60. Babatan Golok Un Ji

643 13 0
                                    

Malam itu, dengan berbagai akal muslihat Lui Tun dan Un Ji berhasil meloloskan diri.
Sebenarnya kedatangan Un Ji ke markas besar perkumpulan Lak-hun-poan-tong adalah bertujuan untuk omong-omong, dia menganggap Lui Tun kelewat lemah sehingga patut dikasihani, maka timbul keinginannya untuk melindungi keselamatan jiwa gadis itu.

Lui Tun sendiri pun merasa Un Ji sangat lembut dan baik hati, maka sambil menikmati manisan teratai yang ia suguhkan, mereka berdua berbincang sambil bersantap hingga larut malam.

Un Ji mengatakan kalau dia amat lelah dan ingin langsung tidur.

ooOOoo

Dalam tidurnya gadis itu sempat mengigau dan berseru berulang kali, "A-hui mampus, aku tak mau peduli kau lagi Lui Tun yang menyaksikan kejadian ini diam-diam menghela napas, baru saja akan memadamkan lampu, tiba-tiba ia menyaksikan ada sesosok bayangan hitam berkelebat.

"Aneh," Lui Tun segera berpikir, "siapa yang begitu berani menyusup masuk ke dalam markas perkumpulan Lak-hun-poan-tong?"

Tak tahan dia pun menegur, "Siapa di situ?"

"Aku nona," jawab orang itu.

Ketika Lui Tun membuka pintu, ia lihat Ti Hui-keng yang mengenakan pakaian serba putih telah berdiri di depan pintu, sinar matanya terlihat sedikit agak aneh.

Dengan perasaan tertegun bercampur keheranan Lui Tun pun menegur, "Saudara Ti, ada urusan apa tengah malam begini kau datang berkunjung?"

Ti Hui-keng melongok ke dalam sekejap, melihat Un Ji tertidur di depan meja, dia pun menjawab, "Toa-siocia, maaf mengganggu, Congtongcu minta kau untuk segera pergi."

"Kemana?" Lui Tun mendongakkan kepala keheranan, lamat-lamat ia mendapat firasat tak baik.

"Yang penting pergi dulu menghindar."

"Menghindar? Kenapa aku harus menghindar?"

"Bukan hanya kau seorang yang harus menghindar, dia pun harus turut menghindar," kata Ti Hui-keng sambil menuding ke dalam.

Baru saja Lui Tun berpaling mengikuti arah yang ditunjuk, tiba-tiba Ti Hui-keng menotok beberapa buah jalan darahnya, tak sempat menjerit lagi gadis itu segera roboh lemas ke tanah.

Un Ji yang mendengar suara gaduh segera mendusin dari tidurnya, melihat Lui Tun tergeletak di tanah, ia segera mencabut golok sambil maju melindungi, tiba-tiba terasa bayangan manusia berkelebat, angin kencang menggulung tiba dengan kecepatan tinggi.

Un Ji yang baru mendusin dari tidurnya tak sempat lagi menangkis, jalan darahnya ikut tertotok oleh serangan Ti Hui-keng.

Berhasil merobohkan kedua orang gadis itu, Ti Hui-keng baru berseru kepada Lim Ko-ko, Lim Si-ci dan Lim Ci-sim yang sudah menunggu di luar pintu, "Bawa dulu mereka berdua ke Po-pan-bun, layani mereka dengan baik."

Begitulah, Lui Tun dan Un Ji pun dikirim ke sebuah bangunan besar di wilayah Po-pan-bun. Lim Ko-ko adalah seorang Tongcu dari kantor cabang perkumpulan Lak-hun-poan-tong, sebagai anggota perkumpulan yang sedang menghadapi pertem¬puran melawan Kim-hong-si-yu-lau, tentu saja dia harus membantu dalam hal ini semaksimal mungkin.

Sementara Lim Si-ci dan Lim Ci-sim adalah Hiocu perkumpulan Lak-hun-poan-tong, mereka mendapat tugas mengawasi Lui Tun dan Un Ji.

Setelah jalan darah Lui Tun dan Un Ji yang tertotok dibebaskan, dalam hati kecil mereka penuh diliputi perasaan ragu bercampur tanda tanya.

"Aneh, kenapa anak sialan itu menotok jalan darah kita berdua?"

"Oh!"

"Kenapa mereka menyekap kita berdua di sini?" "Aku ... aku tidak tahu." "Sebetulnya siapa sih mereka itu?" "Aku tidak tahu..."

Pendekar Sejati : Golok Kelembutan (Wen Rui An)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum