Kelas Hewan

414 8 0
                                    

Ruangan itu begitu ramai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ruangan itu begitu ramai. Tak begitu besar namun penuh berjejalan macam rupa hewan didalamnya. Seperti pagi itu, kala Burung Hantu berdiri di depan. Memperhatikan satu persatu hewan yang ada dihadapannya.

"Mana Harimau ? hari ini aku tidak melihat batang hidungnya? Sakit lagi? Atau pura – pura mual?" tanya Burung Hantu kepada Angsa yang duduk di barisan tengah. Tepat diapit satu baris di kiri dan satu baris di kanan.

"Ini suratnya" jawabnya sambil maju ke depan dan menyerahkan selembar surat kepada Burung Hantu. Sambil membenarkan letak kacamatanya dan sedikit memicingkan matanya yang sudah lebar itu, pelan – pelan Burung Hantu membaca surat yang diberikan oleh Angsa.

"Aku tak takut...." Gumamnya setelah membaca surat itu dan menutupnya kembali.

Pelajaran hari ini adalah pelajaran etika. Yaitu pelajaran bagaimana bersikap di depan hewan lain. Bagaimana cara menyapa, merespon, berucap dan bahkan cara untuk tidak menyinggung perasaan hewan lainnya.

Pagi itu pelajaran etika disampaikan dengan sedikit malas oleh Burung Hantu. Yang terkenal akan keramahan sikapnya dan kebijaksanaannya dalam berpikir. Serta ketenangannya yang sangat dalam merespon sesuatu. Namun kali ini perilaku Burung Hantu berbeda dari biasanya. Sedikit malas. Itulah kata yang cocok untuk menggambarkan perasaan hatinya saat ini. Perasaan yang mendadak berubah setelah menutup surat yang terakhir dibacanya tadi.

"Angsa, majulah sebentar. Aku ingin berbicara kepadamu" ucap Burung Hantu kepada Angsa sebelum memulai pelajarannya pagi itu.

Segera setelah mendapat perintah dari Burung Hantu. Angsa maju dan duduk di depannya.

"Apa yang dikatakan Harimau kepadamu?"

"Hhhmmm.... Dia tidak mengatakan apa – apa" jawab Angsa dengan wajah yang berubah takut. Namun berusaha ia sembunyikan dalam senyuman manisnya.

"Kau tidak perlu takut, katakan saja. Aku akan melindungimu" ucap Burung Hantu sambil mendekatkan wajahnya kepada Angsa dengan suara berbisik.

"Dua hari yang lalu, setelah kejadian pemukulan itu, dia bercerita kepadaku akan membalaskan dendamnya, membalaskan rasa sakit yang ia terima darimu. Namun lebih dari sekedar rasa sakit. Tapi penghinaan atas perlakuanmu kepadanya. Kau memukulnya padahal dia tak bersalah. Karena ia yakin pelakunya adalah hewan lain yang sengaja menaruh tongkat itu di dalam mejanya. Maka dari itu ia berjanji akan membalas perbuatanmu secepat mungkin.

"Hhhmmm... aku mengerti. Terimakasih. Sekarang kau boleh kembali ke bangkumu" ucap Burung Hantu kepada Angsa. Dan ia pun berdiri lagi di tengah – tengah ruangan sambil memegang surat di tangan kanannya. Mengajarkan arti etika yang sebenar – benarnya etika.

Dengan suara lantang namun berwibawa, Burung Hantu memulai ceramahnya.

"Etika adalah ilmu tentang baik dan buruk. Ilmu yang mengajarkan bagaimana kita harus bertindak menyikapi sesuatu masalah. Namun ukuran untuk menilai sesuatu itu baik atau buruk bisa berbeda satu sama lain. Tergantung pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki. Semakin kita memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman yang banyak dalam menjalani hidup, maka kita akan makin bijaksana dan adil dalam menilai sesuatu. Kalian paham?" tanya Burung Hantu.

"Pahaaaaaammmm" jawab semua hewan yang ada di dalam ruangan itu.

"Bagus kalau begitu, tapi aku lihat Buaya sedikit muram, kenapa? Apa ada yang ingin kau tanyakan?" tanya Burung Hantu.

"Kemarin aku melihat Anjing mengendap – endap di ruangan ini. Menuju ke almari yang ada di pojok ruangan" ucap Buaya agak sedikit gemetar. Seketika itu Anjing mulai menggeram dan menatap Buaya dengan tatapan mengancam. Menunjukkan gigi – giginya yang tajam. Seolah – olah menyuruh Buaya untuk diam.

"Terus? Kenapa kamu berhenti? Katakan saja tidak apa – apa" perintah Burung Hantu.

"Anjing meletakkan tongkat pemukul itu di dalam meja Harimau"

Seketika Burung Hantu diam. Ia tersentak kaget bercampur bingung. Namun apa dikata nasi telah menjadi bubur.

Belum juga genap lamunannya, mendadak pintu ruangan di dobrak sesuatu hingga terbuka lebar. Induk Harimau masuk ke dalam tanpa diundang. Dengan mata menyala penuh amarah, dia berkata kepada Burung Hantu.

"Kau telah memukul anakku, hingga anakku terluka akibat pukulanmu. Kau harus membayarnya" ucap Harimau yang segera menerkam Burung Hantu yang sudah tua itu dan menyeretnya keluar tanpa ampun. Seluruh hewan di dalam ruangan menjadi ketakutan. Tak kuasa melawan kemarahan Harimau. Meskipun mereka mengeroyoknya bersama – sama. Mereka hanya bisa terdiam dalam ketakutan melihat tubuh Burung Hantu mulai tak berdaya dan diseret keluar. Entah mau dibawa kemana.

"Kasihan..." ucap Angsa lirih sambil meneteskan airmata.

Sesaat setelah keadaan aman. Semua mata tertuju kepada Angsa. Seakan – akan meminta jawaban atas kejadian yang baru saja terjadi.

"Inilah akibatnya jika kita tak mempunyai etika dalam hidup. Tak memiliki kebijaksanaan dalam bersikap. Menilai masalah tanpa mendengarkan nasehat dari orang lain terlebih dulu" ucap Angsa dengan mata nanar. Seakan mengutuk kejadian yang terjadi baru saja di depan matanya. Tak terasa air matanya menetes menangisi kepergian Burung Hantu. Semua hewan menjadi ikut sedih melihat sikap Angsa yang dikenal baik budinya. Mereka terlarut dalam kesedihan di pagi itu. Namun tidak bagi kucing, dia memikirkan sesuatu. Matanya berputar – putar keatas dan kebawah. Kekiri dan kekanan. Berharap mendapatkan jawaban atas semua yang telah terjadi tadi. Mendadak matanya melihat kertas yang jatuh dilantai. Secepat kilat Kucing memungut dan membuka kertas itu...

"Anakku kau lukai, kau akan mati"

=Harimau=

Kucingpun akhirnya mengerti...


Kumpulan Cerita PendekWhere stories live. Discover now