Jihoon's Secret (2)

506 47 10
                                    

[Part 12d: Jihoon's Secret(2)]

yoonchansica's storyline

BTS' Jimin [Park Jimin], EXO's Chanyeol [Park Chanyeol];
Guest: SEVENTEEN's Woozi [Lee Jihoon] slight! Bibi Min [OC]

Genre: AU, Brothership, Comedy || Length: Chaptered (Series) || Rating: G

Disclaimer : I do not own the casts (EXO,BTS,Seventeen) –They're belong to God, their parents also SM Ent, BigHit Ent, and Pledis Ent, but I own the plot of the story and original casts. Jika ada kesalahan kata (typo) atau ketidaksesuaian cerita, mohon dimaafkan karena author hanya seorang manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan/?

WARNING!
Chapter ini agak panjang dan akan lebih fokus tentang Jihoon

***

Jihoon terbangun dari tidurnya saat mendengar suara pintu ditutup dan suara ribut dari bawah. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. 'Aku tidur lama juga ya,' gumam Jihoon pada dirinya sendiri. Jihoon-pun beranjak turun dan memeriksa suara ribut dari lantai atas. Ternyata suara ribut itu berasal dari Jimin dan Chanyeol yang sedang bercanda.

"Hyung! Aih jangan begitu!" teriak Jimin pada Chanyeol yang kemudian hanya dibalas oleh tawa.

"Woy itu jangan digituin elah!" Dan sedetik kemudian terdengar suara Chanyeol berteriak kesakitan.

Jihoon hanya melihatnya dengan senyum miris. Sejujurnya, Jihoon sangat iri dengan mereka. Lamunan Jihoon terbuyarkan ketika seseorang memanggil namanya.

"Jihoon!" Itu suara Chanyeol.

"Ayo turun! Aku tahu kau belum makan 'kan?" Kali ini suara Jimin.

Mereka benar. Jihoon belum makan apapun sejak siang tadi. Selera makannya tiba-tiba hilang setelah mendengar cerita dari Bibi Min. Namun sekarang Jihoon merasa cacing-cacing diperutnya sudah mengadakan konser dadakan.

"Baiklah, tunggu sebentar," jawabnya.

***

Ruang makan hanya didominasi oleh keheningan. Semuanya enggan membuka topik pembicaraan karena sibuk makan.

"Jihoon, kau lagi ada masalah ya?" tanya Chanyeol tiba-tiba.

Mata Jihoon membulat. Padahal Jihoon yakin dirinya sudah mengontrol ekspresi mukanya sebaik mungkin. Akhirnya dirinya memaksakan sebuah senyum pada Chanyeol.

"Tidak juga kok," jawabnya.

Chanyeol memicingkan matanya, mencari-cari tanda kebohongan pada mata Jihoon. Jihoon-pun merasa canggung dengan tatapan Chanyeol.

"Kau bohong."

Jihoon terkejut sementara Jimin hanya bisa mengerutkan keningnya. Chanyeol menghela nafasnya, lalu dia menatap Jihoon lagi.

"Jika kau ada masalah, jangan dipendam sendiri Hoon," ujarnya.

Jihoon terlihat ragu-ragu. Dirinya sangat bimbang. Apakah dirinya harus bercerita pada mereka atau tidak. Jihoon sendiri sudah menganggap mereka sebagai saudara. Tapi disisi lain Jihoon masih sedikit canggung dengan mereka. Melihat Jihoon yang sedikit gelisah, Jimin menepuk bahunya untuk menenangkannya.

"Kalau kau tidak mau cerita sekarang tidak apa," ujar Jimin dengan senyuman khasnya. Jihoon menggeleng. Dirinya sudah memutuskan untuk menceritakan semuanya.

"Tidak, aku akan cerita sekarang. Chanyeol hyung benar, aku sedang ada masalah." Mata Jihoon menerawang jauh.

***

"Kurasa kau harus tau ini secepatnya Jihoon..."

Nafasnya tercekat saat Bibi Min mengatakan bahwa ia harus mengetahui hal itu secepatnya. Banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. Ada apa dengan ibuku? Apakah ibuku melakukan sebuah kesalahan? Atau jangan-jangan... Jihoon menggelengkan kepalanya. Belum apa-apa kepala Jihoon sudah pening duluan.

"Ibumu berada di Kanada sekarang," kata Bibi Min setelah hening beberapa lama.

