●○ 12 : Truth ○●

1.2K 192 1
                                    

Bagi seorang idol, mungkin hal paling mengerikan adalah kehilangan penggemar mereka.

Tapi bagi seorang gadis dengan surai diikat kuda itu adalah kejadian saat kecelakaan dan berakhir dengan tongkat untuk membantunya berjalan.

Namun ternyata, itu adalah pemikirannya sebelum hari ini.

Semua berubah dalam waktu satu hari.

Sangat jelas.

Akhirnya ia mengerti dengan apa yang terjadi selama ini. Semua jawaban ia dapatkan dalam sekali ucapan.

Meja itu lengang untuk sesaat. Kedua orang yang duduk berhadapan di sana sepertinya sibuk dengan pikirannya.

Kenyataan paling mengerikan baru saja terungkap.

"Hilang ingatan?"

Wanita yang duduk di seberangnya berdehem, kemudian menundukkan kepalanya. Merasa seperti menjadi seseorang yang telah menyembunyikan sebuah kasus pembunuhan.

"Lalu sebenarnya Anda siapa?"

Yuju menatap ke dalam mata Kim Ahjumma. Ia tahu wanita itu merasa tertekan dengan pertanyaannya.

"Tolong jang―"

"Saya tanya siapa Anda?!"

"Tolong dengarkan dulu Yuju-ya!"

Yuju tahu, ia terlalu terbawa emosi.

Seperti terjebak dalam permainnya Kim ahjumma. Ia merasa telah ditipu.

"Kejadian itu sudah sangat lama. Waktu itu, aku dan suamiku sedang pergi. Kami tidak menduga, mobil yang suamiku kendarai menabrak Dokyeom yang saat itu sedang menyebrang..."

Yuju mendengarkan tanpa berkomentar.

Hatinya mencelos mendengar setiap cerita yang keluar dari wanita dengan dress floral longgar di depannya.

"...Keadaannya sangat buruk, bahkan nyaris tak selamat. Saat kami bawa ke rumah sakit terdekat, kami tidak langsung menghubungi kedua orang tuanya. Mereka akan sangat terpukul melihat kondisi Dokyeom saat itu, apalagi setelah dokter mengatakan bahwa dia kehilangan ingatannya. Sejak hari itu. Aku dan suamiku memutuskan untuk merawatnya sebagai anak kami. Sebagai balasan karena telah membuatnya seperti ini"

Yuju tak tahu lagi harus berkata apa. Pikirannya kalut. Bahkan kepalanya terasa sangat berat.

Bagaimana bisa kejadian seperti itu terjadi pada Dokyeom. Tidak, pada Seokmin. Tak ada lagi keraguan dalam dirinya. Dokyeom pastilah Seokmin. Sahabat kecilnya.

"Tapi sejak dia bertemu denganmu, sepertinya ingatanya mulai kembali. Dokter memang pernah berkata kalau suatu hari nanti ingatannya pasti kembali. Dan mungkin ini saatnya"

"..."

"Yuju-ya?" Kim Ahjumma menyadari Yuju melamun.

Gadis itu terperanjat sesaat. Kembali menatap lurus ke depan setelah tertunduk selama acara bincang-bincangnya.

"Bisakah aku minta sesuatu darimu?" pinta Kim Ahjumma. Sampai-sampai tangannya digenggam oleh Kim Ahjumma.

"Tolong rahasiakan ini dari Dokyeom, hm? Dia pasti sangat terpukul jika tahu hal ini. Jebalyo"



□ • □ • □ • □ • □




Bus menuju rumahnya tak kunjung tiba. Tak biasanya ia harus menunggu nyaris setengah jam. Udara pun semakin dingin.

Sambil mengeratkan mantelnya, Yuju menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya. Mencoba melupakan kejadian hari ini.

Ponselnya kembali bergetar.

Sejak obrolannya tadi dengan Kim Ahjumma, ponselnya tak henti-hentinya bergetar. Yuju tak sempat untuk melihat nama si pengirim yang ternyata dari Yerin.

Namun, bukannya menghubungi Yerin, Yuju memencet nomor lain di ponselnya. Seseorang yang saat ini ingin ia dengar suaranya.

"Yeoboseyo? Yuju-ya?"

Suara itu seakan menjadi peluru yang menancap sangat dalam di hatinya.

Sesak yang ia rasakan ketika mendengar suara seorang lelaki di seberang sana. Suara seseorang yang selama ini ada di dekatnya tanpa ia sadari.

Tanpa terasa air matanya mengalir. Yuju tak menyangka ia akan menangis seperti ini. Tak peduli sudah berapa pasang mata yang lewat di depannya.

"Yuju-ya? Neon ureowo?" (kau menangis?)

Bukannya berhenti, tangisnya semakin menjadi.

Bagaimana mungkin ia harus berpura-pura tak mengenal orang yang sebenarnya sangat ia kenal. Menyakitnya.

"Dokyeom-ah... mianhae.... Jeongmal mianhamnida...... Seokmin-ah"

Bisik Yuju dengan suara yang semakin mengecil di kalimat terakhir.




☆ ○ ☆ ○ ☆



.



.



.



to be continued

SKYLINE | DK × YJ [✔]Where stories live. Discover now