●○ 1 : Beginning ○●

2.6K 291 6
                                    

*Tulisan tebal miring = flashback



"Geugo aninde!!!! Kau harus menyilangkan kakimu, kemudian berputar dan... JANG!! Ireokhaeyo"

"ARGH !!! Mollayo. Yuna-ya, aku ini laki-laki. Untuk apa aku menari-nari seperti itu. Dwaesso. Aku lelah"

Kedua anak itu terlibat pertengkaran kecil.

Si anak perempuan terus memaksa si laki-laki untuk mengikuti tariannya. Baginya, menari adalah salah satu hal paling menyenangkan. Ia bahagia karena menari.

Tapi tidak bagi anak laki-laki yang kini memilih duduk di bangku halaman rumahnya memandangi temannya tadi meneruskan tariannya. Ia lebih memilih berkutat dengan music player miliknya.

"Seokmin-ah, kemari!!! PALLI" yang dipanggil namanya cukup menggeleng.

Tak ingin kejadian seperti sebelumnya terulang lagi. Tubuhnya seperti baru saja diputar-putar.

"Sonsaengnim datang!!!" teriak Seokmin nyaring.

"Mworago?"



"Oh my ...!"

Seorang gadis dengan rambut panjang yang diikat terperanjat.

Sekelilingnya membisu ketika sepasang high heels memasuki ruang kelas 3-5.

Guru mereka baru saja masuk. Diikuti seorang anak laki-laki. Murid pindahan.

Gadis yang baru saja terbangun dari tidur pendeknya mengusap kasar wajahnya sampai poni yang menutup dahinya berantakan.

"Kukira kau tak akan bangun. Kau tidak tidur lagi kemarin?" tanya gadis di sebelahnya.

Ia menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan lesu.

"Konsermu kemarin berjalan lancar?"

"Hm. Huft.. aku hanya ingin tidur Yerin-ah"

"Tahanlah sebentar lagi Yuju-ya, Son sonsaeng sedang berbicara di depan" bisik Yerin pada temannya itu.

Gadis yang bernama Yuju itu mengangkat kepalanya. Menatap lurus ke depan. Gurunya yang dikenal menakutkan itu sedang berbicara dengan―

"Yerin-ah... aku ... sudah bangun kan?"

Yuju berbicara seorang diri sambil berkali-kali mencubit pergelangan tangannya.

"Kita tidak bisa bercanda sekarang Yuju-ya" bisik Yerin tanpa mengalihkan padangannya ke depan. Ia tak ingin tertangkap sedang mengobrol dan mendapat detensi.

"A-ani.. nan... geunyang... isanghae"

Tatapan gadis itu masih lurus ke depan. Ke arah lelaki yang berdiri di depan sana. Dia membungkuk sebelum memperkenalkan dirinya.

Mata Yuju dengan awas memperhatikan gerak-geriknya. Menanti apa yang akan keluar dari mulut pria jangkung di depan sana.

"Annyeonghaseyo... jeoneun Kim Dokyeom imnida. Mannaseo bangabseubnida"

"Maldo andwe .... maldo andwe ..." Yuju mengulang kata-kata itu berkali-kali hingga Yerin menatap heran teman sebangkunya.

"Oh tidak! penyakitnya kumat, Pabo Yuju, dia tidak boleh menghayal sekarang!" Pikir Yerin melihat Yuju mengulang kata-kata yang sama.

"Yuju-ya sadarlah. Kau tidak boleh melamun sekarang atau kau akan mendapat detensi" Yerin menyenggol kaki Yuju di bawah sana. Barulah ia melihat Yuju menurunkan padangannya sambil menghela napas.

"Kau boleh duduk di bangku yang ada di belakang sana"

Suara Son sonsaeng kembali merebut perhatian Yuju ke depan sana. Tak ada yang berubah. Ia memang sudah sepenuhnya bangun dari tidurnya. Tapi lelaki berambut coklat terang di depan sana seperti mimpi baginya.

Dokyeom menyeret langkah kakinya ke bangku yang tersisa di kelas itu. Barisan terbelakang.

Di bangkunya, Yuju duduk mematung. Bahkan gadis itu tak terlihat mengeluarkan reaksi apapun ketika Dokyeom berjalan melewati mejanya.

Ada sesuatu yang mengganjal dan tidak bisa ia keluarkan. Fakta bahwa lelaki bernama Dokyeom itu mirip dengan seseorang yang berasal dari masa lalunya adalah kejutan tersendiri baginya.

Tapi mendapati reaksi semacam 'tidak menyadari keberadaannya' merupakan pertanyaan terbesar yang muncul di kepalanya.

"Apa aku benar-benar tidak terlihat atau hanya aku yang salah melihat?"


☆ ○ ☆ ○ ☆



.



.



.



to be continued

SKYLINE | DK × YJ [✔]Where stories live. Discover now