●○ 20 : Bye ○●

1.2K 176 3
                                    

"Kamu bertemu Seokmin lagi?"

Malam itu mereka menggelar sebuah pesta piyama dadakan.

Cahaya lampu tidur yang menempel di dinding kamar bercat baby blue itu seperti tidak membantu penerangan sama sekali. Bantal-bantal tidak pada posisinya. Entah bagaimana ceritanya, beberapa darinya sudah tergeletak di lantai.

Dari luar, jendela kamarnya diketuk oleh tetesan air hujan yang tampias. Bunyinya sekaligus menjadi backsound acara bincang-bincang hangat dua perempuan dengan rentan usia yang tak terlalu jauh.

Yuju mengangguk atas pertanyaan Yura.

Baru saja ia berbagi cerita tentang Seokmin, Dokyeom, dan dia sendiri. Ya, walaupun dua orang pertama adalah orang yang sama. Tapi memisahkan kedua nama itu sepertinya ada baiknya untuk memperjelas semuanya.

Yura mengerti bagaimana perasaan adiknya itu. Tangan Yuju digenggam dengan hangat untuk menenangkannya.

"Geogjeongma, dia hanya butuh waktu. Seokmin pasti sangat terpukul"

"Tapi gimana kalau dia membenciku? Maksudku, tidak memaafkanku"

Yura menggeleng, "Tidak mungkin. Itu hanya proses, Yuju-ya. Percayalah"

Yura menarik diri dari kasur. Beralih ke meja Yuju dan duduk disisi meja. Sebuah amplop putih yang sudah dibuka tergeletak begitu saja di sebelahnya.

Sepertinya Yura harus merubah topik pembicaraan mereka.

"Kau ikut orkestra? Eonjebuteo?"

Mata kecoklatan wanita itu memperhatikan secarik kertas yang ada di dalam amplop tadi.

Sebuah surat undangan acara amal untuk orkestra mereka. Acara yang pernah dibicarakan oleh Taehyung dan dipersiapkan selama ini.

Acara esok hari.

Yuju tak menjawab langsung. Sorot matanya berpindah ke arah kakinya yang diperban. Ia menganggap itu sebagai jawabannya.

"Manhi himdeurji?" (Pasti sulit?)

Sejujurnya Yuju tak begitu mempermasalahkan kondisi kakinya. Buktinya ia masih bisa melakukan banyak kegiatan meski kakinya tidak bisa berjalan sepenuhnya.

Tapi mengambil keputusan untuk keluar dari club ballet, cukup membuatnya sedih. Bagaimanapun juga, namanya besar disana.

"Jha, lebih baik kamu tidur. Besok kamu punya kegiatan. Lupakan soal apapun yang kita bicarakan tadi. Tapi, cobalah berbicara dengan Seokmin besok. Arrachi? Himnaera!"

Adiknya itu mengangguk. Walapun Yura tak yakin kata-katanya didengar sepenuhnya.

Yuju bukan seorang yang mudah larut dalam kesedihan. Tapi kali ini berbeda. Adiknya itu benar-benar merasakannnya.


□ • □ • □ • □ • □


Stand mic check 1 2 3


Alat-alat sudah susun sesuatu posisinya. Tempat untuk paduan suara juga telah diatur sesuai perencanaan.

Seluruh pemain orkestra kini bersiap di belakang panggung. Kostum, make-up dan lain-lain. Mereka menunggu giliran tampil sebagai tamu acara.

"Sini, biar kubantu"

"Oh, gomawo"

Jung Chaeyeon―pemain orkestra bagian brass itu mendekat ke arah Yuju. Sedari tadi ia memperhatikan Yuju yang kesulitan memasang hiasan kepalanya.

SKYLINE | DK × YJ [✔]Kde žijí příběhy. Začni objevovat