41. Golok, Pedang, dan Jari

726 20 0
                                    

BAB IV: GOLOK KERINDUAN, PEDANG PELUMAT SUKMA, JARI PENGHANCUR IMPIAN

Begitu serangan Po-sat dari Pek Jau-hui dilontarkan, mendadak Kwan Jit lenyap tak berbekas.

Terlihat bayangan hitam berkelebat, tahu-tahu ia sudah melompat di atas kepala semua orang.

Kini paras muka Pek Jau-hui telah berubah menjadi putih menyeramkan, putih mendekati bening.

Tenaga jari yang dia lancarkan menimbulkan suara nyaring di udara, suara itu begitu keras bagai guntur yang menggelegar di angkasa, bagai suara kereta kuda yang mendadak berbelok tajam.

Mendadak tenaga jari yang terpancar dari jurus Po-sat berputar satu lingkaran tajam, kemudian dengan kecepatan tinggi mengejar punggung Kwan Jit.

Saat itu Kwan Jit sudah tiba di hadapan Lui Tun.

Tong Po-gou serta Thio Than ingin menghadang, namun tubuh mereka segera terpental mundur oleh satu gulung kekuatan yang maha dahsyat, bukan saja Tong Po-gou dan Thio Than terpental mundur, bahkan Gan Hok-hoat, Liu Cong-seng serta Jin Kui-sin yang ada di sisi lain pun ikut terpental sampai beberapa langkah.

Begitu tiba di hadapan Lui Tun, dengan lembut Kwan Jit berkata, "Kau tak usah takut, aku datang untuk menjemputmu."

Caranya berbicara sangat halus dan lembut, malah hawa kiam-khi yang semula melindungi seluruh tubuhnya, kini dibuyarkan.

Lui Tun sama sekali tidak merasa takut, tiada perasaan ngeri atau seram yang terbetik dari balik biji matanya yang bening.

Dia pun tak tahu, apakah perasaan tidak takutnya dikarenakan dia memang bernyali besar, atau karena dia telah menangkap perasaan cinta dari balik matanya, atau karena tidak melihat niat membunuh dari balik sorot matanya.

Pada saat itulah Un Ji menerjang ke depan, begitu tiba goloknya langsung diayunkan ke badan Kwan Jit.

Pek Jau-hui berteriak keras, cepat dia tarik balik tenaga serangan jarinya.

Mau tak mau dia harus berbuat begini, sebab Lui Tun dan Un Ji semuanya berada di situ, kendatipun serangan tadi mungkin bisa menghabisi nyawa Kwan Jit, namun kedua orang gadis itu pasti akan kena getahnya juga.

Daya kekuatan Sam-ci-tan-thian memang tak boleh dipandang enteng.

Itulah sebabnya Pek Jau-hui harus menarik kembali serangannya mentah-mentah.
Sekilas pandang, Ong Siau-sik segera tahu Pek Jau-hui telah menderita luka parah, darah kental yang meleleh keluar dari lubang hidung pemuda itu nampak lebih mengental dan hitam.

Dalam keadaan begini Ong Siau-sik tak sempat lagi mengurusi rekannya, dia tahu kepandaian silat yang dimiliki Kwan Jit sangat lihai, dia sanggup membunuh Un Ji segampang membalikkan telapak tangan, karena itu dia merasa wajib mencegahnya.

Dalam pada itu Kwan Jit sedang berkata lagi kepada Lui Tun, "Ayolah, ikut aku pergi dari sini."

Sambil berkata ia menjulurkan tangannya yang putih pucat dan gemetar.

"Tidak!" tampik Lui Tun tegas.

Kwan Jit terkesiap, saat itulah Un Ji mengayunkan goloknya melancarkan satu bacokan.

Entah Kwan Jit memang sengaja tidak menghindar atau tak mampu menghindar, bacokan itu bersarang telak di bahunya, darah segar segera menyembur keluar dari lukanya.

Rupanya golok Seng-seng-to milik Un Ji dan golok Put-ing-to milik Lui Tun yang merupakan dua bilah senjata mestika dalam dunia persilatan kebetulan merupakan senjata yang mampu menjebol pertahanan hawa pedang Kwan Jit, apalagi orang itu lupa mengerahkan hawa khikangnya begitu berjumpa Lui Tun.

Pendekar Sejati : Golok Kelembutan (Wen Rui An)Where stories live. Discover now