●○ 3 : Past ○●

1.7K 247 11
                                    

"YUJU-YA!!!!"

Seorang wanita masuk ke dalam ruangan serba putih itu dengan langkah tergesa-gesa. Wajahnya pucat mendapati putrinya terbaring di salah satu ranjang Unit Gawat Darurat rumah sakit dengan perban di kepala dan kakinya.

"Saya permisi dulu"

Dokyeom, dia ada disana sedari tadi. Memperhatikan kondisi gadis yang dipanggil 'Yuju' tak juga membaik. Bahkan Yuju belum membuka matanya sejak dibaringkan di rumah sakit.

Sebelum meninggalkan ruangan itu, Dokyeom menengok ke arah Yuju sekilas.

Tak ada yang berubah. Napasnya masih stabil dengan kedua mata terpejam.

Namun, Dokyeom menatap nanar salah satu kaki gadis bersurai panjang itu.

Dari ujung kaki hingga pangkal pahanya dibalut perban.

Dokter bilang, patah tulang itu cukup serius. Tak dapat terbayangkan bagaimana hancurnya perasaannya nanti ketika bangun.

"Mianhaeyoo..." bisik Dokyeom di ambang pintu.

Ia tak tahu bagaimana menyampaikan kejadian sebenarnya ketika gadis itu bangun atau bahkan ketika mereka bertemu di sekolah nanti.

"Cepatlah sembuh... Yuju-ya"



□ ● □ ● □ ● □ ● □



"Ya! Ya! Ya! Choi Yuju! Ada apa dengan kakimu?!"

Seperti itulah reaksi yang didapatnya sejak memijakkan kakinya di sekolah dengan alat bantu di kedua tangannya.

Gadis itu hanya menunjukkan senyumannya seolah tak ada yang berubah dalam hidupnya.

"Aku menyeberang jalan saat lampu sudah hijau. Jadi.. ya, ini yang ku dapat hehehe..." dengan susah payah ia duduk di bangkunya dibantu Yerin.

Melihat betapa sulitnya Yuju untuk duduk saja membuat siapapun yang melihatnya iba.

"Berhentilah bersikap seolah-olah kau baik-baik saja. Kau tidak papa?"

"Aku memang baik-baik saja. Hanya, yaa... kakiku sedikit bermasalah"

Lagi, Yuju menjawab ocehan panjang teman sebangkunya itu dengan santai.

Tak lama setelahnya, seseorang juga tiba di kelas itu.

Yuju tidak amnesia, ia mengingat semua yang ia lakukan kemarin. Termasuk alasan mendapatkan perban di kakinya itu.

Dokyeom berjalan ke arah bangkunya.

Ia tak berminat untuk menegur siapapun, toh dia belum lama disini. Butuh waktu untuk menghapal nama penghuni kelas itu.

"Gomawo" Yuju berbisik ketika tubuh Dokyeom sejajar dengannya.

Dokyeom menghentikan langkahnya.

Bola matanya laki-laki itu bergerak melihat kondisinya perempuan yang menjadi teman sekelasnya itu. Sama seperti terakhir kali ia melihatnya.

"Hm. Kapanpun kau butuh bantuan. Cepatlah sembuh, Choi Yuju"

Dokyeom mengulang kata-katanya kemarin sambil menepuk pelan bahu Yuju.

Beda halnya dengan Yuju. Fokusnya justru pada setiap kalimat yang diucapkan lelaki itu. Ada sedikit rasa sesak dalam dirinya mendengar kata-kata barusan untuknya.

"Dia tidak memanggilku Yuna" batinnya pada diri sendiri.

Kepalanya menoleh dengan mengikuti langkah kaki Dokyeom ke bangkunya yang bejarak dua meja di belakangnya.

"Aku curiga denganmu, Yuju-ya. Kamu pernah mengenalnya sebelumnya? Kim Dokyeom " Yerin memecah konsentrasinya.

"Huh? Apa katamu?"

"Aku bilang, kau melamun lagi Yuju sayang. Kau ini kenapa? Sejak kemarin, kau terlihat tidak fokus. Kau punya hubungan apa dengan murid baru itu?" selidik Yerin yang mendengus napasnya sebal.

Ia memperhatikan gerak-gerik Yuju yang selalu memperhatikan murid baru di kelasnya itu. Seperti ada yang aneh antara mereka berdua.

"Yerin-ah, aku bingung,"

Temannya itu menyimak kata-katanya. "Hanya perasaanku saja atau mereka memang orang yang sama"

"Siapa yang kau maksud dengan 'mereka'?"

"Kim Dokyeom dan Lee Seokmin"

"Aku tidak mengerti arah bicaramu Yuju-ah. Aku bahkan tidak mengenal siapa itu Lee Seokmin" Yerin mulai kebahisan akal untuk memahami temannya itu.

"Seseorang dari masalaluku. Aku merasa ia sekarang ada disini. Tapi seperti menjadi orang yang berbeda"



☆ ○ ☆ ○ ☆



.



.



.



to be continued

SKYLINE | DK × YJ [✔]Where stories live. Discover now