Part 2

3.5K 48 3
                                    

Sepasang biji mata Cioe Cien cien yang jeli ber-Putar2, kemudian dengan nada dingin sahutnya: "Hmm sekalipun kau tidak bicara, aku pun sudah tahu. Kedatanganmu tentu disebabkan oleh Payung Sengkala. Bukan begitu?"

"Kau. . .kau. . . bagaimana bisa tahu?"

"Padahal jago yang mengincar payung Sengkala bukan cuma kau seorang, kemarin saja orang yang menyaru sebagai nyonya muda pun bertujuan hendak mencuri payung Sengkala akhirnya ia mati di tangan ayahku."

"Jadi payung Sengkala benar2 berada di tangan ayahmu?"

"Mungkin tak bisa salah lagi."

"Cayhe tidak sayang untuk mengorbankan siapa pun aku bersumpah pasti akan mendapatkan pusaka ini."

"Dengan andalkan sedikit kepandaianmu kau masih ingin mengincar payung Sengkala?"

"Tidak salah, disamping kepandaian silat aku ingin mengandalkan juga kecerdikan."

"Hiiiii....hiiii. . . lebih baik jangan mengungkap soal kecerdikan lagi."

"Apa maksudmu berkata demikian? ?"

"Tidak sesuai untuk membicarakan soal kecerdikan."

"Oooouw ... jadi kau merasa tidak puas?"

"Tentu saja tidak puas" sahut Cioe Cien cien dengan bibir cemberut. "Kalau kau punya kecerdikan, tidak mungkin semua rahasia bisa konangan hanya dalam setengah hari belaka."

"Hal ini hanya bisa dikatakan cayhe tidak becus"

"Sekalipun seseorang memiliki kecerdikan, apabila saatnya tidak baik semua penyamaran bakal ketahuan juga. kendati tak ada barang tiruan yang mengacaukan rencanamu kemarin hari kau pun tak bakal lolos dari ketajaman sepasang mata nonamu."

"Hmmm penyakitmu yang terbesar adalah terlalu percaya pada diri sendiri, kalau kau berdiri pada sisiku mungkin akupun tidak memadai "

"Sudah, sudahlah, kita tak usah membicarakan soal ini lagi" potong gadis she-Cioe itu sambil ulapkan tanganya, "Aku ingin bertanya kepadamu. kau ingin menggunakan cara apa untuk mendapatkan payung Sengkala tersebut?"

"Soal ini tergantung apakah kau bisa menyimpan rahasia dari cayhe atau tidak"

"Kau anggap nonamu bisa melaporkan rahasia ini kepada Tia ?"

"Menurut keadaan seharusnya hal ini kemungkinan besar bisa terjadi"

"Salah, salah besar! Tolol! Aku hendak membantu dirimu."

"Apa kau berani memusuhi ayahmu dan bersekongkol dengan orang luar?"

Dengan pandangan penuh arti Cioe Cien cien melirik sekejap kearah pemuda itu kalau saja sang pemuda sedikit punya pengalaman maka ia bakal menemukan apabila di balik pandangan matanya tersembunyi suatu perasaan cinta yang amat mendalam. Sayang, pemuda Lam Kong tidak mengetahui hal tersebut.

Terdengar Cioe Cien cien menghela napas panjang. Cepat kenakan rambut palsumu dan aku akan carikan seperangkat pakaian untukmu. . . ."

"Apa? kau hendak suruh aku menyaru sebagai perempuan lagi?"

" Kalau ingin memperoleh Payung Sengkala harus berusaha tetap tinggal dalam perkampungan selama mungkin, dan kalau ingin tetap berdiam disini kau harus menyaru sebagai wanita. Bila sampai ketahuan orang lain kau suruh aku bagaimana menjumpai orang?"

"Tapi aku rasa kau tidak terlalu mementingkan akan hal ini"

"Kau ....kau pingin mati?" seru Cioe Ciencien sambil menuding hidungnya.

"Sekarang sih masih belum pengin mati. Padahal kau sama sekali tidak mirip perempuan, kau lebih mirip seorang lelaki."

Cioe Cien cien cemberut, sambil kertak gigi dan menuding jidat pemuda itu serunya: "selama hidup baru pertama kali ini aku tunduk pada orang lain"

Payung SengkalaWhere stories live. Discover now