●○ 24 : Holiday ○●

1.1K 160 9
                                    

Bus kota baru saja berhenti di salah satu halte persimpangan. Ada beberapa penumpang yang turun, ada pula yang naik. Mengambil bangku yang masih tersisa untuk diduduki. Itu pilihan terbaik daripada merelakan berdiri sambil mengaitkan tangan di hand holder bus.

"Bagaimana audisimu? Suaramu tidak pecah tiba-tiba kan?"

Dua anak muda berhasil mendaratkan bokong mereka di bantalan bangku yang tersisa.

Beruntung sekali karena bus cukup sepi untuk hari libur. Mereka baru menyelesaikan kegiatan hari ini.

"Semuanya sesuai dengan harapan" ucapnya termanggu dengan tangan mengisyaratkan kata 'oke'.

Yuju tersenyum sambil menguatkan cengkraman tangannya pada tongkat miliknya setelah berhasil duduk.

Sejujurnya mereka sama-sama mengkhawatirkan satu sama lain. Dan tentu saja diri mereka sendiri.

Setelah audisi tadi, sepertinya mereka cukup banyak kehilangan kepercayaan diri setelah melihat kegigihan kontestan lain. Banyak dari mereka yang tidak yakin dengan hasil masing-masing.

Hanya ada dua kemungkinan. Lolos atau tidak lolos.

"Mereka bilang, trainee baru yang lolos akan segera dihubungi dan masuk ke asrama secepatnya. Tapi mereka tidak bilang kapan lebih tepatnya" Yerin menambahkan.

Yuju hanya menganggukkan kepalanya. Menimbang-nimbang jika ia lolos seleksi ini.

Ada sedikit rasa bersalah dalam diri Yuju. Ia terpaksa berbohong mengenai tongkat dan kakinya itu.

Entah atas dasar apa ia masih rela menyeret tubuhnya―yang memang berat dan panjang dengan tongkat itu. Melelahkan juga.

Tapi ia ingin menahannya sedikit lagi. Sebelum ia masuk asrama, pun jika lolos.

Yup, hanya ingin.

Mian Yerin-ah

"Oh iya! Yuju-ya, omong-omong liburan nanti kau mau kemana? Tinggal sebentar lagi liburan musim semi"

Benar juga. Yuju bahkan belum memikirkan rencana liburannya.

"Aku....",

Baru saja Yuju ingin menjawab, ponselnya tiba-tiba berdering. Sebuah pesan singkat masuk ke layar telepon genggamnya.



□ • □ • □ • □ • □



Di lain sisi, dalam sebuah ruangan dengan tirai putih yang menutup pintunya, seorang pria dengan jas putih sedang berbicara dengan seseorang yang jauh lebih muda darinya.

Bau obat-obatan sangat menyengat. Membuat lelaki lain yang mengenakan sweater abu-abu berulang kali melepas napasnya kasar. Rasanya sudah berulang kali kakinya menginjak lantai itu, tapi ia tetap membenci segala bentuk aroma yang masuk ke dalam hidungnya.

"Jadi...?" tanya si anak tak sabar.

Hari itu sebenarnya bukan jadwal rutinnya untuk check up. Tapi tiba-tiba ia ingin mengunjungi seorang yang menjadi konsultannya selama beberapa tahun terakhir.

"Seharusnya kamu kemari dengan orang tuamu Dokyeom-ah"

"Aku sedang ingin sendiri. Tolong jangan bilang pada eomma aku kemari, Joo Saem"

Untuk kali ini, Dokyeom memohon dengan sangat. Ia ingin mencari tahu semuanya sendiri.

"Baiklah.... kau baik-baik saja?"

SKYLINE | DK × YJ [✔]Where stories live. Discover now