Kalau dilihat dari kebiasaan Vanessa, rasanya Felling ku mengatakan jika Vanessa sedang mengandung seorang anak Laki-Laki.

Kenapa aku merasa demikian, karena Vanessa lebih galak dari biasanya. Dia semakin lama seperti Singa Betina.

Suka mengaum kalau tidak dituruti maunya.

Suka marah, mencakar, mencubit, sampai menampar segala. Biasanya juga tidak sesering itu.

Entahlah mengapa.

Tapi apapun jenis kelamin anak kami, aku akan sangat menyayanginya karena anak yang di Perut Vanessa tercipta atas dasar cintaku yang besar kepadanya.

"Nyindir?" dia melirikku kembali. Kini Ekor Matanya seolah ingin mengintimidasiku.

Sepertinya apa-apa aku tetap salah ya.

Sabar sabar Nathan, dia Istrimu dan dia sedang Hamil. Bumil kalau suka ngambek suka marah itu wajar. Jangan hiraukan dia, mungkin Hormonnya sedang naik dalam tingkat yang tinggi.

"Enggak. Beneran gak nyindir sama sekali."

Cup

Ku cium Keningnya spontan agar dia tidak sinis dan jutek kepadaku.

Lebih sering dia marah dan emosional, aku takut akan berpengaruh kepada kesehatan anak kami.

"Sayang kamu, Ness." kembali ku kecup Keningnya dan dua kali di Puncak Kepalanya.

"Sayang kamu juga." mendadak Vanessa kembali manja.

Dia memelukku di Warung Baso ini sehingga banyak orang yang melihat ke arah kami.

Aku jadi malu, benar-benar malu tapi kalau ku lepas pelukannya dia pasti akan marah semarah-marahnya kepadaku.

Jadi lebih baik ku biarkan saja dan lebih memilih malu.

"Besok kembali ke Aachen ya, temani aku disana sampai aku bisa bahagiakan kamu." ujarku dijawab anggukan Kepalanya.

Di pelukanku, Vanessa seperti mencari kenyamanan dan ketenangan.

Ada setitik harapan besar yang ingin ku raih bersamanya, yaitu Masa Depan yang cerah.

***

"Ash....akhh sak-kit."

Tiba-tiba Vanessa mengeluh sakit dan Istriku ini memegangi Perutnya.

Habis sembilan mangkok Baso dengan sambal tentu saja akan membuatnya sakit Perut.

Aku sudah mengingatkan tapi dia selalu saja marah dan aku dianggap bukan Suami yang sayang Istri.

Kalau sudah seperti ini gimana. Arrgh.

"Kenapa Ness? Sakit? Mana yang sakit."

Terpaksa ku hentikan Mobil Vanessa yang kami kendarai ke pinggir jalan.

Dia terus merintih sampai dia menggigit Lenganku karena sakit di Perutnya tidak kunjung menghilang.

"Auwh." tidak sadar Bibirku mengeluarkan rintihan sakit.

Jika aku mengaduh sakit karena digigit oleh Istriku, justru Vanessa sakit karena Perutnya.

Ku raih Perut Istriku lalu mengusapnya lembut berkali-kali sembari mengajak ngobrol anak kami yang ada di Perutnya.

"Hei Nak, kamu sudah janji sama Ayah. Kamu tidak akan menyakiti Bunda kan?" terus menerus ku usap Perut Vanessa sambil mengajak anak kami mengobrol.

Aku berharap anak kami bisa mendengar apa yang aku bicarakan agar dia berhenti untuk menyiksa Vanessa.

"Sayang, ayolah. Jangan nakal seperti itu. Ayah sayang kamu, Bunda juga sayang kamu." tambahku mencoba menenangkan anak kami di Perut Ibunya.

Lama kelamaan Vanessa semakin merintih sampai aku terpaksa akhirnya berpikir ke Rumah Sakit adalah jalan terbaik.

Sewaktu akan ku lajukan Mobilku, Vanessa menggenggam pergelangan Tangan kiriku agar aku menghentikan keinginanku membawanya ke Rumah sakit.

"Kenapa Ness? Kita ke Rumah Sakit ya?" sungguh ini adalah kepanikan pertama kali yang ku alami semenjak aku dinobatkan sebagai Calon Ayah dari anak kami yang berada di dalam Rahim Vanessa.

"Udah, udah mereda sakitnya." Vanessa menyandarkan Kepalanya ke belakang.

Dia memejamkan Matanya sebentar kemudian memintaku untuk memeluknya.

"Peluk?" pintanya manja.

"Sepertinya anak kita benar-benar suka membuat kita Senam Jantung ya Ness."

"Mungkin. Dia suka bikin panik persis sama kamu."

"Loh kok aku?"

"Iya kamu. Gak boleh Protes!"

"Iya deh gak protes."

Ku peluk erat-erat Tubuh Istriku agar dia kembali tenang.

Sepertinya apa yang dikatakan Vanessa ada benarnya, anak kami suka sekali membuat kami panik.

Tapi tetap saja aku tidak setuju dengan apa yang dimiripkan kepadaku. Hufft, aku lagi yang kena.

"Ich Liebe Dich, Baby."

***

To be continue

***

Surabaya, 13 Oktober 2016 ; 15.40 WIB

Salam,

Denz91 ^_~

Survive (Complete)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon