Chapter 11

10.4K 912 16
                                    

Pada saat malam harinya tepat didapur Yura kembali mengeluh sakit pada perutnya dan menolak untuk makan walaupun sedikit.

Hal ini membuat Akira- yang merupakan orang kepercayaan yang disuruh Ayato untuk menemani Yura.

"Yura-chan makanlah sedikit, tadi kau hanya makan eskrim kan?" Akira membujuk Yura untuk makan.

Yura tidak menjawab dan menggelengkan kepalanya dengan lemah.

"Ayolah bila kau tidak makan nanti kau bisa dimarahi oleh Ayato-sama." Ucap Akira mencoba untuk menakuti Yura.

Yura yang sedang memainkan-memelintir bajunya seketika menegang, bayangan ketika Ayato meneriakinya dan memukulnya kembali membuatnya ketakutan.

Yura masih membayangkan saat Ayato meneriakinya dan memanggilnya sebagai pelacur murahan dan saat Ayato memukulnya tanpa ampun. Ayato yang sudah pulang kebetulan melewati dapur pun mendengar apa yang diucapkan oleh Akira.

"Cepat habiskan makananmu dan segeralah tidur. Ini sudah larut." Ayato berucap dengan nada yang datar setelah itu melangkahkan kakinya pergi.

Yura pun dengan cepat mengambil sendok dan memakan makanannya dengan cepat walaupun hanya termakan setengah.

Akira pun tersenyum lega, setelah membereskan piring makanan Yura dengan sedikit kesal karena Yura menolak untuk piringnya dicuci olehnya.

Setelah itu Akira membantu Yura berjalan menuju kamarnya dengan menggenggam tangan kecil Yura dengan erat, entah kenapa sejak pertama kali melihat Yura dirinya menjadi sangat menyayangi Yura seperti adiknya sendiri.

Yura yang pendiam membuatnya penasaran dengan sosok Yura yang penuh dengan misteri.
Yura yang sering menerawang membuatnya yakin bahwa kehidupan yang ia jalanin tidak sebaik yang ia lihat.
Yura yang tertutup membuatnya semakin yakin bahwa Yura kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian.

Akira menyelimuti Yura dan mengelus rambutnya dengan lembut, Akira tersenyum saat Yura menatap dengan matanya yang bulat.

"Selamat malam semoga mimpi indah." Akira menyenandungkan sebuah lagu pengantar tidur untuk Yura.

Mata Yura mulai berkaca-kaca, perhatian yang Akira berikan untuknya sama seperti dengan mendiang ibunya, bagaimana dulu ibunya selalu mengancam tidak membelikan mainan bila ia tidak ingin makan. Bagaimana saat sebelum ia tidur ibunya akan selalu mengelus kepalanya dengan lembut dan mengecupnya, setelah itu ia akan menyenandungkan sebuah melodi pengantar tidur untuknya.

Yura terisak dengan pelan, Akira yang sedang menyenandungkan sebuah lagu pun terkejut. Dengan panik Akira mencoba untuk menenangkan Yura yang terisak semakin keras

"A-aduh maafin Akira ya Yura-chan, apakah aku membuat dirimu tidak bisa tidur? S-sudah jangan menangis lagi."

Yura masih terisak, kali ini ia menggumamkan sesuatu dengan cukup keras.

"Okaa-san Yura ka-kangen. Okaa-san ke-kenapa harus pergi." Berulang kali Yura mengulangi kalimat yang sama.

Akira langsung memeluk Yura lalu membelai punggung Yura dengan lembut.

"Shht, Yura jangan nangis lagi. Kalau Yura nangis pasti Okaa-san Yura juga akan ikut sedih."

Beberapa menit kemudian Yura menghentikan tangisannya meskipun sesekali ia masih terisak.

"Sekarang Yura harus tidur, kalau Yura sedih nanti adik bayi yang ada didalam perut Yura juga bakalan ikut sedih." Ucap Akira lalu mengelus kepala Yura dengan lembut.

Setelah dirasa Yura sudah mulai tenang Akira berdiri dan akan melangkahkan kakinya keluar dari kamar Yura. Saat melangkahkan kakinya Yura menarik baju belakang yang dikenakan oleh Akira.

Don't Leave Me AloneWhere stories live. Discover now