Mata Jihoon membulat.

"Jihoon, dengarkan ini baik-baik. Jadi, jangan sela perkataanku," lanjut Bibi Min. Jihoon-pun mengangguk.

Bibi Min mendesah pelan lalu mulai bercerita. Dari raut wajahnya, dia nampak tak sampai hati untuk menceritakan hal ini pada Jihoon.

"Setelah ibumu bercerai dengan ayahmu, ibumu mencoba mencari pekerjaan untuk menghidupimu dan juga dirinya. Ibumu sempat mendapat pekerjaan menjadi penjahit. Namun, tiba-tiba ada seorang pria yang mengaku dirinya seorang rentenir datang kepada ibumu dan mengatakan ayahmu memiliki hutang sebanyak satu juta won padanya. Dan dia juga mengancam bahwa akan menghabisi nyawa ibumu dan juga kau, jika tidak segera melunasi hutangnya."

Bibi Min meneguk minumannya sebentar, kemudian melanjutkan ceritanya.

"Lalu ibumu berusaha keras untuk membayar hutang tersebut, namun uang yang dia hasilkan tidak berhasil menutupi hutang tersebut. Beberapa minggu kemudian pria rentenir itu datang lagi ke rumahmu. Walaupun ibumu sudah berusaha mati-matian untuk mencicil hutangnya, namun yang dia dapatkan malah pukulan dan cacian darinya. Akhirnya ibumu memutuskan untuk menitipkanmu pada keluarga Park agar kau selamat dari tangan pria rentenir itu. Lalu ibumu pergi untuk melarikan diri dari kejaran rentenir itu. Dia mengganti seluruh identitasnya mulai dari nama, tanggal lahir dan lain-lain kemudian minggat ke Kanada. Dan sampai sekarang, Bibi tidak mendengar kabar lagi dari ibumu."

Jihoon menghela nafasnya. Jihoon sendiri tidak menyangka bahwa ibunya akan berbuat seperti itu. Meninggalkan kewajibannya dan juga 'memberikan' anak tunggalnya pada seseorang yang tadinya belum dia kenal. Perasaan Jihoon campur aduk. Antara lega bisa mengetahui kabar ibunya, kecewa karena ibunya mengingkari janji, atau marah karena ibunya telah berbohong padanya selama ini.

"Jihoon?" Suara Bibi Min membuyarkan semua pikiran yang berkecamuk di kepala Jihoon. "Aku tahu kamu terkejut dengan keberadaan ibumu sekarang. Tapi percayalah Jihoon, pasti dia juga merindukanmu disana."

Bagi Jihoon, kata-kata Bibi Min tidaklah membantu sama sekali. Rasanya Jihoon ingin menangis saat itu juga.

"Bibi," panggilnya. "Apakah bibi sudah mendapat kabar dari ibu?"

Bibi Min menggelengkan kepalanya. "Tidak, Jihoon. Ini sudah nyaris 3 bulan sejak dia minggat dan belum ada kabar apapun dari ibumu."

"Maafkan bibi, Jihoon," lanjutnya. Wajah Bibi Min terlihat sangat menyesal karena telah memberitahu Jihoon tentang ibunya. "Bahkan bibi sendiri tidak bisa membantu banyak waktu itu."

Jihoon tersenyum tipis. "Tidak apa, Bibi tidak salah kok. Terima kasih atas informasinya. Aku pamit dulu." Lalu Jihoon bangkit dari kursinya. Baru saja Jihoon beranjak pergi, tiba-tiba Bibi Min memanggilnya.

"Lee Jihoon."

"Ya?"

Bibi Min nampak berpikir sebentar. "Apa kau mau tinggal dengan Yoongi dan Eunji? Kurasa mereka tidak keberatan untuk tinggal bersamamu."

Jihoon mengerutkan keningnya, tanda ia kebingungan.

"Mungkin akan kupikirkan lagi," jawabnya. "Aku pergi dulu."


to be continued...



Survey: Kalian lebih suka cerita ini fokus ke Park Brothers (Chanyeol x Jimin) saja atau ada cast tambahan seperti Woozi (chapter 12a-d) dan Jeonghan (chapter 12b)? Mohon dijawab ya gengs, demi kelanjutan TPB ini. Makasey~


The Park Brothers | p.c.y • p.j.m [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang