Part 16

1.5K 24 0
                                    

"Haaa. . .haaaa. . .haaaaa. . ." Suma Ing tertawa tergelak dengan nada kalap. wajahnya yang jelek menyeremkan berkerut tiada hentinya. bagaikan malaikat iblis yang sedang unjukkan keganasannya, "Tak usah kau teruskan lagi kata2mu itu !"

"Kalau begitu toako sudah percaya bukan kalau kita adalah saudara sekandung?"

"Sudah percaya !"

"Kalau begitu bagus sekali, Siauwte merasa sangat bersalah terhadap dirimu."

"Haaa. . .haaaa. . .haaaaa. . .kau kira setelah aku percaya lantas diantara kita sudah tak ada urusan lagi? Heee. . .heee. . .kau terlalu mengangap dirimu pinter kalau aku Suma Ing tidak tahu masin tak mengapa, sekarang setelah tahu aku makin ingin membalas dendam ini !"

"Ing-jie, apa Maksudmu ?" seru Sun Han Siang rada tertegun.

"Apa maksudku! lebih baik kau bertanya kepada dirimu sendiri !"

"Ing-jie, walaupun kau bukan dilahirkan olehku, namun aku menganggap kau bagaikan putra kandungku sendiri. sejak kecil aku yang melihara dirimu sampai dewasa. kau merasa pernahkah aku berbuat tidak benar kepadamu??"

"Tentu saja ada !" teriak suma Ing keras-keras.

"Dibagian mana ibumu berbuat tidak adil kepadamu?"

"Kau pilih kasih !"

"Kapan aku pernah pilih kasih ?"

"Sekarang ini! Hmmm. tangan kiriku, mataku hidungku rusak dan cacad ditangannya. Bukan saja kau tidak menghukum dirinya malahan mengucapkan kata2 yang seenak sendiri. Hmmm! bukan putra kandungan sendiri memang selalu akan berbeda !"

Mendengar tuduhan itu Sun Han Siang jadi kheki, air mata jatuh berlinang sementara badannya gemetar keras.

"Toako !" saking tak tahannya Lam Kongl Pak berseru. "Harap kau bersikap lebih sopan terhadap ibu, perduli siauwte sudah melakukan pelanggaran besar atau kecil, ibu sama sekali tidak salah. sekarang kau memaki dan menegur ibunya dengan seenak sendiri. apakah kau tidak merasa. . . ."

"Tutup mulut ! dia bukan ibuku !"

Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar. Sun Han Siang jatuh terduduk diatas kursi dengan badan lemas sedangkan Lam Kong Pak hampir saja tidak berani mempercayai telinga sendiri.

Ia tertegun, kemudian dengan suara berat serunya: "Apakah kau anggap Ibu yang sudah mmelihara dirimu sampai besar adalah suatu cinta kasih yang palsu?"

"Tentu saja palsu !" Teriak Suma Ing yang sudah mulai kehilangan sifat kemanusiannya lagi. "Demi mengangkangi posisi. serta kedudukan sendiri. mau tak mau ia harus menggunakan tenagaku. sekarang dia sudah mendapatkan kau, tentu saja aku tak diperlukan lagi !"

"Omong kosong !" Lam Kong Pak sudah tak dapat menahan rasa gusarnya lagi, ia turun dari mimbar dan berdiri dihadapan Suma Ing, bentaknya kembali dengan suara lantang: "Jikalau kau berani mengucapkan sepatah kata saja yang menghina ibu. siauwte tidak akan sungkan lagi terhadap dirimu. . ."

"Hmmm ! jangan andalkan pengaruh hendak menekan orang lain !"

"Aku rela jadi pembantu Suma siauwhiap!" tiba2 silampu hitam pengejar sukma berseru. diikuti Si Kakek Asap berawan pun mengucapkan pendiriannya tanpa ragu2.

Setelah itu banyak lagi yang mengikuti niat kedua orang itu. keadaan tersebut menunjukkan se-akan2 suatu pertarungan segera akan berlangsung.

"Sudah kalian lihat belum ?" jengek Suma Ing sambil tertawa seram. "Kalian ibu dan anak sudah jadi katak dalam tempurung."

Melihat Suma Ing begitu menghina dan pandang rendah ibunya. Lam Kong Pak tak bisa manahan sabar lagi. dengan cepat ia cengkeram urat nadi pemuda itu lalu menghardik: "Coba ulangi sekali lagi perkataanmu itu!"

Payung SengkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang