Chapter 20

12.9K 1K 41
                                    

"Terima kasih." Ucap Yura sebelum jatuh tertidur.

Ayato memegang pegangan kotak kesehatannya dengan kuat.

"Jika kau berani pergi dari sini lagi, akan kubuat kau menyesal. Tak akan kubiarkan kau lari lagi dariku." Ucap Ayato lalu keluar dari kamar Yura.

***

Keesokan paginya, Yura bangun dengan rasa sakit disekujur tubuhnya. Yura berusaha bangkit dari tidurnya namun saat berusaha menggerakan badannya, Yura meringis sakit dan hanya bisa pasrah diatas tempat tidur.

Ayato menyerit saat melihat suasana rumah nya sepi seperti biasa, Ayato pikir dengan kepulangan Yura ke rumahnya dapat membuat suasana berbeda sedikit. Awalnya Ayato berpikir Yura kembali kabur dari rumahnya namun ia menahan rasa curiga itu dan bertanya pada salah satu pelayan.

"Dimana Yura?" Ucap Ayato tanpa ekspresi.

Pelayan itu menunduk dengan hormat. "Yura-sama berada dikamarnya."

"Apa kau yakin." Tanya Ayato kembali.

"Ya, tadi saya baru saja mengantarkan sarapan untuk Yura-sama."

Ayato mengangguk pelan lalu berlalu dari hadapan pelayan didepannya.

***

Malam harinya Ayato yang baru pulang dari kantor kembali menyerit heran.

Seperti biasa, Ayato memasuki rumahnya disambut dengan bungkukkan hormat para pelayan yang menyambut nya.

Ayato menghampiri Runa yang merupakan kepala pelayan Keluarga Sera. "Dimana Yura?"

"Yura sedang tertidur dikamarnya tuan. Seharian ini Yura mengeluh tidak enak badan." Ucap Runa memberitahu Ayato yang menunjukkan raut ketidaksukaan diwajahnya.

Ayato pergi mendului Runa, Ayato berjalan menuju lorong menuju kamar Yura berniat untuk bertanya pada Yura kenapa dirinya tidak keluar dari kamarnya semenjak dirinya membawa Yura pulang kemarin.

Ayato telah tiba didepan kamar Yura, tangannya sudah berada di kenop pintu kamar Yura. Hati dan pikirannya terus berdebat untuk apa dirinya memasuki kamar Yura. Ayato tersadar dari lamuannya saat mendengar suara pekikan dan ringisan kecil dari dalam sana.

Ayato membuka pintu kamar Yura dengan pelan.

Gelap..

Ayato menghampiri Yura yang menggeliat dengan pelan dengan ringisan kecil. "Kau kenapa?" Ayato bertanya pada Yura yang menyembunyikan kepalanya dibalik selimut.

Merasa tidak mendengarkan ucapan Yura, Ayato menarik selimut Yura yang menutupi kepalanya. Ayato berlari menuju sakelar lampu kamar Yura lalu kembali menghampiri Yura. 

Wajahnya pucat dan berkeringat banyak, sepertinya Yura telah lama bergelut pada rasa sakitnya tanpa ingin memberitahu pada siapapun. Ayato membantu Yura untuk duduk bersandar pada sandaran kasur.

"Tetap pada posisi ini, jangan bergerak." Perintah Ayato lalu keluar dari kamar Yura.

***

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Ayato pada dokter keluarganya.

"Keadaannya sekarang sudah stabil. Saya telah menyutikkan obat penahan sakit. Syaraf Yura mengalami memar sehingga membuatnya akan mengalami sakit setiap kali badannya digerakkan mau pun tidak. Ini ada resep obat pereda yang bisa kau tebus."

Ayato menganggukkan kepalanya satu kali lalu mengambil surat resep itu dari dokter.

"Kalau begitu saya permisi." Ucap dokter itu keluar dari kamar Yura ditemani oleh Runa sang kepala pelayan.

Don't Leave Me AloneМесто, где живут истории. Откройте их для себя