina pertama kali menyapa gue saat gue sedang duduk di ruang tunggu lobi kantor ini.

"Iya, lo juga?"

Padahal bukan, gue bukan calon pegawai kantor ini.

"Selamat pagi semua, perkenalkan saya Raina. Mulai hari ini akan bergabung dalam tim Ibu Rita. Mohon bantuannya."

Satu bulan setelah obrolan singkat di ruang tunggu itu, Raina muncul di kantor diantar oleh HRD kami untuk perkenalan keliling kantor. Awalnya gue bukan bagian dari Tim Ibu Rita, posisi duduk gue sangat jauh dari Raina sehingga gue dan Raina tidak terlalu dekat. Namun, karena Naomi yang merupakan rekan satu tim gue ternyata berteman dengan Raina akhirnya gue bisa dekat dengan Raina.

"Waktu itu lo bilang lo mau interview, ternyata udah senior."

Itu protes Raina saat mengetahui kalau gue berbohong.

"Ya nanti lo segan ngobrol sama gue."

Raina dengan dunianya sendiri.

Gue tidak pernah benar-benar tahu apa yang ada dipikiran Raina. Perempuan ini selalu ceria didepan orang-orang, namun tidak sekali-dua kali gue menemukan Raina sibuk dengan pikirannya sendiri. Gue tidak mengetahui alasan mengapa Raina lebih senang menghabiskan waktu di kantor sampai malam. Gue tidak mengetahui alasan mengapa setiap akhir pekan, Raina tidak pernah benar-benar menghabiskan waktunya di apartemennya.

Raina dengan segala hal yang ditutupinya.

"Gue suka sama Raina."

"Semua orang juga tahu, Gilang."

Setengah tahun dekat dengan Raina tidak pernah menghasilkan apa-apa. Satu waktu gue merasa perasaan gue terbalas, satu waktu lainnya gue merasa Raina bersikap sama kepada semua orang. Sampai akhirnya gue dipindahkan ke Tim Ibu Rita yang artinya gue menjadi satu tim dengan Raina. Mulai saat itu gue mulai menyadari kalau Raina tidak menganggap kedekatan kami berdua lebih.

Semua orang tahu tahu tentang perasaan gue, namun gue rasa Raina tidak tahu itu.

Minggu siang ini gue dan Bang Dikta sedang duduk di salah satu coffee shop yang berada di Orchard Road sambil menunggu Raina. Jumat kemarin tim kami sudah menyelesaikan tugas kami di Batam, Ibu Rita sudah pulang ke Jakarta langsung dari Batam sedangkan Sabtu pagi kami bertiga memilih menyebrang ke Singapura dan berencana pulang sore ini.

"Jadi kau sama Raina?" Pertanyaan Bang Dikta membuat gue tertawa pelan, "Jadi apanya bang?" gantian Bang Dikta yang tertawa.

"Hahaha.. Pake nanya lagi."

"Enggak gimana-gimana Bang."

"Pantas, beberapa hari lalu ada berita Raina dijemput laki-laki. Kau kenal, Lang?"

Belum sempat gue menjawab pertanyaan Bang Dikta, terlihat Raina memasuki coffee shop. Perempuan ini mengenakan kemeja crop yang dipadukan dengan culotte pants yang membuat ia terlihat semakin tinggi. Raina baru selesai beribadah di salah satu gereja yang berada di jalan Orchard ini. Sedangkan gue dan Bang Dikta tidak. Perbedaan ini yang juga sebenarnya menjadi penghambat diri gue untuk serius mengejar Raina.

"Hai! Sori lama. Jadi ke Paragon?"

"Bah jadilah, istriku nitip Coach ini. Flight jam 5 kah?"

"Iya jam 5, keburu kok. Yuk jalan sekarang aja. Lang ayo! Malah bengong."

***

MEET YOU [COMPLETED]Where stories live. Discover now