Choose to be Happy

1.3K 56 0
                                    

Dave and Gina's Wedding

Semakin malam, semakin ramai.

Begitulah kondisi resepsi pernikahan Dave dan Gina yang diselenggarakan di sebuah taman hotel terkemuka di Jakarta. Suara obrolan, tawa, dan suara merdu singer memenuhi udara. Sudah kesekian kalinya waiters berlalu-lalang membawa beberapa gelas berisi wine yang laku keras malam ini. Kedua mempelai terlihat bersinar, sang mempelai wanita tampak cantik mengenakan wedding dress berbentuk mermaid dengan warna salem, warna yang sama dengan pilihan Gina saat melakukan fitting dengan Raina beberapa bulan lalu. Sedangkan mempelai pria mengenakan tuxedo berwarna dark grey, keduanya sangat serasi.

"Ginaa, congratsss!! Dave selamat menghadapi Gina seumur hidup yaa!!"

"Congratulations you both!"

"Naaa, thank you loh warning buat Dave nya!" Gina membalas pelukan erat sahabatnya yang sangat kegirangan dari awal acara. Satu hal yang Gina syukuri adalah sahabatnya ini sudah terlihat jauh lebih baik, awalnya Gina sudah melarang Raina untuk hadir karena takut perempuan itu masih berduka. Tapi melihat Raina malam ini, Gina bersyukur Rei kembali berada disisi sahabatnya ini.

"Thank you bro Rei! Kalo bisa buruan nyusul."

***

A few months later..

Hari-hari berlalu seperti biasa. Bangun di pagi hari, berangkat ke kantor, dan pulang ke rumah. Lima hari dalam seminggu, rutinitas itu terus berputar. Kalau saja Rei tidak ada, mungkin Raina akan mati bosan.

Akhir-akhir ini Raina memulai rutinas baru, mengikuti kelas yoga setiap akhir pekan. Seperti hari ini, ia baru selesai mengikuti kelas dan masih menunggu Rei menjemputnya. Rei sendiri pergi futsal dengan teman-temannya sembari menunggu Raina. Tiba-tiba saja mereka menjadi pasangan sehat. Raina menyesap es kopi hitamnya bertepatan dengan mobil Rei yang berhenti di depannya. Ia pun masuk kedalam mobil.

"Mau makan dulu?" Tanya Rei setelah Raina selesai memasang seatbelt. "Makan di apart aja boleh? Aku males kemana-mana." Pinta Raina yang selalu disetujui Rei.

Seperti hari-hari biasanya, mereka berdua menikmati keheningan di balkon apartemen Raina. Rei yang sesekali sibuk dengan laptop atau ponselnya karena pekerjaan yang tidak pernah mengenal hari dan Raina yang lebih sering tertidur membiarkan rambutnya berantakan diterpa angin.

Raina mengerjapkan matanya saat merasakan hembusan angin yang berbeda menyentuh wajahnya. Laki-laki yang duduk disebelahnya sedang menatapnya dari jarak dekat dengan senyum lebar yang terus menghiasi wajahnya.

"Cantik." Gumam Rei namun masih terdengar jelas oleh Raina. Laki-laki itu mencium pipi Raina lalu menarik perempuan itu kedalam pelukannya. Raina tertawa karena merasa geli saat lengan Rei menyentuh pinggangnya.

"Hahaha.. Apa sih, gombal banget."

"Serius Na, sama aku terus ya?"

Senyum Rei menghilang dan berganti dengan wajah seriusnya, tapi seperti biasa Raina masih menjawab dengan sisa-sisa tawanya tadi. Perempuan itu menepuk pipi Rei pelan, "Iya, memang mau sama siapa lagi?"

"Nikah sama aku ya, Na?"

Perlahan tawa Raina menghilang, ia menatap Rei dengan pandangan bingung. Matanya mencari sorot mata jahil Rei, tapi tidak ada.

"Aku serius Kalana, I want to marry you and spend the rest of my life with you. Aku mau tiap hari bisa liat kamu tidur kayak tadi, aku mau tiap hari bisa kayak gini sama kamu tanpa harus mikirin kalau aku harus pulang ke rumah yang beda sama kamu. Aku mau tujuan rumah kita sama. Raina Kalana Geraldine, mau kan nikah sama aku?"

Rei mengucapkan kalimat itu dengan serius, ia menatap mata Kalana dalam, laki-laki itu agak emosional saat mengucapkannya. Raina sendiri masih terpaku, ia menunduk dan menemukan sebuah kotak cincin yang terbuka berada digenggaman Rei. Cincin tercantik yang pernah dilihatnya.

Obrolan atau candaan tentang hidup bersama selalu menjadi topik. Tapi Raina tidak tau kalau hari ini akan tiba, hari dimana kalimat itu bukan diucapkan bersamaan dengan kalimat nyeleneh Rei atau respon tawa Raina. Raina tidak pernah merasa sebahagia ini. Terdengar berlebihan, tapi itu yang benar adanya. Rei masih sama seperti tujuh tahun lalu, dengan perasaan yang lebih besar dan meledak-ledak.

"I love you, Rei." Bisik Raina pelan, dengan air mata yang mengalir dipipinya. "Kamu tau aku selalu ngerasa seneng setiap sama kamu. Bahkan dari hari ulang tahunku di kafe deket sekolah sampai hari ini di balkon ini, perasaannya masih sama Rei. Maybe we both failed at first, tapi makasih udah yakinin aku kalau kita layak untuk kesempatan kedua."

***

REI

Semenjak balikan dengan Kalana, gue enggak pernah tau kalau hidup gue bisa semenyenangkan ini. Pertengkaran kecil kami menjadi bumbu-bumbu yang membuat hubungan ini jadi lebih seru. Dulu gue enggak pernah mau menunjukkan kelemahan gue kepada Kalana, tapi hari ini gue sangat sadar kalau gue menangis. Gue nggak bisa menahan diri saat cincin yang udah gue pesan dari sebulan yang lalu, akhirnya berada di tempat seharusnya.

Jari manis Kalana.

Dan benar dugaan gue, cicin ini melingkar sempurna di jari Kalana. Cantik banget, sama seperti Kalana yang selalu cantik.

I did the right thing to choose the prettiest ring for the most beautiful woman.

Dari dulu gue selalu menemukan Kalana di setiap lamunan tentang masa depan dan mulai hari ini hal itu enggak hanya menjadi sebuah lamunan lagi, it's going to happen.

MEET YOU [COMPLETED]Where stories live. Discover now