Three Empty Words

5.6K 395 35
                                    

Jungkook tahu, bahwa kata kosong itu sudah memiliki makna dan itu ada di dalam hatinya dan hati taehyung seorang.

.

.

.

.

Jungkook merangkul pundak pemuda manis dengan gemas. Maksudnya, hampir mencekik pemuda manis itu.

"Jeon Sialan Jungkook! Kau mau membunuhku?!" Pemuda manis itu mengeluarkan sumpah serapahnya pada jungkook yang hanya tersenyum bagaikan tidak melakukan suatu kesalahan apapun.

"Demi tuhan tae! Aku tidak bermaksud seperti itu. Salahkan dirimu yang begitu manis"

Taehyung mencubit pinggang jungkook dengan cukup keras, sehingga terdengar suara gaduhan dari mulut jungkook. Biarpun taehyung kecil dari jungkook, dalam porsi tubuh, tapi jangan ragukan kekuatan namja manis itu.

"Bagaimana sebagai permintaan maaf, kita ke kedai eskrim?" Tawar jungkook.

"Call!!"

.

.

Jungkook memesankan dua cup eskrim rasa vanilla untukknya dan rasa strawberry yang merupakan kesukaan taehyung. Taehyung langsung menerimannya dengan wajah senang.

"Thank you, my Kookie!" Taehyung langsung menyuapkan eskrim strawberrynya dengan buru-buru, dan hal itu membuat jungkook tersenyum melihat tingkah taehyung.

"Pelan-pelan my lion" ujar jungkook yang membersihkan lelehan eskrim di sudut bibir taehyung. Keduanya terdiam cukup lama, bagi taehyung adegan seperti ini adalah slow motion yang membuat degup jantung berdebar dan membuat pipinya merona.

"Hey! My lion? Kau sakit? Kenapa pipimu memerah seperti itu?" Sahut jungkook dengan selipan nada jahil. Dan ayolah, jungkook sudah tahu bahwa taehyung sedang merona karena adegan tadi.

"A..aku tidak sakit! Ini.. ini hanya panas. Iya panas!" Elak taehyung dan mengundang tawa dari jungkook.

"Panas atau merona karena aku?" Tanya jungkook dengan nada menggoda taehyung yang sedang dalam mode merona.

"Yak! Jeon Jungkook!"

.

.

Jungkook membenarkan posisi gendongannya agar taehyung nyaman. Taehyung memang selalu seperti ini pada jungkook. Hanya pada jungkook. Ia selalu bersikap manja padahal umurnya hanya terpaut dua tahun diatas jungkook, namun sifatnya? Ia melebihi sikap anak-anak yang lebih suka merajuk akan suatu hal.

Taehyung mengeratkan pelukannya dileher jungkook dan mengusakkan kepalanya di ceruk leher jungkook yang membuat sang empunya terkekeh pelan.

"Hey, my lion?"

"Yes, my kookie?"

Jungkook terdiam sejenak. Senyum yang sedari tadi terukir tidak pernah luntur dari bibir jungkook. Sangat bahagia. Satu kata yang membuat jungkook merasa begitu hidup.

"Mau kemana lagi setelah ini?" Ujar jungkook. Meskipun dalam hatinya bukan hal itu yang ingin ia utarakan.

Taehyung bergumam pelan. "Aku tidak tahu. Bagaimana kalau kau saja yang menentukan tempat selanjutnya?"

Jungkook membenarkan gendongannya dan mengangguk menyetujui, "call!"

.

.

Jungkook sedang membaringkan tubuhnya ditemani taehyung yang melakukan hal sama dengan jungkook dan kepala taehyung beralaskan lengan jungkook. Jungkook maupun taehyung selalu menikmati hari yang mereka lewati.

Jungkook maupun taehyung tidak memiliki hubungan yang lebih dari batas. Mereka hanya sahabat tidak melebihi itu. Namun, apakah salah jika sahabat memiliki perasaan untuk menembus batas?
Jungkook merasakan perasaan itu. Perasaan yang ingin menembus batas yang lebih jauh. Namun, ia terlalu takut akan lebihnya batas itu. Takut semua batas itu menyakiti salah satunya.

"... ie"

Jungkook menyukai, ah bukan. Jungkook mencintai taehyung yang merupakan sahabatnya. Jungkook sangat berharap ia bisa melewati batas itu namun, ia masih ragu. Dan bagaimana kal-

"Yak! Jungkook!"

Lamunan jungkook buyar seketika saat taehyung berteriak di telingannya.

"Ah! Kau menyakiti pendengaranku!" Jungkook menutup sebelah telingannya yang berdengung akibat teriakan taehyung.

"Kau tuli? Aku memanggilmu dari tadi bodoh! Padahal kau disampingku?!" Gerutu taehyung yang mempoutkan bibirnya dan hal itu membuat jungkook gemas.

"Maafkan aku. Aku sedang melamun tadi." Jungkook bangkit dari rebahannya yang sebelumnya meminta izin agar taehyung bangun terlebih dahulu.

"Mau kemana?"

"Kau mau diam disini? Kalau begitu aku mau pulang. Matahari sudah ada di ufuk barat, tae" jelas jungkook sambil mencubit kedua pipi taehyung gemas.

"Yak! Itu sakit Jeon!"

.

.

Selama perjalanan keduannya dilanda keheningan. Hanya terdengar suara kicauan burung yang bergerombol di pinggir sungai. Taehyung dan jungkook berjalan beriringan dengan kedua tangan bertautan hangat, yang memberikan efek debaran yang sama pada keduannya.

"Taehyung.." panggil jungkook yang masih mengarahkan pandangannya kedepan. Taehyung menoleh sebentar dan bergumam sebagai jawaban.

"Untuk kesekian kalinya aku ingin berkata ini." Ujar jungkook.

Taehyung tersenyum kecil. Ia tahu makna kata yang jungkook ucapkan. "Katakan. Aku sangat ingin kau mengatakannya kembali." Taehyung menggenggam lebih erat jemari jungkook.

"Aku ingin mengatakan tiga kata ini sejak lama. Namun, saat itu aku hanya berusia delapan tahun dan kau sepuluh tahun, yang masih tidak tahu makna dari sebuah cinta. Dan sekarang kita masing-masing sudah tahu apa makna dari hal itu." Jungkook tersenyum dan masih menatap kedepan meskipun taehyung melihat kearah jungkook.

"Aku.. hanya ingin melewati batas. Namun, aku terlalu takut untuk mengatakannya kembali. Tapi, sekarang aku sudah memantapkan itu." Jungkook berhenti dan menatap taehyung.

"Jungkook.."

"Aku cinta padamu, tae"

Sedetik setelah tiga kata penuh makna itu terucap, tubuh jungkook merasakan hangatnya pelukan seorang taehyung. Taehyung mengeratkan pelukannya pada jungkook. Jungkook membalasnya tak kalah erat.

"Aku juga sangat mencintaimu, kookie" isakan taehyung teredam oleh ciuman lembut jungkook. Ciuman pertama mereka. Hanya sebuah ciuman tanpa lumatan.

"Katakan sekali lagi jungkook, kumohon." Ujar taehyung setelah melepas ciumannya dengan jungkook.

Jungkook tersenyum memandang taehyung dalam, "Be mine, my lion?"

Taehyung mengangguk "i'm yours, my kookie."

.

.

End

Begimana ceritanye? Garing kaga/? Nyambung apa kaga/?😂 Ya, maapkan sayah jika ceritanya kaga memuaskan :'3

Tengkyuu klo udah mao baca🙆💖

[K.V Oneshot] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang