Lemari Tua

347 5 0
                                    

"Kali ini aku harus mendapatkan hatinya...!" gumam wanita itu.

Segera ia menuju peraduannya untuk menemui lelaki pujaan hatinya. Nampaknya lelaki itu masih terkulai lemas diatas ranjang. Lelaki berperawakan tegap berumur 25 tahunan. Wajah oriental rambut lurus hitam kecoklatan. Begitulah sekilas tentang diri lelaki itu, yang belakangan diketahui bernama Andika.

Wanita itu berlalu meninggalkan Andika diatas ranjangnya. Ia menuju mesin jahit tua nya, menyelesaikan gaun pengantin putih yang nampaknya mulai usang dimakan usia. Ya... gaun itulah yang mengantarkannya ke pelaminan bersama mantan suaminya dulu. Pelaminan yang indah berhiaskan kilau emas permata, bertaburkan bunga kenanga kuning keemasan. Seperti warna kesukaannya. Pelaminan yang indah, api tak seindah pernikahannya dulu. Sebuah tabrakan maut telah memisahkan mereka berdua. Hingga akhirnya ia kini sendiri, tanpa belahan jiwa dan buah hati tercinta. Hampa dan hampa terasa hidupnya.

Ia mengambil jarum berbenang emas, menusukkan jarum itu ke gaun nya yang terlihat masih indah walau sudah mulai lapuk. Ia menusukkan sulaman demi sulaman diantara lipatan gaun kesayangannya. Indah... indah sekali sulaman yang dibuatnya diatas gaun pengantinnya. Namun keindahan itu seolah – olah tidak bisa mewakili hatinya yang terluka dalam. Seperti tusukan sulaman jarum diatas gaunnya. Sakit dan sakit yang terasa.

Sudah berkali – kali ia coba menyulam cerita cintanya dengan para lelaki, tak satupun yang bisa menciptakan keindahan dalam hidupnya. Tak satupun yang bisa menyulam gaun nya hingga nampak indah.

"Sepertinya dia sudah bangun..." pikir wanita itu.

Dengan anggunnya dia berjalan menuju kamarnya dan menemui Andika.

"Sudah bangun sayang ? bagaimana tidurmu semalam ? nyenyak kan ? maaf aku terpaksa melakukan ini semua agar kau tidak lepas lagi ?" ujar wanita itu sambil membuka selotip yang menyumpal mulut Andika. Sontak Andika berteriak

"Lepaskan aku wanita sialan ! lepaskan ikatanku ! lepaskan Grace !"

Namun Grace tidak menghiraukan teriakan Andika. Ia kemudian mengambil jas hitam yang tergantung di gantungan baju disamping lemari tua nya. Kemudian ia mendekati Andika lagi. Satu persatu ikatan kaki dan tangannya dilepaskan. Grace menyuruh Andika berdiri agar ia bisa memakaikan Jas hitam itu padanya.

Andika berkenalan dengan Grace lewat pertemuan singkatnya di sebuah Café di daerah Jakarta Barat. Andika terpesona pada kecantikan Grace saat pertemuan pertama itu. Hingga akhirnya hubungan mereka berlanjut dan malam itu adalah malam naas bagi Andika. Grace memasukkan pil yang membuat Andika tak sadarkan diri. Sehingga dengan leluasa Grace bisa membawa Andika ke kamarnya. Lebih tepatnya keatas ranjang cintanya.

Setelah memakaikan Jas hitam itu, Grace kembali mengikat tangan Andika. Karena masih dalam pengaruh pil pembius, Andika tidak kuasa untuk melawan apapun yang dilakukan Grace padanya. Tidak ada kekuatan ataupun tenaga. Sepenuhnya tubuh Andika berada dibawah kendali Grace.

Mata Andika tidak bisa lepas memandang sekeliling ruangan kamar Grace. Dinding bercat hitam yang mulai kusam, ranjang besi yang sudah berumur puluhan tahun, lukisan di dinding kamar yang Nampak asing dan aneh baginya. Lukisan pentagram bintang David dan manusia berkepala kambing tertancap di pojok dinding kamar itu.

"Jangan – jangan Grace adalah...." Sontak pikiran Andika tak karuan penuh tanda Tanya.

"Kenapa ? ada yang salah sayang ?" bisik Grace.

Malam itu Grace sengaja menyiapkan kejutan untuk lelaki idaman nya. Untuk Andika seorang. Untuk lelaki yang sangat ia harapkan akan mau memberikan hatinya untuknya seorang. Grace berganti pakaian dengan mengenakan gaun pengantin putih bersulamkan benang kuning keemasan. Tak lupa Grace mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah berisikan sebuah cincin perak mengkilap.

"Sini sayang, mari kita makan malam untuk merayakan pertemuan spesial kita ini" ucap Grace sambil menuntun Andika menuju meja makan yang ditata tepat di sebelah ranjangnya.

Makan malam itu begitu indah. Bercahayakn 5 buah lilin, bersajikan daging steak asap dan kudapannya lengkap dengan hidangan penutup dan minuman anggur kesukaan Grace. Dengan lembutnya Grace menyuapi lelaki idamannya. Awalnya Andika menolak suapan dari Grace. Namun karena agak dipaksa, ia akhirnya makan juga meski tak banyak. 15 menit berlalu.

"Sayang, aku ingin memberikan sesuatu untukmu !"

"Apa, kau mau apa !" teriak Andika lemah.

"Berikan tanganmu sayang !" sambil meraih tangan Andika dan memasukkan cincin itu ke jari manis Andika.

"Apakah kau mau menikah denganku Andika ?" bisik Grace tepat ditelinga Andika. Namun Andika memalingkan mukanya sebagai jawaban tak setuju.

"Kenapa ? apa aku kurang menarik bagimu ? apa di usiaku yang menginjak 50 tahun ini aku sudah tidak bisa membuatmu bergairah lagi padaku ?"

Andika tetap diam dan membisu. Seolah – olah sudah tidak ada kata lagi yang bisa keluar dari mulutnya. Sudah tak ada kekuatan lagi untuk hanya sekedar menjawab pertanyaan Grace.

"Lelaki semua sama, kalian egois " teriak Grace dengan mata berkaca – kaca. Saat itu juga hati Grace bagai ditusuk jarum. Seperti tusukan sulaman gaun pengantin yang dipakainya saat ini. Indah dan sangat indah. Tapi tusukan sulaman itu benar – benar membekas tak hanya pada gaun pengantinnya, namun membekas juga di hatinya.

Grace meraih tangan Andika, mengangkat tubuhnya agar bisa berdiri. Dan ia membisikkan sesuatu kepada Andika

"Baiklah sayang, saatnya kau hidup dalam keabadian...."

Grace menggandeng tubuh Andika menuju lemari tua miliknya. Andika hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Grace. Makin lama tubuhnya makin lemas akibat pengaruh pil tadi.

"Disinilah tempatmu, gelap dan pengap. Sendiri tanpa ada yang menemani. Seperti diriku yang sendiri dalam sepi !" ucap Grace kepada Andika.

"Ja... ja... jangan Grace, jangan lakukan itu padaku !" pinta Andika dengan suara terputus – putus.

"Sudah terlambat sayang, sebentar lagi dirimu akan bergabung dengan mereka yang telah menyulam hatiku hingga terluka ".

"Grace... aku mohooooooon, jangaaaaaaaannnn...." Teriak Andika lirih.

Teriakan Andika bagi Grace bagaikan angin semilir yang lewat begitu saja, ia tetap berjalan menuju lemari tuanya dengan memapah tubuh Andika yang mulai lemas. Saat Grace membuka lemari, ia berkata

"Selamat tinggal sayang, membusuklah kau di neraka !"

Dan begitulah, akhirnya Andika menerima ajalnya didalam lemari tua Grace bersama 5 lelaki pujaan Grace yang kini sudah menjadi tulang – belulang.


Kumpulan Cerita PendekWhere stories live. Discover now