Chapter 13

13.5K 1K 67
                                    

Akira memegang kening Yura, dirinya terkejut saat suhu tubuh Yura benar-benar tinggi. "Yura maafkan nii yang membentakmu tadi. Bertahanlah nak." Akira berlari keluar untuk menelepon ambulans.

Akira duduk dipinggir kasur yang ditiduri oleh Yura sambil menggenggam tangan yang sebelah kanannya yang tidak diinfus.

Yura didiagnosa mengalami beban mental yang cukup dalam, demam tingginya disebabkan oleh mentalnya benar-benar sedang di massa krisis, jangan membuatnya tertekan saat ia sadar nanti.

Hal ini juga membuat nafsu makannya turun drastis, bila dibiarkan terus kandungannya bisa keguguran. Karena sekarang ini kondisi kandungannya benar-benar sedang lemah.

Ucapan sang dokter terus terngiang dikepala Akira, Akira menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia memperhatikan Yura yang sedang tertidur dengan damai. "Bertahanlah, suatu saat kau pasti bisa menemukan kebahagiaanmu." Akira mengusap surai Yura dengan lembut.

Ayato sampai sekarang masih belum ingin pulang, ia masih menunggui ayahnya yang sampai sekarang belum sadarkan diri. Shiru yang merupakan dokter yang menangani Akio sekaligus sahabat baik Ayato telah berulang kali menasehati Ayato agar segera pulang ke rumah.

Tapi Ayato masih kukuh pada pendiriannya dan juga ia tidak ingin melihat anak pembawa sial yang ada dirumahnya.

Yura menggeliat dengan pelan, lalu ia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam rentina matanya.

Ia mengedarkan pandangannya keseliling, ia melihat sosok Akira yang tertidur sambil menggenggam tangannya erat. Saat hendak menekankan matanya kembali, Yura kembali membuka matanya lalu mengedarkan kembali pandangannya keselilingnya.

Dimana ini? Mengapa ia ada disini? Ia harus segera pergi dan kembali kemansion Ayato. Bila tidak Ayato pasti akan marah padanya. Pikirnya sudah mulai kalut.

Yura mencoba untuk duduk mengabaikan rasa pusing yang menderanya. Ia menggoyangkan pundak Akira dengan lemah.

Akira tersentak kaget, lalu dengan cepat ia memeluk Yura. "Syukurlah kau sudah sadar, apakah ada yang sakit?" Akira memastikan kondisi Yura.

"Nii ini dimana? Kita harus segera kembali." Yura sudah benar-benar takut.

"Shht tenanglah, sekarang kita berasa di rumah sakit. Nanti kita pulang ya, tunggu dirimu sampai sehat kita baru keluar." Akira menenangkan mencoba menenangkan Yura yang ketakutan.

"Ta-tapi Ayato-sama bagaimana?" Tanya Yura yang sudah mulai terisak. Dirinya benar-benar takut saat nanti Ayato pulang kerumah dan tidak menemukan keberadaanya nanti Ayato akan murka kepadanya dan berbuat lebih kejam kepadanya.

"Tenang lah nii akan melindungimu." Akira memeluk Yura dengan erat.

Dua hari telah berlalu, Yura nanti sore sudah boleh dipulangkan karena kondisinya sudah berangsur-angsur pulih. Ayato yang masih menemani ayahnya sore nanti juga akan pulang kemansionnya untuk membawa baju ganti sekaligus menyuruh Arima untuk memperbanyak pengawal untuk menjaga ayahnya.

Kecelakaan yang Akio alami sudah tersebar sejak kemarin, hal ini tidak disia-siakan oleh para pesaing Keluarga Sera untuk mencoba untuk melukai Ayato dan Akio.

Sudah sejak kemarin Ayato mendapatkan teror-teror yang tidak mengenakan. Bukannya takut, ia hanya berhati-hati mengingat banyak perusahaan yang bekerja sama untuk menjatuhkan perusahaan yang didirikan ayahnya.

Jam telah menunjukkan 4 sore, Akira sedang membereskan barang-barangnya dan Yura. Yura sudah diperbolehkan pulang, hal ini membuat Yura senang sekaligus kalut.

Senang karena bisa pulang, kalut bila Ayato nanti akan marah dan memukulnya lagi. "Ayo, pegang tangan Nii yang erat ya." Akira menyodorkan tangannya, Yura menggenggam tangan Akira dengan erat, seolah-olah takut Akira akan meninggalkannya.

Don't Leave Me AloneWhere stories live. Discover now