Part 17

1.2K 28 0
                                    

SETELAH menyaksikan dirinya jatuh dibawah angin, alisnya kontan melentik lima jari tangan kirinya dipentang. lima gulung desiran tajam langsung menghantam beberapa buah jalan darah penting didada Suma Ing.

Kehebatan tenaga serangan membuat Suma Ing terperanjat. ia menyadari bilamana ilmu sakti 'Thiam Mo San' belum dipelajari, maka ia bukan tandingan dari gadis itu.

Delapan bagian tenaga lweekang segera dihimpun pada sepasang telapak, dan meledaklah jurus keenam dari ilmu Payung Sengkala itu ditengah udara.

"Bluuuuumm...!" Suma Ing terdesak mundur tiga langkah kebelakang, sementa-Si Ciang Ooh Tangan Berdarah mundur tujuh, delapan langkah kebelakang. badannya bergoyang tiada hentinya.

Dalam keadaan seperti ini Lam Kong Pak tak tahu ia harus menguatirkan keselamatan siapa, tapi ia berharap kedua belah pihak jangan sampai terluka. sebab walaupun si Ciang Ooh Tangan Berdarah pernah coba mendekati dirinya dengan cara yang kurang sopan, tapi bagaimana pun juga ia masih memberi muka kepadanya sehingga melepaskan benteng Hwie Him Poo.

Makin bertarung Suma Ing semakin naik pitam, ia mendengus dingin. dengan menghimpun sembilan bagian tenaga murninya kembali ia melancarkan sebuah serangan dengan jurus kesembilan ilmu sakti Payung Sengkala.

Terdengar deruan angin tajam bergetar membelah bumi, se-akan2 gulungan ombak ditengah samudra membuat seluruh permukaan bergetar keras. serentetan cahaya merah tua meluncur keluar dari telapaknya langsung menghantam kedepan.

Si Ciang Ooh Tangan Berdarah sadar sisinya sangat berbahaya, segera ia menggunakan jurus terakhir dari ilmu saktinya 'Ki Thian Hua Teh' atau Menuding langit menggurat bumi sambut serangan tersebut.

"Bluuumm!" Asap debu berterbangan memenuhi angkasa, para hadirin jadi kacau balau. suasana hiruk pikuk sudut panggung tergetar ambruk sehingga hampir2 saja menghantam para penonton disampingnya.

Suma Ing tergetar mundur tiga langkah lebar kebelakang, sedang si Ciang Ooh Tangan berdarah mundur keujung panggung dengan sempoyongan, darah kental mengucur keluar menodai ujung bibirnya, jelas isi perutnya sudah tergetar luka.

"Maaf! maaf!" Suma Ing segera menjura, "Harap Yu Than-cu suka memaafkan tindakan cayhe karena tak bisa menahan diri sehingga melukai dirimu."

"Aaaaah...! Suma Sauw-hiap terlalu sungkan kepandaian silatmu terbukti jauh lebih lihay setingkat. Pun Than-cu akui bukan tandinganmu !"

Selesai bicara ia segera meloncat turun dari atas panggung, kali ini dari bawah panggung tidak kedengaran suara sorak-sorai memuji. hal ini disebabkan Yu Chen mendapat simpatik dalam kalangan perkumpulan Liok-mao Pang semua orang tak tega menyusahkan dirinya lagi.

Kembali Suma Ing menjura keempat penjuru sambil berseru: "Siapa lagi yang ingin naik keatas panggung untuk memberi petunjuk kepadaku ?"

Mendadak ada orang berseru keras: "Suma Sauw-hiap, apabila kau berhenti sampai disini saja. atas perintah pangcu. kau diberi kedudukan sebagai Than-cu. seandainya kau ingin menjajal sekali lagi. Pangcu akan merasa semakin senang !"

Suma Ing berpaling kearah loteng ditempat kejauhan lalu menjura dengan sangat hormat: "Suma Ing pasti tak akan mengecewakan harapan Pangcu, aku rela dijajal sekali lagi."

"Bagus !" Dari tengah udara melayang datang suara pujian. "Lanjutkan ujian ilmu silat ini !"

Suma Ing berpaling keempat penjuru, teriaknya lantang: "Siapa yang ingin naik keatas panggung memberi petunjuk kepadaku?"

Ucapan ini diulangi sampai tiga kali, namun suasana dibawah panggung tetap sunyi senyap. jelas semua orang sudah dibuat jeri akan kelihaian ilmu silat dari Suma Ing.

Payung SengkalaWhere stories live. Discover now